PENGARUH MEDIA GAMBAR
DALAM PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA SISWA
KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI
DI PENENGAHAN, LAMPUNG SELATAN
Oleh:
Sudarmaji
Dosen PNS-Dpk Kopertis Eilayah II
STKIP PGRI Bandar Lampung
ABSTRAK
Motivasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas III di SDN Taman Baru, SDN
Banjarmasin, dan SDN Gedong Harta tergolong rendah sehingga mengakibatkan
rendahnya aktivitas dan hasil belajar bahasa Indonesia siswa. Hal ini, diduga
karena bahasa Indonesia dianggap sebagai pelajaran yang mudah tetapi
membosankan sehingga siswa tidak
termotivasi untuk mendengarkan penjelasan guru. Salah satu media pembelajaran
yang diharapkan dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa kelas III
di ketiga SD tersebut adalah Media Gambar. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui Pengaruh penggunaan media
gambar terhadap pembelajaran bahasa Indonesia kelas III SD Negeri di
Penengahan, Lampung Selatan. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan
metode penelitian tindakan kelas yang menerapkan konsep KTSP . Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
penggunaan media gambar lebih efektif jika dikombinasikan dengan metode
pembelajaran lain.
Kata Kunci: Pengaruh , Media Gambar, SD Negeri.
ABSTRACK
Motivation in Indonesian language learn of the 3rd
class student at SDN Taman Baru, SDN Banjarmasin, and SDN Gedong Harta pertained
to lower so that low resulting of activity and result of learning student’s
Indonesian Language. This matter is anticipated, because Indonesian Language
considered being easy but heavy Iesson so that student do not be motivated to
listen clarification of teacher. One of the expected learning media can improve
motivation and enthusiasm learns class student of the 3rd class
student is comic. This research aim to know effectiveness usage of comic to
study of class Indonesian Language of the 3rd class student at Government Elementary School
in Penengahan, South Lampung. Problem solving
conducted by using Classroom Action Research method that applied concept of KTSP . Result that is obtained, show that
usage of comic will be more effective if combined with other study method.
Key Words: effectiveness, comic, Government Elementary School
PENDAHULUAN
Saat ini Indonesia tengah menggalakkan
kurikulum berbasis kompetensi sesuai dengan tingkat satuan pendidikan di
sekolah masing-masing, yang sekarang dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum tersebut lebih mengutamakan siswa belajar
secara aktif dan mandiri di bawah bimbingan guru sebagai fasilitator.
Pembelajaran di kelas tidak lagi berpusat kepada guru sebagai pengajar namun
kepada siswa yang belajar. Siswa dituntut untuk mampu menemukan atau merumuskan
sendiri materi pelajaran yang diberikan, sementara guru memfasilitasi semua
kebutuhan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dijelaskan oleh Sidi (2006) dan Mulyasa (2006) bahwa KTSP dibuat dalam
rangka menyiapkan lulusan dalam bidang pendidikan siap memasuki era globalisasi
yang penuh tantangan dan ketidakpastian, sehingga diperlukan pendidikan yang
dirancang berdasarkan kebutuhan nyata di lapangan.
Sebagian besar sekolah dasar (SD) yang ada di
Penengahan Lampung Selatan, KTSP belum dilaksanakan secara optimal. Guru masih
terpengaruh dengan pola mengajar yang lama. Secara umum, guru masih mendominasi
proses pembelajaran. Hal ini, dapat dimaklumi mengingat KTSP masih menjadi hal baru bagi para guru, khususnya guru-guru yang berada di daerah
yang masih dalam proses sosialisasi.
Berdasarkan informasi di lapangan, minat dan motivasi
belajar siswa kelas III di SDN Taman Baru, SDN Banjarmasin, dan SDN Gedong
Harta tergolong rendah sehingga mengakibatkan rendahnya aktivitas dan hasil
belajar bahasa Indonesia siswa. Kenyataan tersebut, diduga karena bahasa
Indonesia dianggap sebagai pelajaran yang mudah namun membosankan sehingga
siswa tidak termotivasi untuk belajar
dan mendengarkan penjelasan guru.
Dilihat dari sisi guru, peran guru masih sangat
dominan di kelas. Guru belum puas kalau belum menjelaskan materi pelajaran
secara detil kepada siswa. Model pembelajaran ini bertentangan dengan konsep KTSP ,
sebagaimana yang disampaikan oleh Nasruddin (2007) bahwa model belajar bahasa
Indonesia yang berfokus pada guru diharapkan dapat dikurangi. Sebaliknya, kita
harus melaksanakan strategi yang dapat lebih melibatkan siswa aktif belajar,
baik secara mental, intelektual, fisik, maupun sosial.
(dalam http://www.indomedia.com/sripo/2007/07/02/0207/kot2.htm)
Berdasarkan hasil diskusi dengan guru-guru kelas III di
ketiga SD tersebut, permasalahan utama sebagai penyebab rendahnya aktivitas dan
hasil belajar siswa adalah karena metode yang digunakan guru tidak bervariasi.
Guru lebih
suka menjelaskan langsung materi pelajaran dan kurang memberi kesempatan kepada
siswa-siswanya untuk menemukan sendiri jawaban atas permasalahan yang mereka
hadapi. Akibatnya, pembelajaran menjadi pasif, siswa merasa bosan, dan malas
dalam belajar. Hal semacam ini, banyak ditemui di beberapa SD di Penengahan
Lampung Selatan.
Salah satu media
pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar
siswa kelas III di ketiga SD tersebut adalah Media Gambar. Media Gambar merupakan bentuk kartun yang mengungkapkan karakter satu atau
beberapa tokoh yang diperankan dalam suatu cerita dan secara implisit memuat
konsep-konsep atau pelajaran bahasa Indonesia. Media Gambar yang menarik dan
menyenangkan dapat memotivasi siswa dalam belajar. Hal ini sudah dibuktikan
oleh Iqbal (2002) dan Muliyardi (2002). Hanya saja kedua peneliti tersebut
masing-masing melakukannya pada siswa-siswa SLTP dan SD kelas I.
Menurut Iqbal (2002), proses penciptaan Media Gambar sebagai
media pembelajaran pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan penciptaan Media
Gambar-Media Gambar pada umumnya, namun pada Media Gambar pembelajaran
cenderung mengandung nilai plus, artinya selain memuat persoalan dan pelajaran (matematika,
bahasa, ataupun pelajaran yang lain) juga harus mengandung “sense of humor”.
Adanya humor dapat melahirkan kesan
positif dan rasa menyenangkan anak dalam belajar, tanpa merasa adanya beban.
Media Gambar menjadi
pilihan karena adanya kecenderungan banyak siswa, terutama siswa SD, lebih
menyenangi bacaan media hiburan seperti Media Gambar dan majalah jika
dibandingkan dengan membaca buku pelajaran. Jika Media Gambar disusun secara
sistematis sesuai dengan tujuan pembelajaran, maka Media Gambar dapat dijadikan
“teman yang baik” dalam belajar sehingga dapat menjadi sumber ilmu.
Ide penciptaan Media Gambar bukan berarti siswa dibawa ke
situasi aktivitas hiburan dan bermain semata, melainkan dimaksudkan untuk
meningkatkan minat dan motivasi belajar bahasa Indonesia mereka. Jika siswa
memiliki minat dan motivasi yang tinggi dalam belajar bahasa Indonesia melalui Media
Gambar, maka diharapkan hal tersebut dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar mereka.
Aktivitas siswa dalam belajar mempunyai peranan yang
sangat penting. Ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2004 : 90) bahwa dalam
belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar tidak
mungkin proses pembelajaran dapat
berlangsung dengan baik. Paul B. Diedrich dalam Nasution (1997 : 79) membuat
suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain digolongkan
dalam 8 kelompok aktivitas. Dalam penelitian ini, aktivitas yang banyak disorot
adalah aktivitas mental (menanggap, mengingat, memecahkan masalah,
menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan), dan aktivitas oral (menyatakan, merumuskan,
bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, diskusi, dan interupsi).
Sementara itu, hasil belajar siswa senantiasa dipantau
dalam setiap pertemuan. Oleh karena penelitian menggunakan pendekatan berbasis
kompetensi siswa dengan KTSP , maka hasil belajar siswa yang diamati meliputi
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Hal ini, sesuai dengan aspek cara
penilaian yang diberikan oleh Departemen Pendidikan Nasional (2006:9). Khusus
untuk ranah afektif dan psikomotor, hal-hal yang dinilai disesuaikan dengan
rencana pembelajaran.
Media gambar
merupakan motivator belajar bagi siswa untuk menemukan sendiri jawaban atas
permasalahan yang mereka hadapi. Selain itu, penggunaan media gambar dapat mengurangi peran guru sebagai pengajar karena
dalam penyusunannya dapat dimasukkan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
menggiring siswa pada penemuannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media
gambar terhadap pembelajaran bahasa Indonesia kelas III sekolah dasar negeri di
Penengahan, Lampung Selatan. Indikator adanya pengaruh yang dimaksud meliputi timbulnya aktivitas
belajar, respon, dan hasil belajar siswa. Pemilihan SD Negeri dalam penelitian
ini disebabkan karakteristik siswa di SD Negeri cenderung heterogen, terutama
dari segi latar belakang ekonomi dan pendidikan keluarga. Heterogenitas ini
sangat menarik perhatian terlebih lagi jika dikaitkan dengan aktivitas dan
hasil belajar siswa di sekolah. Sementara pemilihan SDN Taman Baru, SDN Banjarmasin, dan
SDN Gedong Harta dilakukan semata-mata demi kemudahan dalam memperoleh data
karena ketiga SD tersebut berlokasi tidak berjauhan antara satu dengan yang
lain. Disamping itu, ketiga SD tersebut memiliki ciri dan karakteristik hampir
sama dalam tindak berbahasa, yakni mayoritas siswanya berbahasa Lampung dalam
kehidupan sehari-hari.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di kelas III SD
semester ganjil tahun pelajaran 2006/2007. Pemilihan SDN Taman Baru, SDN Banjarmasin, dan SDN Gedong Harta dilakukan dengan
teknik purposif sampling karena ketiga sekolah tersebut berlokasi tak
berjauhan. Pemecahan masalah dilakukan dengan
menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang menerapkan konsep-konsep
pembelajaran berdasarkan KTSP .
Penelitian ini
menggunakan tiga siklus untuk melihat tingkat kemajuan dari variabel-variabel
yang diteliti. Sementara itu, penerapan konsep-konsep pembelajaran berdasarkan
KTSP dalam penelitian ini adalah untuk
mempertajam maksud penggunaan media gambar berikut penilaian hasil belajar dan
aktivitas siswa.
Urutan tindakan yang ditempuh diambil dari
langkah-langkah pembelajaran menurut Hopkins (1993:48) dan Elliot (1993:58),
terdiri dari :
1. Perencanaan, yaitu menyusun silabus, rencana
pembelajaran, format dan skenario Media Gambar, Lembar Kerja Siswa (LKS),
Lembar Observasi Guru, Lembar Observasi Aktivitas Siswa, dan Tes Hasil Belajar
Siswa
2. Tindakan, yaitu melaksanakan rencana pembelajaran yang
terdiri dari tiga siklus dengan menggunakan Media Gambar. Setiap siklus terdiri
dari satu materi pokok. Setiap siklus terdiri dari 3 - 4 kali pertemuan, dan
setiap selesai materi pokok diadakan tes formatif untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa terhadap materi pokok yang bersangkutan. Siswa yang belum
mencapai standar ketuntasan belajar diremidi sampai mencapai standar yang
dimaksud.
3.
Evaluasi tindakan,
yaitu proses observasi terhadap aktivitas dan respon siswa saat pelaksanaan
tindakan, dengan menggunakan lembar observasi, dan wawancara. Wawancara
dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai respon siswa.
4. Refleksi, yaitu merinci kendala berdasarkan lembar
observasi. Dari data hasil observasi, peneliti merefleksi diri mengenai keberhasilan dan kekurangan yang ada
pada tiap tahap tindakan. Selain itu, hasil analisis data ini digunakan sebagai
acuan untuk memperbaiki siklus berikutnya.
Tabel
1: Indikator Ketercapaian Pengaruh Pembelajaran
No.
|
Aspek
|
Skor
|
Indikator
|
1.
|
Aktivitas Siswa
a.
Kurang Aktif
b.
Aktif
|
a.
0 % – 59 %
b.
60 % – 100 %
|
Pembelajaran dengan menggunakan Media Gambar dikatakan efektif jika
memenuhi kriteria bahwa rata-rata 75% atau lebih siswa:
1.
tergolong
aktif
2.
memberi respon
positif
3.
meraih hasil
belajar cukup, baik , atau baik sekali.
|
2.
|
Respon Siswa
a.
Negatif
b.
Netral
c.
Positif
|
a.
0 % -- 40 %
b.
41 % -- 60 %
c.
61 % -- 100 %
|
|
3.
|
Hasil belajar Siswa
a.
Kurang Sekali
b.
Kurang
c.
Cukup
d.
Baik
e.
Baik Sekali
|
a.
0,0 – 5,0
b.
5,1 – 6,0
c.
6,1 – 7,4
d.
7,5 – 8,4
e.
8,5 – 10,0
(Rentang skor: 0,0 – 10,0
)
|
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 2: Tabel Hasil
Aspek Penilaian
|
% Rata-Rata Jumlah Siswa dari 3 Siklus di:
|
||
SDN Taman Baru
|
SDN Banjarmasin
|
SDN
Gedong Harta
|
|
Aktif Belajar
|
94.3%
|
88.2%
|
70.87 %
|
Respon Positif
|
100%
|
100%
|
100 %
|
Hasil Belajar : cukup,
baik, atau baik sekali (sebelum diremidi)
|
77,5%
(dengan nilai rata-rata kelas 7,4)
|
92%
(dengan nilai rata-rata kelas 8,4)
|
72,1%
(dengan nilai rata-rata kelas 7,83)
|
Pembahasan
Berdasarkan Tabel 2, tampak bahwa penggunaan media
gambar dapat membuat siswa aktif dalam belajar. Hal ini, disebabkan respon
siswa sangat positif terhadap penggunaan media gambar dalam pembelajaran di
kelas. Siswa sangat senang belajar melalui Media Gambar. Bahkan, mereka
cenderung berebut untuk dapat membaca Media Gambar yang disediakan.
Di SDN Taman Baru dan SDN Banjarmasin aktivitas
belajar siswa dapat mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi baik dan baik
sekali. Di
kedua SD tersebut, penggunaan media gambar dapat dikatakan efektif karena sudah
memenuhi kriteria yang diberikan. Hanya saja terjadi perbandingan terbalik
antara aktivitas belajar dan hasil belajar di kedua SD tersebut. Persentase
jumlah siswa yang aktif belajar di SDN Taman Baru lebih tinggi dibandingkan di
SDN Banjarmasin. Akan tetapi, persentase jumlah siswa yang memenuhi
keberhasilan dalam belajar dan nilai rata-rata yang diperoleh di SDN
Banjarmasin lebih tinggi dibandingkan di SDN Taman Baru.
Sementara itu,
Media Gambar di SDN Gedong Harta dinyatakan kurang efektif. Hal ini,
disebabkan tidak semua kriteria yang diberikan dapat dipenuhi. Adapun kriteria
yang dipenuhi di SD ini hanyalah persentase jumlah siswa yang aktif belajar dan
jumlah siswa yang memberikan respon positif, sedangkan persentase jumlah siswa
yang mencapai keberhasilan dalam belajar tidak sampai memenuhi kriteria yang
diminta.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari ketiga SD
tersebut, dapat diketahui bahwa Media
Gambar dapat membuat siswa aktif belajar. Siswa senang dengan pembelajaran yang
menggunakan Media Gambar. Dengan kata lain, Media Gambar dapat menarik minat
dan motivasi siswa untuk belajar. Akan tetapi, aktivitas belajar yang tinggi
belum tentu menghasilkan prestasi belajar yang tinggi pula. Hal ini,
menunjukkan bahwa penggunaan media
gambar perlu dikombinasikan dengan metode-metode pembelajaran lain untuk dapat
mencapai hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan kompetensi dan pengalaman
belajar yang diharapkan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa penggunaan media gambar dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas
III di sekolah dasar, khususnya sekolah dasar negeri, yakni:
1.
dapat menarik minat dan motivasi siswa dalam belajar.
2.
dapat membuat siswa aktif dalam belajar;
3.
perlu dikombinasikan dengan metode-metode pembelajaran
lain agar dapat mencapai hasil belajar yang tinggi.
Saran
1.
Oleh karena penggunaan
media gambar dapat meningkatkan minat, motivasi, dan aktivitas belajar siswa,
ada baiknya setiap guru SD dapat menjadikan media gambar sebagai sebuah media
alternatif yang baik dalam pembelajaran di kelas.
2.
Untuk dapat
mencapai hasil belajar siswa yang diinginkan, ada baiknya setiap guru SD dapat
mengombinasikan berbagai metode pembelajaran dengan Media Gambar yang
digunakan. Hal ini, disebabkan penggunaan media gambar belum menjamin
keberhasilan belajar siswa jika digunakan sebagai satu-satunya alternatif.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Puji. 2006. Studi
Pembelajaran Bahasa Indonesia Menggunakan Pendekatan Praktik Berbahasa di Kelas
III SDN 1 Sukaraja Bandar Lampung. Skripsi.
Dentiria. 2006. Pembelajaran
Bahasa Indonesia dengan Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas IV Semester Genap SD
Negeri 4 Sawah Lama Tahun Pelajaran 2005/2006. Skripsi.
Departemen Pendidikan Nasional .2006. KTSP Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia (Modul). Jakarta.
Elliot, J. (1993). Action
Research for Educational Change. Philadelphia:
Open University Press.
Hopkins, D. 1993. A Teacher Guide to Classroom Research. Philadelphia: Open
University Press.
Iqbal, Muhammad. 2002. Strategi
Pembelajaran Matematika yang Effektif dan Menyenangkan dengan Menggunakan Media
Media Gambar. Jurnal Matematika atau Pembelajarannya, Tahun VIII, Edisi Khusus, Juli 2002
Muliyardi. 2002. Penggunaan Komik dalam
Pembelajaran Matematika di SD. Jurnal Matematika atau Pembelajarannya, Tahun
VIII, Edisi Khusus, Juli 2002
Mulyasa, E. 2006. KTSP : Konsep,
Karakteristik, Implementasi, dan Inovasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nasution, S. 1997. Asas-Asas Mengajar. Bandung: C.V. Jemmars.
Naurita, Reni. 2007. Studi
Pembelajaran Bahasa Indonesia Menggunakan Pendekatan Kontekstual di Sekolah
Dasar Kartika II-5 Bandar Lampung (Studi pada Kelas III A Semester Ganjil Tahun
Ajaran 2006/2007). Skripsi
Sardiman, A.M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada
Sidi, Indra Djati. 2001. Menuju Masyarakat Belajar : Menggagas Paradigma
Baru Pendidikan. Jakarta : PARADINA dan LOGOS WACANA ILMU
Suryati, Devi.2005. Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar
Bahasa Indonesia Siswa Melalui Pendekatan Kontekstual ( Studi pada Siswa Kelas
V Semester II SD Negeri I Sawah Lama Bandar Lampung). Skripsi
media gambar merupakan salah satu cara untuk meningkatkan semangat belajar siswa, terutama siswa sekolah dasar. yang identik lebih menyukai sesuatu yang bergambar. untuk itu sebagai seorang guru hendaknya kita terus berusaha memperbaiki kwalitas kita dengan berinovasi dan berkreasi serta mengembangkan metode yang terbaik dalam pembelajaran.
BalasHapus