SENI
MENGAJAR MENANGULANGI ADANYA
FOBIA
MATEMATIKA
Buang Saryantono*)
Dosen PNSD Kopertis Wilayah II pada STKIP
PGRI Bandar Lampung
Abstrak
: Pelajaran matematika merupakan
matapelajaran yang anggap siswa dapat membuat stress, sehingga matematika
merupakan matapelajaran yang menakutkan
dan tidak difavoritkan. Bermatematika di
zaman sekarang harus aplikatif dan sesuai dengan kebutuhan hidup, untuk itu
kita semua berkewajiban menghilangkan rasa takut. Guru
sebagai penyampai ilmu harus mampu mengajarkan matematika lebih menarik dan
mengembangkan daya nalar siswa dengan menggunakan logika matematis. Seorang guru
selalu menyempurnakan ketrampilannya dalam seni mengajar. Orang tua
harus memberi kesempatan anak untuk bereksplorasi, observasi dalam keadaan
rileks.
Kata Kunci : Seni
Mengajar, Fobia Matematika
PENDAHULUAN
Matematika
merupakan ilmu dasar dari pengembangan sains
dan sangat berguna dalam kehidupan. Dalam perdagangan orang dituntut
untuk mengerti aritmatika minimal penjumlahan dan pengurangan. Bagi pegawai
atau karyawan perusahaan harus mengerti waktu/jam, Bendaharawan suatu
perusahaan harus memahami seluk beluk keuangan. Ahli agama, politikus, ekonom,
wartawan, petani, ibu rumah tangga, dan semua manusia “sebenarnya” dituntut
menyenangi matematika yang kemudian berupaya untuk belajar dan memahaminya,
mengingat begitu pentingnya dan banyaknya peran matematika dalam kehidupan
manusia.
Hasil Penelitian The
Third International Mathematic and Science Study Repeat (TIMSS-R)
pada tahun 1999 menyebutkan bahwa di antara 38 negara, prestasi siswa SMP
Indonesia berada pada urutan 34 untuk matematika.Sementara hasil nilai
matematika pada ujian Nasional, pada semua tingkat dan jenjang pendidikan
selalu terpaku pada angka yang rendah.
Sedangkan dari Percentage of
students at all competence levels in math (PISA 2003) dapat dilihat pada
grafiksebagai berikut:

Keadaan ini sangat ironis dengan kedudukan dan peran matematika untuk
pengembangan ilmu dan pengetahuan, mengingat matematika merupakan induk ilmu
pengetahuan dan ternyata matematika hingga saat ini belum menjadi pelajaran
yang difavoritka
Fakta menunjukkan,
tidak sedikit siswa sekolah yang masih menganggap matematika adalah pelajaran
yang bikin “stress”, membuat pikiran bingung, menghabiskan waktu dan cenderung
hanya mengotak-atik rumus yang tidak berguna dalam kehidupan. Akibatnya,
matematika dipandang sebagai ilmu yang tidak perlu dipelajari dan dapat
diabaikan. Selain itu, hal ini juga didukung dengan proses pembelajaran di
sekolah yang masih hanya berorientasi pada pengerjaan soal-soal latihan saja.
Hampir belum pernah dijumpai proses pembelajaran matematika dikaitkan dengan
kehidupan nyata. Untuk menyelamatkan nyawa matematika salah satu hal segera
dilakukan adalah bagaimana membuat siswa senang terhadap untuk belajar
matematika ?.
FOBIA PELAJARAN MATEMATIKA
Fobia (rasa takut) terhadap pelajaran matematika
sering kali menghinggapi perasaan para siswa dari tingkat SD sampai dengan SMA
bahkan hingga perguruan tinggi. Padahal, matematika itu bukan pelajaran yang
sulit, dengan kata lain sebagaimana dituturkan oleh ahli matematika ITB Iwan
Pranoto, setiap orang bisa bermatematika.
Masalahnya, banyak orang tidak dapat bermatematika secara optimum gara-gara
takut terhadap matematika. Ketakutan tersebut membuat mereka enggan belajar
bahkan menjadi antipati. Ketakutan anak pada matematika juga disebabkan oleh
pola pengajaran guru yang kurang bervariasi, pola pengajaran guru yang otoriter
yang menganggap siswa yang banyak bertanya sebagai hal yang kurang ajar. Siswa
harus patuh dengan apa yang diterangkan guru.Munculnya fobia matematika
juga disebabkan sugeti yang tertanam dalam benak seorang siswa bahwa matematika
itu sulit. Sugestiini mncul dai orang-orang yang mengatakan itu sulit.
Kurikulum yang berlaku sekarang ini untuk sekolah
dasar dan menengah merupakan bentuk terbaru dari pengembangan dan penyempurnaan
Kurikulum Berbasis Kompetensi menjadi
Kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menekankan pada guru
untuk semakin gencar berupaya menggairahkan kembali dunia pendidikan.
Masalah fobia terhadap pelajaran matematika kerap dianggap sangat krusial
dibandingkan pelajaran lainnya karena sejak SD bahkan TK, siswa sudah diajarkan
matematika. Terkait dengan rasa apriori berlebihan terhadap matematika
ditemukan beberapa penyebab rasa takut matematika di antaranya adalah yang
mencakup penekanan belebihan pada penghafalan semata, penekanan pada kecepatan
atau berhitung, pengajaran otoriter, kurangnya variasi dalam proses
belajar-mengajar matematika, dan penekanan berlebihan pada prestasi individu.
Oleh sebab itu, untuk mengatasi hal ini, peran guru sangat penting. Karena
begitu pentingnya peran guru dalam mengatasi rasa takut matematika, maka
pengajaran matematika pun harus dirubah. Jika sebelumnya, pengajaran matematika
terfokus pada hitungan aritmetika saja, maka saat ini, guru-guru harus
meningkatkan kemampuan siswa dalam bernalar dengan menggunakan logika
matematis.
Matematika bukan hanya sekadar aktivitas
penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian karena bermatematika di
zaman sekarang harus aplikatif dan sesuai dengan kebutuhan hidup modern. Karena
itu, materi matematika bukan lagi sekadar aritmetika tetapi beragam jenis topik
dan persoalan yang akrab dengan kehidupan sehari-hari.
Dari aspek psikologi, menurut psikolog Alva
Handayani, peranan orang tua pun dibutuhkan untuk mengatasi fobia matematika.
Menurutnya, mengajar matematika bukan sekadar mengenal angka dan menghafalnya
namun bagaimana anak memahami makna bermatematika. Orang tua harus memberi
kesempatan anak untuk bereksplorasi, observasi dalam keadaan rileks. Para orang
tua tidak perlu khawatir dengan kemampuan matematika para putra-putri mereka.
Yang terpenting dalam menumbuhkan cinta anak pada matematika adalah terbiasanya
anak menemukan konsep matematika melalui permainan dalam suasana santai di
rumah dalam rangka mempersiapkan masa depan anak.
Jika anak sering menemukan orang tua menggunakan
konsep matematika, maka anak akan menangkap informasi tersebut dan akan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Seperti, pengaturan uang saku
dan tabungan hingga pengaturan jadwal kereta api atau penerbangan.
SENI MENGAJAR
Menurut Yaniawati
(2006) dirumuskan ada lima tujuan umum pembelajaran matematika, yaitu: pertama,
belajar untuk berkomunikasi (mathematical
communication); kedua, belajar untuk bernalar (mathematical reasoning); ketiga, belajar untuk memecahkan masalah (mathematical problem solving); keempat,
belajar untuk mengaitkan ide (mathematical
connections); dan kelima, pembentukan sikap positif terhadap matematika (positive attitudes toward mathematics).
Semua itu lazim disebut mathematical
power (daya matematika).
Uraian tugas guru
merupakan ringkasan tentang hal-hal penting yang sangat berguna untuk
kesuksesan pengajaran matematika. Sebagai guru selalu berusaha keras untuk
menyempurnakan ketrampilannya dalam seni mengajar untuk membekali siswa dengan
matematika. Ketrampilan seni mengajar sangatlah penting khususnya saat guru
berusaha memotivasi siswa terutama mengadapi siswa yang malas yang dijumpai
setip hari.
Guru mempunyai
cara-cara tersendiri dalam mengajar, tetapi guru selalu cermat mencari ede dan
teknik baru untuk diterapkan di dalam kelas maupun di luar kelas. Seorang guru harus mengetahui perlengkapan
mereka, harus mengenal siswa yang sedang diajar dan mengetahui bagamana cara
mengajar secara menarik.
Menurut Max A.
Sobel dan Evan M. Maletsky dalam bukunya Mengajar Matematika dalam memberikan
wawasan dan tambahan yang akan berguna bagi guru matematika dalam pembelajaran
yang menarik adalah sebagai berikut:
1. Mulai pelajaran dengan cara
yang menarik. Mulai dengan
pertanyaan yang menarik dan nenantang, cara ini dapat digunakan sebagai cara
yang efektif untuk memulai dan mengakhiri suatu pelajaran. Sebuah pertanyaan
harus dirancang sedemikian rupa sehingga jawaban yang diperoleh dengan materi
dan metode yang sesuai dengan kurikulum, tingkat pelajaran dan kemampuan
siswanya. Pertanyaan yang menarik dan menantang dapat dipergunakan untuk
merangsang diskusi di awal pelajaran dan dapat juga untuk memotivasi keahlian
menghitung. Langkah-langkah terebut adalah sebagai berikut: Sebuah pertanyaan
yang memancing diberikan , kemudian siswa diberikan untuk menduga,
mendiskusikan atau berdebat untuk memperolehjawabnya.
2. Gunakan topik-topik sejarah
bila perlu. Satu cara menarik
untuk membuat agar matematika tetap hidup dalah mengunakan artikel-ertikel
sejarah untuk membantu menunjukkan bahwa matematikawan adalah manusia bias,
mempunyai kelemahan dan punya keinginan. Contoh: Karl
Gaus adalah seorang pemuda yang
cepat dewasa punyai bakat matematika. Guru sekolah dasarnya meminta menuliskan
bilangan 1 sapai 100 dan memintanya untuk menghitungnya. Dengan cepat Gauss
memberikan jawaban 5050. Gauss dapat mengitung dengan cara:



1 + 100 = 101
2 +
99 = 101
3
+ 98 = 101 dan seterusnya
Karena ada 50 pasang bilangan masing-masing
berjumlah 101. Dengan demikian jumlah total adalah 50 x 101 = 5050. Sekarang
dapat kita gunakan dengan rumus
untuk menghitung jumlah n bilangan asli pertama. Leonhard
Euler adalah matematikawan paling produktif sepanjang masa, sumbanganya
sangat luas sehingga dapat ditemui diberbauai tingkat pelajaran matematika
diantaranya : orang yang petama kali menemukan simbul ”
” simbul
”i” untuk
, simbol ”e” untuk bilangan iirasional yang
istimewa 2,718281..., yang merupakan limit dari
untuk n membesar tanpa batas, mempublikasikan
daftar 30 pasang bilangan amicable dan masih banyak lagi penemuan-penemuan
matematikawan lainnya.




3. Gunakan alat peraga secara efektif.
Penggunaan alat peraga di dalam mata pelajaran matematika yang dimaksudkan agar siswa dapat mengembangkan
pembelajarannya. Alat peraga dapat dibuat oleh guru sendiri atau alat peraga
buatan pabrik. Alat peraga buatan guru yang banyak digunakan karena relatif
dapat dibuat dengan singkat dan lebih murah.
4. Sediakan perlengkapan untuk penemuan oleh
siswa. Teknik penemuan dapat digunakan ecara efektif untuk merangsang dan
membantu dalam mengembangkan kreativitas dan orasionalitas yang penting untuk
kesuksesan masa depan siswa dalam belajar matematika. Untuk menanamkan
pengetahuan kepada siswa seorang tidak boleh ragu menyediakan perlengkapan
untuk mereka berpartisipasi didalamnya dan agar menyukai semua kesenangan yang
penting. Ada 2 tipe pendekatan penemuan di dalam kelas yaitu penemuan
terbimbing dan penemuan kreatif. Penemuan terbimbing diman guru memimpin siswa
dengan tahapan-tahaan yang benar, menyajikan adanya diskusi, menanyakan
pertanyaan yang menuntun, dan memerkenalkan ide pokok bila dirasakan perlu, ini
merupakan kerjasama yang menyenangkan karena hasil akhirnya dapat diperoleh.
Pada pendekatan penemuan kebanyakan harus dilakukan melalui arahan dari guru,
tetapi pada level yang paling murni ada penemuan kreatif dimana guru
menciptakan situasi di kelas dan meminta
siswa melakukan penemuan sendiri menggunakan intuisi dan pengalaman mereka
dengan sedikit atau tanpa arahan dari guru.
5.
Akhiri
pelajaran dengan sesuatu yang istimewa.
Memeperkenalkan topik yang istimewa dibeberapa menit terakhir dari jam
pelajaran dapat membuat siswa menjadi menyesali mengapa jam pelajaran segera
berakhir. Hiharapkan siswa meninggalkan kelas dengan memperbincangkan sesuatu
yang menyenangkan yang telah terjadi pada akhir mata pelajaran matematika yang
baru saja diikuti, dengan harapkan mereka selalu terus bersemangat sampai
hari-hari berikutnya, mereka ingin sekali kembali mendapatkan materi pelajaran
matematika yang lebih banyak lagi.
6. Kesimpulan. Seni mengajar merupakan tugas
guru yang tak mungkin berakhir, tunjukkan kepada siswa kita suka mengajar
matematika, guru mengekpresikan ketulusan terhadap siswa dan kesungguhan
terhadap pelajaran.
PENUTUP
Peran seorang guru
agar siswa tidak fobia terhadap matematika adalah menyelenggarakan pembelajaran
matematika secara nyaman dan dapat membuat siswa bergairah untuk mengikutinya
merupakan hal yang sudah tidak dapat ditawar lagi. Seorang guru dengan seni
mengajarnya yang membuat siswa menjadi senang untuk belajar matematika yang
tentunya akan berdampak pada penguasaan dan pemahaman terhadap materi matematika.
Cara mudah guru
mengetahui seni mengajar yang berkualitas dengan menanyakan kepada sekelompok
siswa untuk menuliskan guru disekolahnya yang baik menurut mereka. Hasilnya dapat diduga kebanyakan
siswa akan menulis ciri-ciri antusias, tulus hati, suka humor,empati, puya
imajinasi, dan kompetensi, mereka akan mengatakan bahwa menyukai guru yang suka
mengajar. Seorang guru yang suka mengajar ditunjukkan dengan mengajar dengan
bergirah, penuh arti, dan menunjukkan tingkah laku yang mengesankan.
Peran orang tua
pun tidak kalah pentingnya untuk mengatasi fobia matematika. Orang tua harus
memberi kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi, observasi dalam keadaan
rileks. Orang tua dalam menumbuhkan cinta anak pada matematika adalah
terbiasanya anak menemukan konsep matematika melalui permainan dalam suasana
santai di rumah dalam rangka mempersiapkan masa depan anak.
DAFTAR PUSTAKA
Max A. Sobel dan Evan M. Mataletsky
2001, Mengajar Matematika
Penerbit Erlangga, Jakarta.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar