KAJIAN
KURIKULUM BAHASA INDONESIA SMK
Supriyono
STKIP PGRI Bandar
Lampung
Dosen PND-Dpk Kopertis Wilayah II
Abstrak
SMK PGRI
2 Bandar Lampung telah menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) sebagai bahan pijakan untuk melaksanakan proses pendidikan. Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan disusun dengan melibatkan beberapa pihak terkait,
yaitu kepala sekolah, guru, dan unsur masyarakat yang diwakili oleh komite
sekolah. Adapun bahan-bahan yang dijadikan referensi dalam penyusunan KTSP ini
adalah semua masukan yang relevan dari berbagai pihak, antara lain panduan
penyusunan KTSP dari BNSP, beberapa materi pelatihan dan penataran, masukan
dari pengawas, instruktur, dan Dinas Pendidikan Kabupaten, serta masukan dari
masyarakat.
Pada bagian kurikulum tersebut, disebutkan bahwa
mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib.
Melalui penguasaan kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia, peserta didik
diarahkan, dibimbing, dan dibantu agar mampu berkomunikasi bahasa Indonesia
secara baik dan benar. Hal ini membuktikan bahwa, dasar pemikiran disusunnya kurikulum ini dengan sangat spesifik. Dasar pemikiran yang
dipakai betul-betul langsung mengarah pada sekolah yang bersangkutan, bukan
dasar pemikiran yang sifatnya umum saja. Hal ini merupakan salah satu nilai
lebih dari Kurikulum SMK PGRI 2 Bandar Lampung. Di samping itu landasan yang
digunakan juga cukup kuat karena landasannya lengkap.
Berdasarkan pembahasan dapat diketahui bahwa, 1)
kurikulum Bahasa Indonesia SMK PGRI 2 Bandar Lampung secara garis besar telah disusun berdasarkan prinsip-prinsip
pengembangan KTSP; 2) pada tingkat semenjana, pembelajaran bahasa Indononesia
lebih berorientasi pada tercapainya
kemampuan berkomunikasi baik dalam kegiatan sehari-hari, kegiatan yang berhubungan dengan dunia
profesi/ pekerjaan, maupun kegiatan
ilmiah sederhana; 3) pembelajaran
lebih mengedepankan dengan menggunakan pendekatan komuni-katif; dan 4)
aspek kesastraan tidak mendapat prioritas dalam pembelajaran
Kata Kunci: Kurikulum
PENDAHULUAN
Dunia pendidikan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini diramaikan oleh isu pergantian kurikulum. Kurikulum yang berlaku sampai tahun 2006 adalah Kurikulum 1994. Kurikulum ini mengalami penyempurnaan dan hasil penyempurnaan ini adalah kurikulum 2004 atau juga dikenal dengan sebutan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). Ketika KBK ramai dibicarakan dan muncul buku-buku pelajaran yang disusun berdasarkan kurikulum ini, muncul KTSP atau kurikulum 2006 yang merupakan penyempurnaan dari KBK. KTSP mulai diberlakukan secara berangsur-angsur pada tahun ajaran 2006/2007.
Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan baik
kualitas proses maupun kualitas hasil belajar, maka perlu disusun dokumen
kurikulum sekolah yang dijadikan pedoman bagi semua civitas akademika dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan bidangnya masing-masing. Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan juga mengamanatkan agar di tiap-tiap satuan pendidikan (sekolah)
menyusun kurikulum yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah yang
bersangkutan.
SMK PGRI 2
Bandar Lampung telah menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
sebagai bahan pijakan untuk melaksanakan proses pendidikan. Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan disusun dengan melibatkan beberapa pihak terkait, yaitu
kepala sekolah, guru, dan unsur masyarakat yang diwakili oleh komite sekolah.
Adapun bahan-bahan yang dijadikan referensi dalam penyusunan KTSP ini adalah
semua masukan yang relevan dari berbagai pihak, antara lain panduan penyusunan
KTSP dari BNSP, beberapa materi pelatihan dan penataran, masukan dari pengawas,
instruktur, dan Dinas Pendidikan Kabupaten, serta masukan dari masyarakat.
Beberapa referensi tersebut dianalisis dan diterapkan yang sesuai agar KTSP
tersusun sesuai dengan harapan.
Semua yang terlibat dalam penyusunan kurikulum SMK PGRI 2 Bandar Lampung sudah berusaha semaksimal mungkin agar kurikulum yang dihasilkan memenuhi harapan semua pihak. Namun, pada kenyataannya Kurikulum SMK PGRI 2 Bandar Lampung tak lepas dari berbagai kekurangan di samping juga terdapat beberapa hal yang sudah cukup baik (kelebihan). Kekurangan dan kelebihan tersebut perlu dianalisis sebagai balikan agar KTSP ini pada tahun-tahun yang akan datang dapat tersusun lebih baik lagi. Kelebihan perlu dipertahankan dan ditingkatkan sedangkan kekurangan yang ada perlu dicari akar penyebabnya untuk diberikan solusi yang tepat. Berikut ini analisis Kurikulum SMK PGRI 2 Bandar Lampung menurut pandangan penulis. Analisis ini terbatas pada Dokumen yang menyangkut beberapa komponen.
Semua yang terlibat dalam penyusunan kurikulum SMK PGRI 2 Bandar Lampung sudah berusaha semaksimal mungkin agar kurikulum yang dihasilkan memenuhi harapan semua pihak. Namun, pada kenyataannya Kurikulum SMK PGRI 2 Bandar Lampung tak lepas dari berbagai kekurangan di samping juga terdapat beberapa hal yang sudah cukup baik (kelebihan). Kekurangan dan kelebihan tersebut perlu dianalisis sebagai balikan agar KTSP ini pada tahun-tahun yang akan datang dapat tersusun lebih baik lagi. Kelebihan perlu dipertahankan dan ditingkatkan sedangkan kekurangan yang ada perlu dicari akar penyebabnya untuk diberikan solusi yang tepat. Berikut ini analisis Kurikulum SMK PGRI 2 Bandar Lampung menurut pandangan penulis. Analisis ini terbatas pada Dokumen yang menyangkut beberapa komponen.
KTSP
KTSP atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh
setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Kurikulum ini
juga dikenal dengan sebutan Kurikulum 2006 karena kurikulum ini mulai
diberlakukan secara berangsur-angsur pada tahun ajaran 2006/2007. Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah harus sudah menerapkan kurikulum ini paling
lambat pada tahun ajaran 2009/2010.
KTSP merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 2004
atau yang juga dikenal dengan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). Seperti KBK,
KTSP berbasis kompetensi. KTSP memberikan kebebasan yang besar kepada sekolah
untuk menyelenggarakan program pendidikan yang sesuai dengan (1) kondisi
lingkungan sekolah, (2) kemampuan peserta didik, (3) sumber belajar yang
tersedia, dan (4) kekhasan daerah. Dalam program pendidikan ini, orang tua dan
masyarakat dapat terlibat secara aktif
(Muslich, 2008: 10).
Pengembangan dan penyusunan KTSP merupakan proses
yang kompleks dan melibatkan banyak pihak: guru, kepala sekolah, guru
(konselor), dan komite sekolah. Berikut ini akan dibahas beberapa hal yang
dapat dilakukan guru dalam menghadapi KTSP.
Bahan Ajar
KTSP dikembangkan dan disusun oleh satuan
pendidikan atau sekolah sesuai dengan kondisinya masing-masing, setiap sekolah
mempunyai kurikulum yang berbeda. Dengan demikian, bahan ajar yang digunakan
juga mempunyai perbe-daan. Tidak ada ketentuan tentang buku pelajaran yang
dipakai dalam KTSP. Buku yang sudah ada dapat dipakai. Karena pembelajaran
didasarkan pada kurikulum yang dikembangkan sekolah, bahan ajar harus
disesuaikan dengan kurikulum tersebut. Oleh karena itu, guru dapat mengurangi
dan menambah isi buku pelajaran yang digunakan.
Kurikulum pada dasarnya merupakan suatu perencanaan
menyeluruh yang mencakup kegiatan dan pengalaman yang perlu disediakan yang
memberikan kesempatan secara luas bagi siswa untuk belajar. Dengan kurikulum
itu pada gilirannya tersedia kesempatan dan kemungkinan terselenggaranya proses
belajar dan mengajar ( Hamalik, 2008:1). Dengan demikian, guru harus mandiri
dan kreatif. Guru harus menyeleksi bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran
sesuai dengan kurikulum sekolahnya.Guru dapat memanfaatkan bahan ajar dari
berbagai sumber (surat kabar, majalah, radio, televisi, internet, dsb.). Bahan
ajar dikaitkan dengan isu-isu lokal, regional, nasional, dan global agar
peserta didik nantinya mempunyai wawasan yang luas dalam memahami dan
menanggapi berbagai macam situasi kehidupan. Berdasarkan kenyataan (Dimyati dan
Mudjiono. 2006: 287) bahwa guru tahu
situasi dan kondisi serta bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar,
maka sudah sewajarnya guru berperan dalam pengembangan kurikulum.
Untuk pelajaran membaca, misalnya, bahan bacaan
dapat diambil dari surat kabar. Di samping surat kabar yang berskala nasional
yang banyak menyajikan isu-isu nasional, ada surat kabar lokal yang banyak
menyajikan isu-isu daerah. Kedua jenis sumber ini dapat dimanfaatkan. Bahan
bacaan yang mengandung muatan nasional dan global dapat diambil dari surat
kabar berskala nasional, sedangkan bahan bacaan yang mengandung muatan lokal
dapat diambil dari surat kabar daerah. Berdasarkan bahan bacaan ini, guru dapat
mengembangkan pembelajaran bahasa Indonesia yang kontekstual. Peserta didik
diperkenalkan dengan isu-isu yang menjadi perhatian masyarakat di sekitarnya
dan masyarakat yang tatarannya lebih luas.
Bahan ajar yang beragam jenis dan sumbernya ini
tentu juga dapat digunakan untuk pelajaran-pelajaran yang lain (menulis,
mendengarkan, dan berbicara).
Mengingat pentingnya televisi dan komputer
(internet) dalam kehidupan sekarang ini, guru perlu memanfaatkan bahan ajar
dari kedua sumber ini. Televisi dan komputer juga dapat dapat dipakai sebagai
media pembelajaran yang menarik.
Metode Pembelajaran
Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan pada anak
didik. Menurut Sardiman (2009:47) mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha
untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan
memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar.
Dalam KTSP guru diberi kebebasan untuk memanfaatkan
berbagai metode pembelajaran. Guru perlu memanfaatkan berbagai metode
pembelajaran yang dapat membangkitkan minat, perhatian, dan kreativitas peserta
didik. Karena dalam KTSP guru berfungsi sebagai fasilitator dan pembelajaran
berpusat pada peserta didik, metode ceramah perlu dikurangi. Metode-metode
lain, seperti dis-kusi, pengamatan, tanya-jawab perlu dikembangkan.
Pembelajaran yang dilakukan melalui diskusi,
misalnya, dapat melibatkan partisipasi dari semua peserta didik. Semua peserta
didik dapat berbicara, mengemukakan pendapatnya masing-masing. Guru dalam hal
ini hanya meng-arahkan bagaimana diskusi berjalan. Isu diskusi perlu dikaitkan
dengan lingkungan sekitar (sekolah, daerah) hingga lingkungan global. Kegiatan
pem-belajaran tidak selalu berlangsung di dalam kelas. Kegiatan dapat dilakukan
di luar kelas (perpustakaan, kantin, taman, dsb.), di luar sekolah (mengunjungi
lembaga bahasa, stasiun radio/televisi, penerbit, dsb.). Beragamnya tempat
pembelajaran dapat membuat suasana belajar yang tidak membosankan.
Kegiatan pembelajaran dapat juga melibatkan orang
tua dan masyarakat. Sekolah dapat mengundang orang yang mempunyai profesi
tertentu atau ahli dalam bidang tertentu untuk berbicara dan berdialog dengan
peserta didik. Sebagai contoh, dalam pelajaran menulis dan berbicara
(wawancara), kalau ada orang tua peserta didik yang berprofesi sebagai
wartawan, guru dapat mengundang orang yang bersangkutan untuk berbicara dan
berdiskusi tentang pekerjaannya dengan peserta didik. Kegiatan seperti ini akan
berguna untuk peserta didik, guru, dan orang tua. Mereka dapat saling belajar
dan proses pembelajaran menjadi menarik dan bersi-fat kontekstual.
Dalam lingkungan sekolah, staf sekolah juga dapat
dimanfaatkan. Misalnya, untuk pelajaran menulis surat resmi guru bisa meminta
staf administrasi untuk berbicara tentang penulisan surat. Di samping berguna
sebagai sumber pembelajaran, kegiatan ini juga berguna untuk membentuk
lingkungan sekolah yang kondusif, yaitu adanya hubungan dan kerja sama yang
baik di antara peserta didik, guru, dan staf.
Kalau memungkinkan, kegiatan pembelajaran dapat
dilakukan dengan kunjungan peserta didik kepada orang dengan profesi tertentu
(misalnya penyunting bahasa atau penterjemah) atau ke lembaga tertentu
(misalnya lembaga bahasa atau penerbit) untuk menggali informasi tentang bahasa
Indonesia. Kegiatan ini akan membuka wawasan peserta didik dan guru akan
profesi yang berkaitan dengan bahasa Indonesia dan akan pentingnya bahasa
Indonesia sehingga diharapkan muncul sikap positif terhadap bahasa Indonesia.
PEMBAHASAN
Nama Kurikulum
Istilah yang dipakai untuk menamai kurikulum atau
judul dokumen yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia Semua Program Keahlian
SMK PGRI 2 Bandar Lampung Tahun 2006. Nama kurikulum tersebut seperti yang dipakai oleh kebanyakan sekolah,
sehingga sudah sesuai. Penyusunan dokumen KTSP dilakukan dengan merujuk pada
Kepmendiknas no 22 tentang standar isi dan Kepmendiknas no 23 tentang standar kelulusan, Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia SMK yang dikeluarkan oleh BNSP
tahun 2006, serta bimbingan teknis pihak Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan, bersama Sekolah Menengah Kejuruan dan Pusat Pengembangan Penataran
Guru (PPPG) lingkup kejuruan, Perguruan Tinggi, dengan pengarahan dari BSNP dan
Pusat Kurikulum Balitbang Diknas.
Komponen Dokumen
Komponen Dokumen
Komponen Dokumen Kurikulum SMK PGRI 2 Bandar Lampung meliputi
Latar Belakang, Tujuan Mata Pelajaran, Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia SMK, Ruang Lingkup dan Silabus. Hal ini sudah sesuai dengan pedoman penyusunan
KTSP.
Visi
Visi SMK PGRI 2 Bandar Lampung adalah menjadikan lembaga diklat yang da-pat menghasilkan tenaga kerja tingkat menengah yang profesional dan mampu bersaing di pasar kerja baik nasional maupun internasional.
Visi SMK PGRI 2 Bandar Lampung adalah menjadikan lembaga diklat yang da-pat menghasilkan tenaga kerja tingkat menengah yang profesional dan mampu bersaing di pasar kerja baik nasional maupun internasional.
Visi ini cukup baik dengan beberapa pertimbangan, yaitu:
a. Sesuai
dengan norma, nilai, dan harapan masyarakat.
b.
Berorientasi ke depan dengan memperhatikan kekinian.
c.
Mendorong semangat dan komitmen seluruh warga sekolah.
d.
Mendorong adanya perubahan yang lebih baik.
e. Mengarahkan
langkah-langkah strategis (misi) sekolah.
Namun, jika ditinjau dari maknanya, visi ini sulit
diukur, karena tenaga kerja ting-kat menengah profesional tidak memiliki
batasan yang jelas dan visi ini terkesan bombastis karena langsung bersaing
pada tataran nasional dan global yang kurang memperhatikan potensi dasar yang dimiliki sekolah.
Misi
SMK PGRI 2 Bandar Lampung memiliki dua misi untuk mendukung pencapaian visi yang ada. Misi yang ditetapkan sekolah sudah tepat karena sudah mencermin-kan langkah-langkah atau tindakan yang strategis untuk mencapai visi. Adapun kedua misi yang ditetapkan adalah sebagai berikut :
1) Menyelenggarakan diklat yang berkualitas untuk menghasilkan
Tenaga kerja menengah yang
profesional dengan dasar
penguasaan
bahasa Inggris sehingga mampu bersaing
di pasar
global.
2) Menciptakan lulusan yang mampu berwirausaha.
Tujuan SMK PGRI 2
Bandar Lampung
1)
Mempersiapkan
tamatan yang memiliki kepribadian dan berakhlak mulia sebagai tenaga kerja
tingkat menengah yang kompeten sesuai program keahlian pilihannya.
2)
Membekali
peserta didik untuk berkarir, mandiri yang mampu beradaptasi dilingkungan kerja
sesuai bidangnya dan mampu menghadapi perubahan yang terjadi di masyarakat.
3)
Membekali
peserta didik sikap profesional untuk mengembangkan diri dan mampu berkompetisi
di tingkat nasional, regional dan internasional.
Ketiga tujuan sekolah yang
tercantum dalam kurikulum sudah sesuai dengan visi dan misi sekolah, serta
acuan dalam pengembangan KTSP bahwa kurikulum
di-susun yang memungkinkan semua
mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia.
Di samping itu, kurikulum harus memuat
ke-cakapan hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja
sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik dan kebutuhan dunia kerja.
Namun, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kerja keras dari setiap
unsur yang terlibat, harus mempunyai SDM yang unggul di setiap lini, serta
tersedianya sarana dan prasana yang memungkinkan tujuan di atas dapat
direalisasikan.
Bagian Latar Belakang
Bagian Latar Belang
Kurikulum SMK PGRI 2 Bandar Lampung, disebutkan bahwa mata pelajaran
Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib. Melalui penguasaan
kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia, peserta didik diarahkan, dibimbing,
dan dibantu agar mampu berkomunikasi bahasa Indonesia secara baik dan benar. Cakupan mata pelajaran
Bahasa Indonesia bagi peserta didik meliputi pembentukan kompetensi
berkomunikasi secara lisan dan tertulis pada tingkat Semenjana, Madya, dan
Unggul. Hal ini membuktikan bahwa, dasar
pemikiran disusunnya kurikulum ini
dengan sangat spesifik. Dasar pemikiran yang dipakai betul-betul langsung
mengarah pada sekolah yang bersangkutan, bukan dasar pemikiran yang sifatnya
umum saja. Hal ini merupakan salah satu nilai lebih dari Kurikulum SMK PGRI 2
Bandar Lampung. Di samping itu landasan yang digunakan juga cukup kuat karena
landasannya lengkap.
Tujuan Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia di SMK
Tujuan Mata
pelajaran Bahasa Indonesia di SMK secara umum dikelompokkan menjadi empat.
Keempat tujuan tersebut diarahkan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut.
1) Meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk mencapai tingkat kualifikasi unggul.
2) Menerapkan
kompetensi berbahasa Indonesia secara baik dan benar pada mata pelajaran
lainnya.
3) Meningkatkan
kemampuan berkomunikasi secara efisien dan efektif, baik lisan maupun tertulis.
4) Meningkatkan
kemampuan memanfaatkan berbahasa Indonesia untuk bekerja.
Pada bagian tujuan ini memberikan indikasi
bahwa penerapan kompetensi berbahasa
Indonesia secara baik dan benar tidak
hanya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, tetapi juga pada mata pelajaran
lainnya yang menggunakan bahasa pengantar Bahasa Indonesia. Untuk itu kepada
semua guru di SMK agar memiliki kompetensi berbahasa Indonesia secara baik dan
benar. Tanpa peran serta dari pihak-pihak yang terkait tujuan ini sulit untuk
dapat diwujudkan. Di samping itu, pencapai tujuan ini untuk peningkatkan
kemampuan memanfaatkan berbahasa Indonesia untuk bekerja.
Standar Kompetensi
Lulusan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMK
Standar kompetensi
dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi
pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk
penilaian. Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu
memperhatikan Standar Proses dan Standar Penilaian.
Standar kompetensi
lulusan SMK dibedakan menjadi tiga
tingkatan, yaitu tingkat semenjana, tingkat madia, dan tingkat unggul. Ketiga
tingkatan ini diuraikan di bawah ini.
Tingkat Semenjana
1)
Mendengarkan
Memahami wacana lisan dalam kegiatan
penyampaian dan penerimaan informasi yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari.
2)
Berbicara
Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan penyampaian informasi yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari.
3)
Membaca
Menggunakan berbagai jenis membaca untuk
memahami wacana tulis berupa teks, grafik, dan tabel yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari.
4)
Menulis
Menggunakan berbagai jenis wacana tulis untuk
mengungkapkan pikiran, perasaan, dan penyampaian informasi dalam bentuk teks, grafik, dan
tabel yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Tingkat Madya
1)
Mendengarkan
Memahami wacana lisan dalam kegiatan
penyampaian dan penerimaan informasi yang berkaitan dengan pekerjaan.
2)
Berbicara
Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan penyampaian informasi yang berkaitan dengan pekerjaan.
3)
Membaca
Menggunakan berbagai jenis membaca untuk
memahami wacana tulis berupa teks, grafik, dan tabel yang berkaitan dengan
pekerjaan.
4)
Menulis
Menggunakan berbagai jenis wacana tulis untuk
mengungkapkan pikiran, perasaan, dan penyampaian informasi dalam bentuk teks, grafik, dan
tabel yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tingkat Unggul
1)
Mendengarkan
Memahami wacana lisan dalam kegiatan
penyampaian dan penerimaan informasi yang berkaitan dengan kegiatan ilmiah
sederhana.
2)
Berbicara
Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan penyampaian informasi yang berkaitan dengan kegiatan
ilmiah sederhana.
3)
Membaca
Menggunakan berbagai jenis membaca untuk
memahami wacana tulis berupa teks, grafik, dan tabel yang berkaitan dengan
kegiatan ilmiah sederhana.
4)
Menulis
Menggunakan berbagai jenis wacana tulis untuk
mengungkapkan pikiran, perasaan, dan penyampaian informasi dalam bentuk teks, grafik, dan
tabel yang berkaitan dengan kegiatan ilmiah sederhana.
Jika
dicermati pada ketiga tingkatan di atas, yaitu tingkatan semenjana,
madya, dan unggul, aspek kemahiran berbahasa yang disampaikan terdiri dari
keterampilan mendengarkan, berbicara,
membaca, dan menulis. Keempat kemahiran berbahasa ini pada setiap tingkatan selalu
disampaikan dengan kedalaman dan
keluasan materi yang berbeda. Pada tingkat semenjana kemahiran berbahasa
lebih difokuskan pada aktivitas yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pada tingkat
madya kemahiran berbahasa lebih berorientasi pada dunia profesi atau pekerjaan,
sedangkan pada tingkat unggul kemahiran berbahasa berfokus pada kegiatan ilmiah sederhana. Berdasarkan hal ini, bahwa pende-katan yang
digunakan dalam penyampaian materi
adalah pendekatan spiral, yaitu pada setiap tingkatan selalu muncul
keempat kemahiran berbahasa dengan
kedalaman dan keluasan bahasa yang berbeda. Proses pembelajaran lebih
ditekankan pada pendekatan komunikatif dengan menekankan pada kemahiran
berbahasa dalam berbagai kegiatan, mulai dari kehidupan sehari-hari, kehidupan
dunia profesi/ pekerjaan sampai pada kegiatan ilmiah sederhana.
Bagian Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata
pelajaran Bahasa Indonesia meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1) Berkomunikasi pada tingkat Semenjana
2) Berkomunikasi pada tingkat Madya
3) Berkomunikasi pada tingkat Unggul.
Pada bagian ruang
lingkup ini hanya disampaikan secara global, karena bentuk pemerian telah
disampaikan pada bagian standar kompetensi lulusan.
Prinsip pengembangan KTSP
Kurikulum SMK PGRI 2 Bandar Lampung tidak
mencantumkan prinsip-prinsip pengembangan KTSP pada bagian pendahuluan. Prinsip
pengembangan KTSP menurut Muslich (2008: 11) meliputi tujuh hal, yaitu:
a. berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik
dan lingkungannya,
b. beragam dan terpadu,
c. tanggap terhadap perkembangan iptek dan seni,
d. relevan dengan kebutuhan kehidupan,
e. menyeluruh dan berkesinambungan,
f. belajar sepanjang hayat,
g. seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
b. beragam dan terpadu,
c. tanggap terhadap perkembangan iptek dan seni,
d. relevan dengan kebutuhan kehidupan,
e. menyeluruh dan berkesinambungan,
f. belajar sepanjang hayat,
g. seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Tujuh prinsip pengembangan KTSP itu perlu
dicantumkan agar warga sekolah, khususnya pemangku kepentingan di sekolah
tersebut mengetahui dan memaha-minya sehingga pengembangan KTSP dapat
dilaksanakan sesuai prinsip-prinsip tersebut.
Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam KTSP SMK
Guru adalah pelaksana kurikulum di lapisan
terdepan. AS Broto (1983: 23) mengatakan bahwa seorang guru adalah seorang
seniman. Sebagai seniman tentunya guru dengan begitu cepat dapat mengatur proses belajar-mengajar yang
sesuai dengan situasi yang dihadapinya. Setiap adanya perubahan kurikulum
berdampak pada adanya perubahan orientasi yanga akan dicapainya. KTSP sebagai
bentuk penyempurnaan KBK lebih berorientasi pada pendekatan komunikatif.
Menurut Zulfahnur Z Firdaus dan Rosmid Rosa (1987:6.5) pendekatan komunikatif
bertujuan langsung mengaktifkan siswa
agar memiliki kemampuan berkomunikasi. Untuk mendapatkan gambaran tentang pendekatan ini, di
bawah ini dikemukakan silabus Bahasa Indonesia dalam KTSP SMK, Tingkat
Semenjana atau Kelas X, Semester 1 – 2.
NAMA SEKOLAH : SMK
PGRI 2 Bandar Lampung
MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA
KELAS/SEMESTER : X/1
& 2
KOMPETENSI DASAR
|
INDIKATOR
|
MATERI PEMBELAJARAN
|
|
1. 1
Menyimak untuk memahami lafal, tekanan, intonasi, dan
jeda yang lazim/baku dan yang tidak
|
·
Reaksi
kinetik (menunjukkan sikap memperhatikan, mencatat) terhadap lafal, tekanan,
intonasi dan jeda yang lazim/baku dan yang tidak
· Komentar atau ungkapan lisan terhadap lafal,
tekanan, intonasi, dan jeda yang lazim/baku dan yang tidak
|
· Informasi dan
contoh lafal ( termasuk Kamus Besar Bahasa Indoensia), tekanan, intonasi, dan
jeda yang lazim/baku dan yang tidak
· Bentuk reaksi
kinetik atau verbal bila mendengar
pelafalan, tekanan, intonasi, atau jeda yang lazim/baku dan yang tidak
|
|
1. 2
Menyimak untuk memahami informasi
lisan dalam konteks bermasyarakat
|
·
Pengidentifikasian sumber informasi sesuai
dengan wacana
·
Pencatatan isi pokok informasi dan uraian
lisan yang bersifat faktual, spesifik, dan rinci
·
Pengenalan ragam/laras bahasa
·
Pembedaan proses dan hasil dengan
memperhatikan ciri atau penanda kata/kalimat
|
·
Ciri-ciri sumber informasi dan yang bukan
·
Pemilihan sumber informasi yang didengar
·
Perbedaan fakta dan bukan fakta, yang umum
dan yang spesifik, pemerian dan yang bukan
·
Pembuatan catatan yang bersifat faktual,
spesifik, dan rinci berdasarkan informasi yang didengar
·
Konsep dan ciri-ciri ragam/laras bahasa
disertai contoh
·
Identifikasi ragam/laras bahasa yang
tepat/tidak tepat
·
Citi atau penanda kata/kalimat yang
menunjukkan proses atau hasil
·
Pengenalan dengan cepat dan mantap informasi
yng menunjukkan proses atau hasil
|
|
1. 3
Membaca cepat untuk memahami
informasi tertulis dalam konteks bermasyarakat
|
·
Membaca cepat permulaan (120-150 kata) per
menit
·
Membaca cepat lanjutan dengan menerapkan
teknik meminadai (scanning) dan layap (skimming) sehingga
mencapai 230-250 kata per menit
·
Membuat catatan pokok-pokok isi bacaan sesuai
dengan cara/teknik membuat catatan
·
Menjelaskan bagian bacaan tertentu secara
rinci
|
·
Cara/teknik membaca cepat untuk pemahaman
·
Konsep tentang sarana komunikasi, kesadaran
berbahasa, dan sikap berbahasa yang positif
·
Cara/teknik membuat catatan
·
Cara/teknik menyusun bagian bacaan
(eksposisi)
·
Informasi tentang hubungan seni berbahasa,
sastra dan apresiasi
·
Cara/teknik menafsirkan kata, bentuk kata, dan
ungkapan idiomatik dengan tepat, dan pemanfaatan kamus
|
|
1. 4
Memahami informasi tertulis dalam
berbagai bentuk teks
|
·
Mengidentifikasi sumber informasi dengan
menggunakan cara/teknik membaca cepat untuk pemahaman
·
Mencatat isi pokok informasi dengan
menggunakan cara/teknik membaut catatan yang benar
·
Mengidentifikasi jenis teks (narasi,
deskripsi,dan eksposisi) dengan menggunakan cara/teknik membaca cepat untuk
pemahaman
·
Memilih fakta dan opini dengan menggunakan
cara/teknik membuat catatan
·
Memilah proses dan hasil dengan menggunakan
cara/teknik membaca cepat dan cara/teknik membuat catatan
·
Menceritakan kembali informasi dari masalah
yang telah teridentifikasi
·
Mengungkapkan gambar, bagan, grafik, diagram,
atau matriks secara verbal
·
Mengubah informasi verbal ke dalam bentuk
nonverbal
·
Menyimpulkan informasi yang termasuk
pendapat/opini
|
·
Cara/teknik membaca cepat untuk pemahaman
termasuk cara membaca grafis dan matriks
·
Cara/teknik membuat catatan/konsep tentang
sarana komunikasi kesadaran berbahasa dan sikap berbahasa yang positif
·
Ciri penanda masalah, gaya tulisan, fakta,
opini, proses ( imbuhan pe-an), dan hasil (imbuhan -an) yang terdapat
dalam teks
·
Konsep tentang sarana komunikasi, kesadaran
berbahasa dan sikap berbahasa yang positif
·
Informasi dan teknik membuat teks nonverbal
·
Teknik membuat simpulan (induktif-deduktif)
dan rumusan simpulan (singkat, padat, dan lugas)
|
|
1. 5
Melafalkan kata dengan artikulasi
yang tepat
|
·
Mengucapkan kata dengan suara yang jelas dan
tekanan pada suku kata, serta artikulasi yang tepat/lazim
·
Melafalkan bahasa Indonesia baku, termasuk
lafal bahasa daerah yang dibedakan berdasarkan konsep lafal baku bahasa
Indonesia
|
· Artikulasi
bunyi
· Perbedaan
makna sebagai kesalahan artikulasi bunyi
· Konsep lafal
baku bahasa Indonesia
|
|
1. 6
Memilih kata, bentuk kata, dan
ungkapan yang tepat
|
·
Menggunakan kata dan ungkapan yang sesuai
dengan tuntut sitausi komunikasi secara tepat, menarik, dan kreatif
·
Memanfaatkan sinonim, atau parafrasa untuk
menghindari pengulangan mubazir kata yang sama dalam satu kalimat/paragraf
·
Membedakan pemakaian kata bersinonim yang
memiliki nuansa yang berbeda berdasarkan makna leskikal, kontekstual,
situasional, makna struktural, metaforis
·
Menggunakan kata dan ungkapan yang sesuai
dengan situasi komunikasi dalam hal ragam dan laras bahasa
|
· Cara
memanfaatkan sinonim dalam kaitannya dengan konteks
· Makna
leksikal, makna kontekstual (situasional), makna struktural, metaforis
· Kalimat
efektif
|
|
1. 7
Menggunakan kalimat yang baik,
tepat, dan santun
|
·
Mengidentifikasi kalimat yang komunikatif
tetapi tidak cermat dilihat dari kaidah bahasa, nalar, dan ketersampaian
pesan
·
Mengidentifikasi kalimat yang tidak
komunikatif tetapi cermat
·
Menggunakan kalimat yang komunikatif, cermat,
dan santun dalam suatu pembicaraan
|
· Syarat-syarat
yang harus dipenuhi dalam sebuah kalimat: kaidah bahasa, nalar, ketersampaian
pesan
· Contoh-contoh
kalimat efektif
|
|
1. 8
Mengucapkan kalimat dengan jelas,
lancar, bernalar, dan wajar
|
· Membedakan
penggunaan pola tekanan kata dan kalimat dalam berbicara dengan memperhatikan
konsep dan pola serta intonasi, tekanan, nada, irama, dan jeda
· Membaca lirik
lagu, naskah/teks, pengumuman/pidato dan sejenisnya dengan menggunakan
tekanan, dan intonasi secara jelas dan tepat
|
·
Konsep dan pola intonasi, tekanan, nada,
irama, dan jeda
· Teknik Membaca
Indah
·
Teknik Membaca Intensif
|
|
1. 9
Menulis dengan memanfaatkan
kategori/kelas kata
|
·
Menggunakan kata atau bentuk kata yang sama
dalam perincian dengan memperhatikan keefektifan dan keefisienan rincian
|
·
Teks yang mengandung rincian yang berupa:
· Kelas Kata
· Bentuk kata
· frasa
· kalimat
efektif
|
|
1. 10 Membuat
berbagai teks tertulis dalam konteks bermasyarakat dengan memilih kata,
bentuk kata, dan ungkapan yang tepat
|
·
Menetapkan topik berdasarkan tema tertentu
·
Membuat kerangka karangan
·
Menentukan kalimat utama berdasarkan kerangka
yang ditetapkan
·
Menyusun karangan sesuai dengan pilihan jenis
karangan tertentu (narasi, deskripsi, eskposisi) dengan pemilihan kata,
bentuk kata dan ungkapan yang tepat
|
·
Perencanaan Karangan: Penentuan tema,
perumusan topik/judul, perumusan tujuan/tesis/maksud karangan
·
Langkah-langkah Menulis (Narasi, Deskripsi,
Eksposisi)
·
Kiat memilih kata, bentuk kata, dan ungkapan
dalam menulis sesuai dengan tema karangan/jenis karangan
|
|
1. 11 Menggunakan
kalimat tanya secara tertulis sesuai dengan sitausi komunikasi
|
·
Menyampaikan pertanyaan
yang relevan dengan topik pembicaraan secara tertulis dengan santun
·
Menyampaikan pertanyaan yang memerlukan
jawaban ya atau tidak secara tertulis dengan tujuan untuk
memantapkan klarifikasi dan konfirmasi
·
Menyampaikan pertanyaan retorik (tidak
memerlukan jwaban) secara tertulis sesuai dengan tujuan dan situasi
·
Menyampaikan pertanyaan secar tersamar dengan
kalimat tanya secara tertulis dengan tujuan selain bertanya, seperti memohon,
meminta, menyuruh, mengajak, merayu, menyindir, meyakinkan, menyetujui, tau
menyanggah
|
·
Kalimat Tanya: Pengertian,
ciri-ciri,macam-macam kata tanya,
jenis kalimat tanya
·
Kalimat tanya yang efektif
·
Formula 5W1H (what, who, why, when, where,
how) dalam menyampaikan pertanyaan sesuai dengan situasi komunikasi
|
|
1. 12 Membuat
parafrasa dari teks tertulis
|
· Mengungkapkan
kembali dengan kalimat sendiri secara tertulis teks yang telah dibaca
|
·
Teks
·
Cara/Teknik Menyusun Parafrasa
|
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui pada
tingkat Semenjana atau kelas X lebih ditekankan pada standar kompetensi yaitu “berkomunikasi dengan bahasa Indonesia”.
Dengan demikian, materi pelajaran
disusun dengan menggunakan pendekatan komunikatif. Pendekatan ini
bertujuan langsung mengaktifkan siswa agar memiliki kemampuan berkomunikasi.
Kompetensi komunikatif bertolak dari seperangkat strategi dan kreativitas siswa
dalam merealisasikan nilai kultur ke dalam unsur kebahasaan yang terpakai dalam ikatan kalimat dan
wacana. Realisasi tersebut terwujud dalam pemakaian bahasa lisan maupun
tulisan.
Pada tingkat semenjana ini terdapat 12 KD tersebar
dari semester 1 sampai dengan semester 2, yang apabila kita rinci ke 12 KD itu
merupakan penjabaran dari aspek
kemahiran berbahasa. Terdapat 2 KD
penjabaran dari keterampilan menyimak, yaitu KD 1.1 dan 1.2. Terdapat 3 KD
penjabaran dari keterampilan membaca, yaitu KD 1.3, 1.4 dan 1.5. Terdapat 3 KD
penjabaran dari keterampilan berbicara, yaitu KD 1.6, 1.7, dan 1.8. Terdapat 4 KD penjabaran dari keterampilan
menulis, yaitu KD 1.9, 1.10, 1.11, dan
1.12.
Dari ke 12 KD pada tingkat semenjana ini tampak
bahwa keterampilan menyimak dan membaca pada urutan awal dan keterampilan
berbicara dan menulis pada urutan berikutnya. Keterampilan menyimak dan membaca
pada satu urutan didasarkan karena kedua keterampilan itu merupakan kegiatan berbahasa dalam bentuk
kemampuan menerima (receptive aktif), sedangkan keterampilan membaca dan
menulis pada urutan berikutnya karena kedua keterampilan ini merupakan bentuk
kegiatan berbahasa dalam bentuk kemampuan memproduksi (productive).
Aspek kesastraan baik dalam ke
12 KD maupun indikator yang telah dikembangkan tidak tampak. Berdasarkan hal di
atas, dapat diasumsikan bahwa pengetahuan, pemahaman , maupun kegiatan
apresiasi sastra mungkin tidak diperlukan. Namun ironisnya dalam materi
pembelajaran yang dikembangkan terdapat 2 materi pengajaran sastra, yaitu pada
KD 1.3 terdapat 1 materi sastra yaitu Informasi tentang hubungan seni berbahasa, sastra dan
apresiasi. Dan 1
materi sastra pada KD 1.8, yaitu Teknik Membaca Indah.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan berikut ini.
1.
Kurikulum Bahasa Indonesia SMK PGRI 2 Bandar Lampung
secara garis besar telah disusun berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan KTSP.
2.
Pada tingkat semenjana, pembelajaran bahasa Indononesia
lebih berorientasi pada tercapainya kemampuan berkomunikasi baik dalam kegiatan
sehari-hari, kegiatan yang berhubungan dengan dunia profesi/ pekerjaan, maupun
kegiatan ilmiah sederhana.
3.
Pembelajaran lebih
mengedepankan dengan menggunakan pendekatan komunikatif.
4.
Aspek kesastraan tidak mendapat prioritas dalam
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
AS. Broto. 1983. Metodologi
Proses Belajar Mengajar Berbahasa. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Asdi
Mahasatya.
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Muslich, Masnur. 2008. Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (Dasar Pemahaman dan Pengembangan). Jakarta: Bumi Aksara.
Sardiman A.M. 2009 Interaksi
Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Zulfahnur Z. Firdaus dan
Rosmid Rosa. 1987. Telaah Kurikulum Bahasa Indonesia SMA. Jakarta:
Penerbit Karunika.
Biodata Penulis:
Drs. Supriyono, MM adalah adalah
staf pengajar Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia STKIP PGRI Bandar
Lampung.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar