PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN
KBK
Fitriana Rahmawati
Penulis Dosen PNSD Dpk STKIP PGRI Bandar Lampung
Abstrak:
Pembelajaran matematika dengan pembelajaran matematika realistik, memberi
peluang kepada siswa untuk aktif mengkonstruksi pengetahuan atau mereinvent
pengetahuan matematika. Dalam proses belajar mengajar sesuai dengan sifat
matematika realistik yang berbasis masalah, maka strategi umum pembelajaran
meliputi pemberian masalah untuk dipecahkan siswa, pemberian kesempatan siswa
untuk mengkonstruksi sendiri pemecahan masalah dan presentasi hasil yang
disusul dengan diskusi. Untuk itu situasi pembelajaran sedapat mungkin dibuat
menyenangkan, komunikasi dan interaksi yang baik antara guru dan siswa. Hal ini
sangat sesuai dengan potensi yang harus dikembangkan secara optimal dan
tuntutan kegiatan siswa dalam proses belajar matematika sesuai dengan KBK
(Kurikulum Berbasis Kompetensi) kurikulum 2004.Dan dengan pembelajaran
matematika realistik ini diharapkan dapat menimbulkan minat sekaligus kreatifitas
dan motivasi siswa dalam mempelajari matematika sehingga siswa dapat memperoleh
manfaat maksimal baik proses maupun hasil belajarnya.
Kata Kunci : pembelajaran matematika
realistik, pembelajaran matematika, KBK (Kemampuan Berbasis Kompetensi )
Pendahuluan
Menurut Zulkardi (Ilma, 2007) rendahnya prestasi
siswa dalam matematika di sekolah diasumsikan karena beberapa faktor-faktor
yang berkaitan dengan pembelajaran matematika di sekolah diantaranya adalah
materi, metode, dan evaluasi. Berawal dari materi pelajaran yang dirasakan oleh
siswa yang terlalu banyak dan kurang menarik dikarenakan kurangnya contoh yang
diaplikasikan dalm kehidupan dunia mereka. Sedang metode yang dipakai dalam
mengajarkan matematika adalah terpusat pada guru, sementara siswa cendrung
pasif sehingga tidak mempunyai kesempatan berfikir tentang matematika karena
waktu yang ada hanya untuk menyalin apa yang dikerjakan gurunya. Akhirnya,
metode penilaiannya hanya difokuskan pada sumatif kurang pada formatif yang
seharusnya terintegrasi pada proses pembelajaran.
Penggunaan Teori Pendidikan Matematiaka Realistik
atau Realistic Mathematics Education (RME) adalah salah satu cara yang mungkin
untuk melakukan perubahan tersebut diatas. Menurut de Langge (Ilma, 2007) RME ini adalah teori belajar mengajar
matematika yang pertama kali dikenalkan dan dikembangkan sekitar 30 tahun yang
lalu oleh Freudenthal Institute di negeri Belanda. Teori ini telah diadopsi dan
diadaptasi oleh banyak negara maju seperti Inggris, Jerman, Denmark, Spanyol, Portugal,
Afrika Selatan, Brazil, USA, Jepang, dan Malaysia.
Pembelajaran Matematika Realistik mempunyai
strategi belajar mengajar yang mempunyai sifat berbasis masalah nyata, dimana
strategi umum pembelajaran meliputi pemberian masalah untuk dipecahkan siswa,
pemberian kesempatan siswa untuk mengkonsruksi sendiri pemecahan masalah, dan
presentasi hasil pemecahan masalah yang disusul dengan diskusi (Liliasari,
2007). Hal ini sangat sesuai dengan potensi yang harus dikembangkan secara
optimal dan tuntutan kegiatan siswa dalam proses belajar matematika yang
diharapkan sesuai dengan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) kurikulum 2004. Sehingga pembelajaran matematika realistik
diharapkan dapat menimbulkan minat sekaligus kreativitas dan motivasi siswa
dalam mempelajari matematika sehingga siswa dapat memperoleh manfaat yang
maksimal, baik proses maupun hasil belajarnya.
Teori Belajar Matematika
Menurut J. Bruner (Muslich:222) belajar merupakan
satu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di
luar informasi yang diberikan kepada dirinya. Menurut Hidayat (Muslich: 222)
pengetahuan perlu dipelajari dalam tahap-tahap tetentu agar pengetahuan
tersebut dapat diinternalisasi dalam fikiran (struktur kognitif) manusia yang
mempelajarinya. Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang
berarti proses belajar mengajar terjadi secara optimal) jika pengetahuan
tersebut dipelajari dalam tahap-tahap berikut :
1. Tahap Enaktif adalah pembelajaran di mana
pengetahuan dipelajari secara aktif dengan menggunakan benda-benda konkret atau
situasi yang nyata.
2. Tahap Ikonik adaah suatu tahap pembeajaran
di mana pengetahuan direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk visual, gambar
atau diagram yang menggambarkan kegiatan konkret atau situasi konkret yang
terdapat pada tahap enaktif.
3. Tahap Simbolik adalah suatu tahap pembelajaran di mana
pengetahuan direpresentasikan dalam bentuk simbol abstrak, baik simbol verbal
(misal huruf,kata atau kalimat), lambang matematika, maupun lambang abstrak
lain.
Suatu proses belajar akan berlangsung secara
optimal jika pembelajaran diawali dengan tahap enaktif, dan kemudian bila tahap
ini dirasa cukup, siswa beralih ketahap berikutnya yaitu tahap representasi
ikonik. Dan terakhir pada tahap ketiga, yaitu representasi simolik.
Pembelajaran Matematka
Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan
pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik
yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta
antara siswa dengan siswa (Suyitno,2004: 1). Agar tuuan pengajaran dapat
tercapai, menurut Suhito (Muslich,2007: 223) guru harus mampu mengorganisasi
semua komponen sedemikian rupa sehingga antara komponen sehingga antara
komponen yang satu dengan lainnya dapat berinteraksi secara harmonis.
Salah satu komponen dalam pembeajaran adalah
pemanfaatan berbagai macam strategi dan metode pembelajaran secara dinamis dan
fleksibel sesuai dengan materi, siswa dan konteks pembelajaran (Depdiknas,200:
1). Sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat memilih model pembelajaran
yang cocok dengan materi atau bahan ajaran.
Dalam pembelajaran matematika, salah satu upaya
yang dilakukan oleh guru adalah dengan menggunakan pembelajaran matematika
realistik karena dengan model pembelajaran ini memberi kesempatan kepada siswa
seluas-luasnya untuk mengkonstruksi sendiri pemecahan masalah matematika dengan
strateginya sendiri, yang tentu saja setelahnya dipresentasikan dan
didiskusikan bersama. Dimana pembelajaran seperti ini memacu kreativitas siswa
dan diharapkan dapat terus meningkatkan minat dan motifasi belajar siswa dalam
pembelajaran matematika.
Kurikulum Bebasis Kompetensi (Kurikulum
2004)
Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Sekolah
Menengah Pertama (Depdiknas, 2003: 8) menyatakan bahwa potensi siswa harus
dapat dikembangkan secara optimal dan di dalam proses belajar matematika siswa
dituntut untuk mampu;
·
melakukan
kegiatan penelusuran pola dan hubungan;
·
mengembangkan
kreativitas dengan imajinasi,intuisi dan penemuannya;
·
melakukan
kegiatan pemecahan masalah;
·
mengomunikasikan
pemikian matematisnya kepada orang lain.
Untuk mencapai kemampuan tersebut perlu
dikembangkannya proses belajar matematika yang menyenangkan, memerhatikan
keinginan siswa, membangun pengetahuan dari apa yang diketahui siswa,
menciptakan suasana kelas yang mendukung kegiatan beajar, memberikan kegiatan
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, memberikan kegiatan yang menantang,
membeikan kegiatan yang memberi harapan keberhasian, menghargai setiap
pencapaian siswa (Depdiknas, 2003: 5).
Dalam mempelajari matematika siswa memerlukan
konteks dan situasi yang berbeda-beda sehingga diperlkan usaha guru untuk:
·
menyediakan
dan mengunakan berbagai alat peraga atau media pembelajaran yang menarik
perhatian siswa;
·
memberikan
kesempatan belajar matematika diberbagai
tempat dan keadaan;
·
memberikan
kesempatan menggunakan matematika untuk beragai keperluan;
·
mengembangkan
sikap menggunakan matematika sebagai alat untuk memecahkan masalah baik di
sekoah maupun di rumah;
·
menghargai
sumbangan tradisi, dan seni di dalam pengembangan matematika;
·
membantu
siswa menilai sendiri kegiatan matematikanya. (Depdiknas,2003: 6)
Dari kurikulum diatas dapat dikatakan bahwa gru
dalam melakukan pembelajaran matematika
harus bisa membuat situasi yang menyenangkan, menuntun siswa menjadi lebih
kreatif dan inovatif dengan matematika.
Pendidikan Matematika Realistik / RME
Pendidikan matematika realistik banyak ditentukan
oleh pandangan Freudental tentang matematika. Dua pandangan penting
beliau adalah : ’mathematics must be conected to reaity and mathematicsas human
activity’. Pertama, matematika harus dekat terhadap siswa dan harus relevan
dengan situasi kehidupan sehari-hari
siswa. Kedua,menekankan bahwamatematika sebagi aktivitasmanusia, sehingga siswa
harus diberi kesempatanuntuk belajar melakukan aktivitas semua topik dalam
matematika..
Kemudian
Treffers (Liliasari, 2007) secara
eksplisit memformulasikan dua tipe matematisasi,yaitu horizontal dan vertikal.
Pada horizontal, siswa menggunakan matematika sehingga dapat membantu mereka
mengorganisasi dan menyelesaikan suatumasalah yang ada pada suatu situasi
nyata. Sebaliknya, pada tipe
vertikal,dilakukan poses pengorganisasian kembali menggunakan matematika itu
sendiri.
Karakteristik Pendidikan Matematika
Realistik
Pendidikan Matematika Realistik mencerminkan
pandangan matematika tertentu mengenai bagaimana siswa belajar matematika dan
bagaimana matematika harus dikerjakan.Pandangan ini dicerminkan pada 6 prinsip,
yang diturunkan dari 5 kaidah yang dikemukakan Teffers (Liliasari, 2007) yaitu
eksplorasi fenomenogis menggunakan konteks, menjembatani menggunakan instrumen
vertikal, konstruksi dan poduksi oleh siswa sendiri,siswa interaktif dan
jalur-jalur yang saling menjalin.
Berdasarkan kaidah-kaidah tersebut, maka keenam
prinsip yang merupakan karakteristik pendidikan matematika realistik antara
lain:
1. Prinsip Kegiatan; Siswa diperlakukan
sebagai partisipan aktif dalam proses pengembangan seluruh perangkat perkakas
dan wawasan matematis sendiri.
2. Prinsip Nyata; Matematika realistik harus
memungkinkan siswa dapat menerapkan pemahaman matemattika dan perkakas
matematikanya untuk memecahkan masalah.
3. Prinsip Bertahap; Membimbing pertumbuhan
pemahaman matematika siswa dan mengarahkan hubngan longitudinal dalam kurikulum
matematiaka.
4. Prinsip Saling Menjalin; Pinsip ini
ditemukan pada setiap jalur matematika,misal antar topik-topik kesadaran akan
bilanagan, mental aritmatika, perkiraan(estimasi), dan algoritma.
5. Prinsip interaksi; Belajar matematika
dipandang sebagai kegiatan sosial. Sehingga pendidikan harus dapat memberikan
kesempatan bagi siswa untuk saling berbagi strategi dan penemuan mereka.
6. Prinsip Bimbingan; Guru maupun program
pendidikan mempunyai peranan terpenting dalam mengarahkan siswa untuk
memperoleh pengtahuan. Dalam hal ini guru dituntut untuk dapat mengantisipasi
pemahaman dan kterampilan siswa yang berbeda untuk mengaahkannya mencapai
tujuan pemelajaran.
Kompetensi yang dikembangkan
Kompetensi yang dimiliki siswa melalui matematika
realistik, selain dari kompetensi
disiplin ilmu, juga komptensi
memproduksi, merefleksikan dan berinterasi. Hal ini sesuai dengan tiga pilar
pendidikan matematika yaitu refleksi, konstruksi dan narasi (Liliasari,2007:
169). Melalui bidang ilmunya kompetensi yang dibangun siswa matematika
realistik adalah befikir fomal, sedangkan melalui proses belajarnya kompetensi
yang dicapai adalah memproduksi, merefleksi dan berinteraksi. Melalui pemecahan
masalah dalam konteks kehidupan sehari-hari pelajar diberi kesempatan untuk
memproduksi sendiri pemahaman dan perkakas matematisnya. Selanjutnya melalui
presentasi temuannya diantara siswa dalam dan antar kelompok, semua siswa dapat
berbagi pengalaman. Setiap orang berdiskusi dalam kelompok tersebut dan
merefleksikan temuannya sendiri. Sekaigus dalam diskusi juga dikembangkan
kemampuan berinteraksi di antara sesama siswa, sehingga kemampuan sosial dapat
dikembangkan.
Srategi Pembelajaran
Sesuai dengan sifat matematika realistik yang
berbasis masalah nyata, maka strategi umum pembelajaran meliputi pemberian
masalah untuk dipecahkan siswa, pemberian kesempatan kepada siswa untuk
mengkonstruksi sendiri pemecahan masalah, dan pesentasi hasil pemecahan masalah
yang disusul dengan diskusi.
Adapun metode yang digunakan dalam pembelajaran
matematika realistik adalah pemecaha masalah, yang diikuti dengan kerja
kelompok, diskusi dan pesentasi.
Sedangkan media
yang digunakan tergantung tingkat
dari tujuan belajar siswa tesebut. Dimana, untuk tingkat pemula biasanya
digunakan benda-benda langsung, seperti manik-manik, keleeng, mobil-mobilan,
dll. Sedang tingkat lanjutan digunakan media yang lebih fomal seperti
bagan,garis bilangan dan simbol-simbollainnya.
Evauasi
Evaluasi yang digunakan juga disesuaikan dengan
tingkat berfikir siswa. Sehingga bentuk evaluasi dapat disusun sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai melalui pembelajaran bedasarkan tahap pencapaian
tingkat berpikir yang tepat untuk tiap tingkat kelas siswa.
Evaluasi pelu diakukan bukan saja melalui tes
untuk mengukur hasil pembelajaran, melainkan dilakukan selama proses
pembelajaran. Hal ini dilakukan terhadap aktivitas siswa berinteraksi selama
proses pemecahan masalah, juga terhadap pesentasi yang dilakukan siswa dalam
memaparkan temuan pemecahan masalahnya. Selama diskusi baik dalam angka
pemecahan masalah, maupun tanggapan pada presentasi, siswa juga dievaluasi
kemampuannya melakukan refleksi. Hal ini sangat penting, karena refleksi dapat
mendorong siswa memiliki kemampuan melakukan matematisasi vertikal.
Penutup
Simpulan
Pembeajaran Matematia Realistik dalam pembelajaran
matematika merupakan pembelajaran yang secara teoritis tepat dan sesuai dengan
karakteristik matematika dan sesuai juga dengan tuntutan kurikulum 2004
Saran
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang
pengaruh pembelajaran matematika realistik dalam pembelajaran matematika
terhadap minat, proses dan hasil belajar siswa.
Daftar Pustaka
Departemen
Penddikan Nasional irektorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Dierektorat
Pendidikan lanjutan Pertama. 2003. Kurikulum 2004 Bebasis Kompetensi Sekolah
Menengah Pertama mata Pelajaran Matematika. Jakarta: DirektoratJendral
Perguruan Tinggi Depdiknas.
Ilma,Ratu
(2007). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Statistika
Menggunakan Pendekatan Reaistic Matematics Education (RME) Berdasarkan KBK di
SMA N 17 Palembang. Dalam Jurnal Pendidikan Matematika, Vol.. 1, No.1,
Januari 2007. Palembang: Program tudi Magister Pendidikan Matematika rogram
Pascasarjana Unirsitas Sriwijaya.
Liliasari
(2007). Pembelajaran Matematika Realistik. Makalah disajikan pada
LokakaryaPembelajaran Inovaif dan Partisipatif di Jakarta tanggal 3-6 Desember 2007.
Mslich, M
(2007). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensidan Kontekstual. Jaarta:
Bumi Aksara.
Suyitno
Amin, Pandoyo, Hidayah Isti,Suhito, Suparyan. (2000). Dasar-Dasar dan Proses
Pembelajaran Matematika I. Semarang: Pendidikan Matematika FMIPA UNNES.
Is the merit casino scam or legit? - xn--o80b910a26eepc81il5g.online
BalasHapusIs the merit casino scam 1xbet or legit? How 메리트 카지노 쿠폰 to check the integrity of gambling websites? Is the merit casino scam 제왕 카지노 or legit?