KOSAKATA
YANG BERSINONIM DAN
BERANTONIM
DALAM BAHASA INDONESIA
Supriyono
STKIP PGRI
Bandar Lampung
Abstraks:
Permasalahan dalam penelitian ini berkaitan dengan kemampuan siswa
menggunakan kosakata yang bersinonim dan berantonim dalam kalimat. Melalui
kemampuan menggunakan kata yang bersinonim dan berantonim, diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam mengunakan kosakata secara cermat dan tepat.
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana tingkat kemampuan
siswa dalam menggunakan kosakata yang bersinonim dan berantonim. Untuk mencapai
tujuan penelitian tersebut, digunakan metode deskriptif kualitatif, sedangkan
teknik pengumpulan data dengan teknik tes. Populasi penelitian ini berjumlah 118 orang siswa dan
jumlah sampel penelitian penelitian ini ditetapkan sebanyak 32 orang. Teknik sampling yang
dipergunakan adalah teknik proporsional random sampling. Penganalisan data di
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan persentase.
Kemampuan
siswa dalam menggunakan kata bersinonim dan berantonim dalam kalimat yang
meliputi kata bersinonim berdasarkan distribusinya, kata bersinonim berdasarkan
kelazimannya, kata bersinonim berdasarkan makna emotifnya dan kata bersinonim
berdasarkan makna dasar dan makna tambahannya memiliki rata-rata kemampuan
dengan kategori yang sangat baik. Hanya satu dari empat indikator penilaian
tersebut yang termasuk dalam kategori baik, yaitu mengenai kata bersinonim
berdasarkan makna emotifnya. Kemampuan siswa menggunakan kata bersinonim
berdasarkan distribusinya mencapai 77%,
termasuk kategori tinggi. Kemampuan siswa menggunakan kata bersinonim
berdasarkan kelazimannya sebanyak 79% dan termasuk dalam kategori tinggi.
Kemampuan siswa dalam menggunakan kata bersinonim berdasarkan makna emotifnya
mencapai 74% dengan kategori tinggi, sedangkan kemampuan siswa menggunakan kata
bersinonim berdasarkan makna dasar dan makna tambahan sebanyak 79% yang
termasuk dalam kategori tinggi.
Kata
kunci: Kata bersinonim, berantonim, makna emotif.
Kosakata
Yang Bersinonim Dan Berantonim Dalam
Bahasa Indonesia.
PENDAHULUAN
Berbahasa
secara efektif diarahkan untuk mencapai komunikasi yang cermat dan tepat dalam
menggunakan kosa kata sehingga dapat dipahami dengan jelas oleh pendengar atau
pembaca. Dalam bahasa tulis pembaca diharapkan mampu me-nyerap atau memahami
isi dari rangkaian kata yang merupakan simbol gagasan dari penulisnya. Dalam
bahasa lisan pendengar berusaha menangkap makna dari luncuran ujaran yang
disampaikan oleh pembicara. Agar dapat berbahasa dengan efektif para pelaku
tindak bahasa perlu penguasaan kosakata yang mencukui. Da-lam
tindak bahasa pelaku perlu mengetahui bentuk kata yang digunakan, situasi,
intonasi dan sebagainya.
Hal
ini sangat penting karena, menguasai perbendaharaan kosakata secara memadai
akan memudahkan pemakainya untuk mengutarakan pikiran dan keinginan dengan
bahasa itu. (S. Effendi, 1995: 184). Salah satu kaidah yang perlu ditaati oleh
pemakai bahasa adalah ketetapan penggunaan kata penghubung dalam kalimat.
Seseorang yang kurang penguasaan kosakatanya, akan mengalami kesulitan dalam
mengutarakan pikiran dan keinginannya. Pemakai bahasa perlu memahami
aspek-aspek bahasa, seperti morfologi, sintaksis, makna kata atau semantik.
Makna kata atau semantik sangat perlu dipahami oleh pemakai maupun penutur agar
dapat memilih kata yang digunakannya untuk mewakili pikiran yang akan dinyatakannya.
Hubungan
kosakata dan makna kata dapat berwujud sinonim, antonim, homonim, polisemi, dan
hipomim. Sinonim kata-kata mengandung arti pusat yang sama, tetapi dalam nilai
kata, sinonim tidak dapat dihindari dalam sebuah bahasa. Kata-kata yang bersinonim
biasanya dikatakan juga kata-kata yang sama arti walaupun, tidak semua kata
yang bersinonim dapat saling menggantikan kedudukannya dalam kalimat.
Berdasarkan
kurikulum pendidikan dasar, salah satu tujuan belajar bahasa Indonesia adalah
siswa memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna dan fungsinya. Selain
tujuan umum tersebut terdapat tujuan khusus pengajaran bahasa Indonesia
komponen kebahasaan antara lain : siswa mampu membedakan sinonim, antonim,
polisemi dan homonim. Sinonim merupakan suatu bahan pengajaran bahasa Indonesia
yang harus diajarkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Penelitian ini mengacu
kepada pembedaan sinonim, pembedaan sinonim berdasarkan kelaziman pemakaiannya,
makna emotifnya, makna dasar dan makna tambahannya.
Berdasarkan
tujuan tersebut, seharusnya siswa SMP kelas VII telah mampu menggunakan
kata-kata yang bersinonim dan berantonim secara tepat di dalam kalimat. Namun
kenyatannya, masih terdapat siswa SMP Negeri 3 Tanjungbintang yang mengalami
kendala dalam hal menggunakan kata-kata yang bersinonim dan berantonim dalam
kalimat.
Berdasarkan
kenyataan yang ada, maka pengajaran bahasa Indonesia di SMP dapat dikatakan
belum berhasil mencapai tujuan pembelajaran kosakata yang bersinonim dan
berantonim. Atas dasar inilah penulis tertarik untuk menganalisis judul di
atas.
METODE
Penelitian
ini menggunakan metode deskriptif . Peneliti berusaha menganalisis kemampuan
siswa menggunakan kosakata yang bersinonim dan berantonim dalam kalimat. Hasil
analisis dinyatakan dalam angka-angka yang disusun dalam tabel.Variabel yang
diteliti adalah kemampuan siswa dalam
menggunakan kosa-kata yang bersinonim dan berantonim dalam kalimat.
Untuk
mengetahui dan mendapatkan data penelitian ini maka pengukuran variabel
dilakukan dengan cara memberikan tes tertulis yang berbentuk objektif dan esai
dengan jumlah soal sebanyak 50 butir, tes objektif dengan 4 alternatif pilihan yaitu A, B, C, dan D, waktu yang disediakan selama 90 menit atau
dua jam pelajaran. Indikator penilaiannya adalah pemakaian kata yang bersinonim
dan antonim berdasarkan makna dasar dan makna tambahan; sinonim dan antonim
berdasarkan makna emotifnya; serta sinonim dan antonim berdasarkan kelaziman
pemakaiannya Jawaban yang benar diberi skor 2 dan yang salah 0, jadi skor
maksimal adalah 100 dan minimal 0.Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
kelas VII semester ganjil SMP Negeri 3 Tanjungbintang Lampung Selatan yang
berjumlah 128 orang. Agar lebih jelas, tentang populasi penelitian perhatikan
tabel berikut ini :
Penetapan
jumlah sampel merujuk pada Arikunto (2003 : 94) , yaitu ditetapkan sebesar 25% dari jumlah populasi,
sehingga ditemukan: 30% x 118 = 35 siswa, dengan teknik sampling Stratified
Proporsional Random Sampling.
Analisis data
dilakukan dengan cara :
(1) Mengoreksi
hasil tes pilihan ganda dengan esai dan menghitung jumlah jawaban yang benar.
(2)
Jumlah jawaban yang benar tersebut
dibagi dengan jumlah soal dan dikalikan
100% dengan rumus :
(3)
Menghitung
dan mengklasifikasikan jumlah siswa yang menjawab benar terhadap setiap aspek
(sinonim berdasarkan makna dasar dan makna tambahan, sinonim berdasarkan makna
emotif, dan sinonim berdasarkan kelaziman pemakaiannya.
(4)
Membuat
kesimpulan tentang tingkat kemampuan menggunakan kokasata yang bersinonim dalam
kalimat pada siswa kelas VII semester ganjil SMP Negeri 3 Tanjungbintang dengan berpedoman
pada kriteria atau tolok ukur penilaian berikut ini :
Kriteria Penelitian
Persentase Kemampuan
|
Kategori
|
85 – 100
75 – 84
60 – 74
40 – 59
0 – 39
|
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah
|
(Nurgiyantoro, 1995 : 303)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Membangun
komunikasi melalui penggunaan kalimat-kalimat sehingga mem-bentuk suatu
pengertian, memerlukan kosakata. Kosakata yang disusun untuk mengemuka-kan
gagasan pendapat. Menurut pendapat Keraf (1981: 19). Kosakata adalah
keselu-ruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa.
Penggolongan
Kosakata
Menurut
pendapat Soedjito (1992: 39) bila dihubungkan dengan pilihan kata kosakata
dapat digolongkan sebagai berikut :
1) Kosakata
kongkret dan abstrak, misalnya rumah dan bahagia.
2) Kosakata
baku dan non buku misalnya Ayah dan Bokap.
3) Kosakata
umum dan khusus, misalnya peserta dan testee.
4) Kosakata
populasi misalnya memahami dan mengapresiasi.
5) Kosakata
asli dan kosakata serapan misalnya mewawancarai dan interview.
Untuk lebih
jelas mengenai kosakata tersebut dan bentuk-bentuk kosakata yang
lainnya
dapatlah penulis jelaskan sebagai berikut :
Kosakata
Umum dan Kosakata Khusus
Menurut
pendapat Suparmi (1998 : 8) “kata-kata umum yaitu kata-kata yang pe-makaiannya
mencakup berbagai bidang ilmu. Sedangkan kata-kata khusus yaitu kata-kata
pemakaiannya terbatas pada suatu bidang ilmu tertentu”.
Dengan
demikian dapatlah dikatakan bahwa kosakata umum lebih luas cakupannya
dibandingkan kata-kata khusus.
Contoh :
1. a.
Kakak membeli buah di pasar
b.
Kakak membeli jeruk di pasar
2. a.
Ibu memasak sayur di dapur
b.
Ibu memasak bayam di dapur
3.
a.
Kami sedang belajar
b. Kami sedang belajar Matematika
contoh kata yang ditulis miring, yang terdapat pada “a”
merupakan contoh pemakaian kata umum sedangkan contoh yang terdapat pada “b”
merupakan contoh kata khusus.
Penguasaan Kosakata
Kosakata
dalam suatu bahasa bersifat dinamis dan tumbuh berkembang terus. Di satu sisi
kosakata bahasa tertentu berkembang, namun disisi lain ada bahasa yang
kosaka-tanya menjadi kadaluarsa atau bahkan “mati”. Bertolak dari keadaan
seperti ini maka
masyarakat
pemakai bahasa terus dapat mengikuti perkembangan kosakatanya.
Untuk
menguasai kosakata, kita harus memperluas kosakata tersebut. Memperluas
kosakata tersebut dapat dilakukan dengan dua macam cara, seperti dikemukakan
oleh Soedjito (1993: 3) yaitu “memulai sumber dalam dan sumber luar” agar lebih
jelas lagi mengenai sumber tersebut, penulis jelaskan sebagai berikut :
1. Sumber
dalam yaitu kemampuan bahasa Indonesia sendiri untuk menambah kosakata, sumber
itu berwujud :
a.
Mengaktifkan
kembali kata-kata lama
b. Pembentukan
baru dengan jalan pembimbingan dan pemajemukan
c.
Penciptaan
baru dan
d.
pengakroniman
2.
Sumber
luar yaitu sumber perluasan kosakata bahasa Indonesia yang berasal dari :
a.
Bahasa
serapan yaitu kosakata yang dipungut dari bahasa daerah seperti “ Jawa, Batak,
dan Palembang.
b.
Bahasa asing dipungut dari bahasa luar
atau bahasa lain
Kosakata
Bersinonim
Arti sinonim
berasal dari bahasa Inggris (Synonym) adalah ungkapan dapat berupa sebuah kata,
tetapi dapat berupa frase atau bahkan kalimat yang kurang lebih sama maknanya
dengan suatu ungkapan yang lain. Contoh dalam bahasa Indonesia; nasib dan
takdir meskipun kurang lebih maknanya sama, tetapi tidak seluruhnya
sama. Jika kita menolak pendapat bahwa diantara sinonim terdapat kesamaan arti
sempurna, maka hal itu berdasarkan suatu prinsip lebih umum dalam semantik,
yaitu : bahwa bila berbeda maknanya berbeda pula bentuknya meskipun hanya
sedikit. Pendapat di atas sejalan dengan pendapat Tarigan
(1993: 76) yang mengatakan sinonim adalah kata yang mengandung arti pusat sama
tetapi tetapi berbeda dalam nilai kata.
Contoh : cantik,
bagus, indah. Sekalipun makna kata-katanya sama tetapi berbeda dalam
pemakaiannya.
Contoh
kalimat dengan kata cantik: Anak itu cantik dan manis
Contoh
kalimat dengan kata bagus: Prilaku anak itu bagus sekali
Contoh
kalimat dengan kata indah: Lukisan itu indah dipandang mata.
Misalnya;
kita tidak akan pernah mengatakan wanita itu indah tetapi kita akan
mengatakan wanita itu cantik. Soedjito (1982: 75). Mengemukakan bahwa
sinonim adalah dua kata atau lebih yang memiliki makna sama atau hampir sama.
Dari
pendapat di atas sinonim adalah kata-kata atau kelompok kata yang mem-punyai
arti yang sama dengan kata-kata kelompok yang lain tetapi berbeda dalam nilai
katanya.
Sebab-sebab
Terjadinya Sinonim
Keraf
(1998: 35) mengemukakan sebab-sebab terjadinya sinonim sebagai berikut :
1) Sinonim
terjadi karena diterimanya dua bentuk atau lebih dari beberapa bahasa donor
seperti : buku, kitab dan pustaka di bawah ini :
-
Adik
membaca buku bahasa Indonesia
-
Ibu
membaca kitab suci Al-Qur’an.
2) Sinonim
yang terjadi karena pengambilan data dari dialek yang berlainan.
Contoh
: tali dan tambang, parang dan golok
-
Adik
menarik tali layangan
-
Sekolah kemarin mengadakan
perlombaan tarik tambang
-
Parang itu
digunakan oleh pejuang
-
Ibu
membelah durian dengan golok
3)
Sinonim
terjadi karena makna emotif (nilai rasa) dan evaluatif, makna kognitif dan
kata-kata yang bersinonim itu tetap sama hanya, nilai evaluatif dan makna
emotifnya berbeda seperti contoh : mati, meninggal dan gugur.
-
Ayam
itu mati tertabrak mobil
-
Kemarin
Pak Budi meninggal dunia
-
Tujuh pahlawan revolusi gugur
di medan perang
Jenis-jenis
Kata Sinonim
Soedjito
(198 : 5) berpendapat bahwa kata-kata bersinonim selalu sama jenisnya.
(1)
Kata
benda dan kata benda
Contoh: buruh, pegawai dan karyawan
-
Para
buruh bangunan sedang bekerja
-
Andi
diterima sebagai pegawai negeri
-
Perusahaan jasa angkutan memerlukan karyawan.
(2)
Kata
kerja dan kata kerja
Contoh:
menjelang, menyambut, dan menjemput
-
Adik
tidur menjelang malam.
-
Umat Muslim menyambut hari
Raya Idul Fitri.
-
Dian menjemput Ibu di
Stasiun.
(3)
Kata
sifat dan kata sifat
Contoh : enak, nyaman, dan sedap
-
Saat dimakan kuehnya enak sekali.
-
Suasana ruangan itu nyaman sekali.
-
Sayur masakan Ibu aromanya sedap
sekali.
(4)
Kata
keterangan dan kata keterangan
Contoh : amat dan sangat
-
Pemandangan
itu amat indah
-
Indonesia sangat terkenal
keindahan alamnya.
(5)
Kata
tugas dan tugas
Contoh : buat dan untuk
-
Ibu membeli sepatu buat Adik.
-
Ayah mengirim surat untuk paman
di kampung.
Kosa
Kata Berantonim
Antonim
atau antonimi adalah hubungan semantik antara dua buah satuan ujaran yang
maknanya menyatakan kebalikan, pertentangan, atau kontras antara yang satu
dengan yang lain. Misalnya, kata buruk berantonim dengan kata
baik; kata mati berantonim dengan kata hidup; kata guru berantonim dengan kata
murid; dan kata membeli berantonim dengan kata menjual.
Hubungan
antara dua satuan ujaran yang berantonim juga bersifat dua arah. Jadi kalau
kata membeli berantonim dengan kata menjual, maka kata menjual juga berantonim
dengan kata membeli. Perhatikan bagan berikut!
Dilihat
dari sifat hubungannya, maka antonimi itu dapat dibedakan atas beberapa jenis,
antara lain :
Pertama,
antonimi yang bersifat mutlak. Umpamanya kata hidup berantonim secara mutlak
dengan kata mati, sebab sesuatu yang masih hidup tentunya belum mati; dan
sesuatu yang sudah mati tentunya tidak hidup lagi. Contoh lain, kata diam
berantonim secara mutlak dengan kata bergerak, sebab sesuatu yang diam tentu
tidak bergerak, dan yang sedang bergerak tentunya tidak sedang diam.
Kedua,
antonimi yang bersifat relatif atau bergradasi. Umpamanya kata besar dan kecil
berantonimi secara relatif; juga antara kata jauh dan dekat, dan antara kata
gelap dan terang. Jenis antonim ini disebut bersifat relatif, karena batas
antara satu dengan lainnya tidak dapat ditentukan secara jelas; batasnya itu
dapat bergerak menjadi lebih atau menjadi kurang. Karena itu, sesuatu yang
tidak besar belum tentu kecil; dan sesuatu yang tidak dekat belum tentu jauh.
Karena itu pula kita dapat mengatakan, misalnya, lebih dekat, sangat dekat,
atau juga paling dekat. Suatu objek diaktakan besar atau kecil dalam kehidupan
kita adalah karena diperbandingkan antara yang satu dengan yang lainnya. Seekor
kambing adalah menjadi sesuatu yang kecil kalau berada di samping gajah dan
kuda. Tetapi kambing akan menjadi besar bila berada di samping anjing dan
kucing. Selanjutnya kucing yang menjadi sesuatu yang kecil bila berada di
samping anjing dan kambing akan berubah menjadi sesuatu yang besar bila berada
di samping tikus dan kodok.
Ketiga,
antonimi yang bersifat relasional. Umpamanya antara kata
membeli dan menjual, antara kata suami dan istri, dan antara kata guru dan
murid. Antonimi jenis ini disebut relasional karena munculnya yang satu harus
disertai dengan yang lain. Adanya membeli karena adanya menjual, adanya suami
karena adanya istri. Kalau salah satu tidak ada, maka kata yang lain juga tidak
ada. Contoh konkret seorang laki-laki tidak bisa disebut suami kalau tidak
punya istri. Andaikata istrinya meninggal, maka dia bukan suami lagi, melainkan
kini sudah berganti nama menjadi duda.
Keempat,
antonimi yang bersifat hierarkial. Umpamanya kata tamtama dan bintara
berantonim secara hierarkial; juga antara kata gram dan kilogram. Antonimi
jenis ini disebut bersifat hierarkial karena kedua satuan ujaran yang
berantonim itu berada dalam satu garis jenjang atau hierarki. Demikianlah, kata
tamtama dan bintara berada dalam satu garis kepangkatan militer, kata gram dan
kilogram berada dalam satu garis jenjang ukuran timbangan.
Di
dalam bahasa Indonesia, mungkin juga terdapat dalam bahasa lain, ada satuan
ujaran yang memiliki pasangan antonim lebih dari satu. Hal yang seperti ini
lazim disebut antonimi majemuk. Umpamanya kata berdiri dapat berantonim dengan
kata duduk, dapat berantonim dengan kata tidur, dapat berantonim dengan kata
tiarap, dapat berantonim dengan kata jongkok dan dapat juga berantonim dengan
kata bersila.
|
Contoh
lain, kata diam yang dapat berantonim dengan kata berbicara, dengan kata
bergerak, dan dengan kata bekerja, atau juga bertindak.
Data
Kuantitatif
Kemampuan
siswa dalam menggunakan kata bersinonim dan berantonim dalam kalimat meliputi
kata bersinonim berdasarkan distribusinya, kata bersinonim berdasarkan
kelazimannya, kata bersinonim berdasarkan makna emotifnya dan kata bersinonim
berdasarkan makna dasar dan makna tambahannya memiliki rata-rata kemampuan
dengan kategori tinggi.
Kemampuan
siswa menggunakan kata bersinonim dan berantonim berdasarkan distribusinya
mencapai persentase 77%, termasuk kategori tinggi baik, kemampuan siswa
menggunakan kata bersinonim berdasarkan kelazimannya berpersentase 79% dan
termasuk dalam kategori tinggi, kemampuan siswa dalam menggunakan kata
bersinonim berdasarkan makna emotifnya memiliki persentase 74% dengan kategori
tinggi, sedangkan kemampuan siswa menggunakan kata bersinonim berdasarkan makna
dasar dan makna tambahannya berpersentase 79% yang termasuk dalam kategori
tinggi.
Hasil
ini menggambarkan bahwa kemampuan siswa dalam menggunakan kata bersinonim dan
berantonim dalam kalimat sudah baik. Dari angka-angka perserntase yang
diperoleh menggambarkan bahwa siswa SMP Negeri 3 Tanjung Bintang sudah memiliki
kemampuan menggunakan kata bersinonim dan berantonim. Hasil ini
hendaklah dipertahankan dan kalau memungkinkan perlu ditingkatkan.
Melalui
penelitian yang dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Tanjungbintang,
diperoleh bahwa dalam menggunakan kata yang bersinonim dan berantonim dalam
kalimat sudah mencapai hasil yang memuaskan, yakni keemapat aspek yang dinilai
termasuk dalam kategoti tinggi.
Kemampuan
menggunakan kata yang bersinonim dalam kalimat ini hendaklah dipertahankan, dan
kalau memungkinkan harus terus ditingkatkan.
Hasil
penelitian ini merupakan hasil awal yang masih terus diharapkan untuk dapat
disempurnakan dengan cara melakukan penelitian-penelitian lanjutan di berbagai
sekolah.
SIMPULAN
Berdasarkan
hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Kemampuan
menggunakan kata bersinonim berdasarkan distribusinya, didapat rerata 77%
rerata ini termasuk kategori tinggi.
2) Kemampuan
menggunakan kata yang bersinonim berdasarkan kelazimannya, secara keseluruhan
didapat rerata 79% termasuk kategori tinggi.
3) Dalam
menggunakan kata yang bersinonim
berdasarkan makna emotifnya diperoleh angka 74% dengan kategori tinggi,
4) Kemampuan
menggunakan kata yang bersinonim berdasarkan makna dasar dan makna tambahannya,
secara keseluruhan mencapai 79,2% termasuk dalam kategori sangat baik.
Melalui
penelitian yang dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Tanjungbintang
diperoleh bahwa dalam menggunakan kata yang bersinonim dan berantonim dalam
kalimat sudah mencapai hasil yang memuaskan dengan rincian, 4 aspek kemampuan
menggunakan kata yang bersiononim dan berantonim mencapai kategori tinggi.
Saran-saran
Bagi
siswa
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa yang dibu-tuhkan
hanyalah peningkatan, karena sebagian besar siswa setelah dianalisis sudah
mencapai standar yang baik, bahkan sebagian besar sudah termasuk dalam kategori
sangat baik.
Bagi guru dan sekolah
Diharapkan dapat mempertahankan prestasi ini, dimungkinkan dapat
ditingkatkan lagi. Hal itu dapat terwujud jika guru yang ada dapat menggunakan
kompetensi yang sudah ada dalam diri siswa dan
berusaha mengembangkannya.
Guru
diharapkan dapat mengajak siswa untuk “terjun” langsung dalam kegiatan
pembelajaran, bukan hanya “menerima” bahan dari guru, tetapi lebih diarahkan
untuk mengembangkan materi yang sudah ada, khususnya tentang penggunaan kata
bersinonim dalam kalimat.
Adakan
kegiatan-kegiatan yang dapat memacu kreativitas siswa, misalnya mengadakan
lomba cerdas cermat tentang kata bersinonim dan berantonim.
RUJUKAN
Arikunto,
Suharsimi. 1989. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bandung : Angkasa.
Depdikbud.
1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. Jakarta
: PN Balai Pustaka.
_________ 1991. Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Effendi, S.
1995. Pandai Berbahasa Indonesia. Jakarta :
Depdikbud.
Malo,
Manase. 1989. Materi Pokok Penelitian Sosial. Jakarta : Karunika
Nurgiantoro,
Burhan. 1987. Penelitian dalam Pengembangan Bahasa dan Sastra. Yogyakarta
: BPFE.
Sobari, T.Y.
1987. Materi Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta : Aries Lima.
Soedjito. 1993 Kosakata
dalam Bahasa Indonesia. Bandung: Ganeca Exact.
Sudjana. 1990. Metode
Statistik. Bandung : Tarsito.
Suparni. 1998.
Penuntun Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung :
Ganeca Exact.
Tarigan, Henry Guntur. 199 Pengajaran Kosakata. Bandung: Tarsito.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar