PEMBELAJARAN BAHASA DAN KTSP
Rifnida
Dosen PNS-Dpk Kopwil II STKIP PGRI Bandar Lampung
Abstrak: Keberhasilan pembelajaran bahasa sangat
ditentukan oleh guru bahasa itu sendiri. Dalam KTSP guru selalu dituntut untuk
mengadakan perbaikan dan dan peningkatan dalam cara dan hasil kerja yang
dicapainya. Guru bahasa disamping menciptakan pembelajaran yang menarik ia
harus selalu belajar mengembangkan kemampuan yang dimilikinya.
Dalam KTSP, pembelajaran bahsa
pada hakekatnya bertujuan membekali peserta didik agar mampu berkomunikasi
secara efektif dan efesien dalam berbahasa Indonesia lisan dan tulisan. Karena
itu guru bahasa hendaknya fleksibel dalam memilih bahan ajar, metode
pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing.
Tulisan ini ingin memaparkan
hal-hal yang perlu dilakukan guru bahasa terutama dalam pemilihan bahan ajar,
metode pembelajaran yang menarik sesuai dengan pola KTSP.
PENDAHULUAN
Seiring dengan pergantian kurikulum di Indonesia
berpengaruh pula terhadap model pembelajaran yang dipilih guru. Seperti halnya
pembelajaran bahasa. Keberhasilan pembelajaran bahasa sangat ditentukan dari
guru bahasa itu sendiri. Guru bahasa merupakan suatu profesi yang memerlukan
pengetahuan keterampilan sikap tertentu sebagai guru professional yang berbeda
dari yang dimiliki oleh profesi lain.
Guru bahasa haruslah selalu mengikuti perkembangan
dalam bidang pendidikan dan pembelajaran bahasa yang tidak dapat dipisahkan
dari perkembangan masyarakat pada umumnya, karena itulah fungsi guru bahasa
disamping menciptakan pembelajaran yang menarik ia harus selalu belajar untuk
menyesuaikan pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya.
Guru bahasa harus selalu berusaha mengadakan
perbaikan dan peningkatan dalam cara dan hasil kerja yang dicapainya. Oleh
karena itulah guru bahasa haruslah bersikap terbuka bagi setiap pikiran dan
gagasan baru yang dapat membantu kita dalam usaha perbaikan dan peningkatan.
Selain itu, guru bahasa juga harus dapat memilih materi bahasa itu sendiri,
mampu memahami komponen-komponen lain seperti: kurikulum, silanus, sistem pembelajaran,
metode dan evaluasi serta komponen lain yang tidak kecil pengaruhnya terhadap
kegiatan pembelajaran nahasa ialah factor lingkungan dan masyarakat. Hal ini
sesuai dengan pengembangan pembelajaran dalam KTSP. Tulisan ini akan membahas
hal-hal yang dapat dilakukan guru dalam pembelajaran bahasa dengan pola KTSP.
1.
Bahan Ajar Bahasa
KTSP dikembangkan dan disusun oleh satuan
pendidikan atau sekolah sesuai dengan kondisinya masing-masing. Setiap sekolah
mempunyai kurikulum yang berbeda, sehingga bahan ajar yang digunakan juga
mempunyai perbedaan tidak ada ketentuan tentang buku pelajaran yang dipakai
dalamKTSP. Buku yang sudah ada juga dapat dipakai karena pembelajaran
didasarkan pada kurikulum yang dikembangkan sekolah, maka bahan ajar harus
disesuaikan dnegan kurikulum tersebut. Oleh karena itu, guru dapat mengurangi
dan menambah isi buku pelajaran yang digunakan.
Dengan demikian, guru harus mandiri dan kreatif.
Guru harus menyeleksi bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran sesuai
dengan kurikulum sekolahnya sekolahnya. Guru dapat memanfaatkan bahan ajar dari
berbagai sumber seperti surat kabar, majalah radio, televisi internet dan
sebagainya. Bahan ajar dikaitkan dengan masalah –masalah lokal, regional
nasional dan global agar peserta didik nantinya mempunyai wawasan yang luas
dalam memahami dan menanggapi berbagai macam situasi kehidupan.
Untuk pelajaran membaca misalnya, bahan bacaan
dapat diambil dari surat kabar. Di samping surat kabar nasional yang banyak
menyajikan berita nasional juga surat kabar lokal yang banyak menyajikan
berita-berita daerah. Kedua jenis sumber ini dapat dimanfaatkan. Berdasarkan
bahan bacaan ini guru dapat mengembangkan pembelajaran bahasa Indonesia yang
kontekstual. Peserta didik diperkenalkan dengan masalah-masalah yang menjadi
perhatian masyarakat di sekitarnya dan mesyarakat yang lebih luas.
Bahan ajar yang beragam jenis dan sumbernya ini
tentu juga dapat digunakan untuk pelajaran-pelajaran yang lain seperti menulis,
mendengarkan dan berbicara.
Mengingat pentingnya televisi dan komputer
(internet) dalam kehidupan sekarang ini, guru perlu memanfaatkan bahan ajar
dari kedua sumber ini. Televisi dan komputer juga dapat dipakai sebagai media
pembelajaran yang menarik
2.
Metode Pembelajaran
Dalam KTSP guru juga diberi kebebasan untuk
memanfaatkan berbagai metode pembelajaran. Guru perlu memanfaatkan berbagai
metode pembelajaran yang dapat membangkitkan minat, perhatian dan kreativitas
peserta didik. Karena dalam KTSP guru berfungsi sebagai fasilitator dan
pembelajaran berpusat pada peserta didik, metode lain seperti diskusi,
pengamatan, tanya jawab, perlu dikembangkan.
Pembelajaran yang dilakukan melalui diskusi,
misalnya dapat melibatkan partisipasi dari semua peserta didik. Semua peserta
didik dapat berbicara, mengemukakan pendapatnya masing-masing. Guru dalam hal
ini hanya mengarahkan bagaimana diskusi berjalan. Topik diskusi dikaitkan
dengan lingkungan sekitar sekolah, daerah hingga lingkungan global.
Pembelajaran yang dilakukan melalui pengamatan
misalnya meningkatkan kemampuan mengemukakan pikiran dari hasil pengeamatan
melalui tulisan, Peserta didik akan lebih mudah mengemukakan ide-ide atau
gagasan yang menarik melalui tulisan, karena melalui pengamatan banyak kosa
kata, pengetahuan, pengalaman diperoleh peserta didik, seperti mengamati
lingkungan sekitar peristiwa-peristiwa alam, kehidupan masyarakat dan
sebagainya.
Kegiatan pembelajaran tidak selalu berlangsung di
dalam kelas. Kegiatan dapat dilakukan di luar kelas seperti perpustakaan,
kantin, taman dan sebagainya. Di luar sekolah seperti mengunjungi lembaga
bahasa, stasiun radio, televisi, penerbit dan sebagainya. Beragamnya tempat
pembelajaran dapat membuat suasana belajar yang tidak membosankan. Kegiatan
pembelajaran dapat juga melibatkan orang tua dan masyarakat. Sekolah dapat
mengundang orang yang mempunyai profesi tertentu atau ahli dalam bidang
tertentu untuk berbicara dan berdialog dengan peserta didik. Sebagai contoh
dalam pelajaran menulis dan berbicara ( wawancara). Kalau ada orang tua peserta
didik yang berprofesi sebagai wartawan, guru dapat mengundang orang yang
bersangkutan untuk berbicara dan berdiskusi tentang pekerjaannya dengan peserta
didik. Kegiatan seperti ini akan berguna untuk peserta didik, guru dan orang
tua. Mereka dapat salaing belajar dan proses pembelajaran menjadi menarik dan
bersifat kontektual.
Dalam lingkungan sekolah, staf sekolah juga dapat
dimanfaatkan. Misalnya, untuk pelajaran menulis surat resmi guru bisa meminta
staf administrasi untuk berbicara tentang penulisan surat. Disamping berguna
sebagai sumber pembelajaran, kegiatan ini juga berguna untuk membentuk
lingkungan sekolah yang kondusif, yaitu adanya hubungan dan kerjasama yang baik
di antara peserta didik, guru, dan staf.
Kalau memungkinkan, kegitan pembelajaran dapat
dilakukan dengan lingkungan peserta didik kepada orang dengan profesi tertentu
misalnya penyunting bahasa atau penterjemah atau lembaga tertentu misalnya
lembaga bahasa atau penerbit, untuk menggali informasi tentang bahasa
Indonesia. Kegiatan ini akan membuka wawasan peserta didik dan guru akan
profesi yang berkaitan dengan bahasa Indonesia dan akan pentingnya bahasa
Indonesia sehingga diharapkan muncul sikap positif bahasa Indonesia.
Selain itu pemanfaatan lingkungan sebagai sumber
belajar akan membuat peserta didik merasa senang dalam belajar. Belajar dengan
menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahkan dari lingkungan
dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan
lingkungan dapat mengembangkan sejumlah lingkungan keterampilan seperti
merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasikan, membuat tulisan,
gambar dan sebagainya.
3. Metode Permainan Bahasa
Dalam KTSP Berbagai metode permainan bahasa dapat
dilakukan. Penggunaan permainan bahasa dalam pembelajaran mempunyai tujuan
ganda, untuk memperoleh kegembiraan sebagai fungsi bermain dan untuk
ketrampilan berbahasa sebagai materi pelajaran melatih bila ada permainan yang
menggembirakan tetapi tidak melatih keterampilan berbahasa, tidak dapat disebut
permainan bahasa. Demikian juga sebaliknya bila permainan itu tidak
menggembirakan meskipun melatih keterampilan berbahasa tentu tidak dapat
dikaitkan permainan bahasa. Untuk dapat disebut permainan bahasa harus memiliki
kedua syarat. Yaitu menggembirakan dan melatih keterampilan berbahasa.
Macam-macam Permainan Bahasa:
Ada beberapa macam permainan yang dapat digunakan
untuk pembelajaran bahasa Indonesia. Beberapa contoh diantaranya sebagai
berikut:
1. Bisik Berantai, permainan ini dilakukan dengan cara, setiap siswa
harus membisikan suatu kata ( untuk kelas rendah) atau kalimat atau cerita (
untuk kelas tinggi) kepada pemain berikutnya. Terus berurut sampai pemain
terakhir. Pemain yang terakhir harus mengatakan isi kata atau kalimat atau
cerita yang dibisikan. Betil atau salah?. Bila salah, dimana atau siapa yang
melakukan keslahan. Permainan ini dapat dilombakan dengan cara kelompok Perminan
ini melatih keterampilan menyimak/mendengarkan.
2. Kim Lihat (Lihat Katakan). Sediakan beberapa benda, atau sayuran
atau buah-buahan dalam suatu kotak tertutup. Siswa berkelompok seorang siswa
anggota kelompok harus melihat satu benda yang ada di dalam kotak setelah
dilihat jelas, siswa tersebut harus menjelaskan sejelas-jelasnya kepada
kelompok baik ciri-cirinya, rasanya warnanya atau apa saja yang dapat
dilihatnya. Anggota kelompok yang lain harus mengambil benda yang dijelaskan
oleh siswa yang melihat tadi. Kelompok yang paling cepat dan paling bayak
mengambil benda dalam kotak itulah yang menang. Permainan ini untuk
keterampilan berbicara dan menyimak.
3. Aku Seorang Ditektif. Permainan ini dilakukan berpasangan.
Seorang siswa menjadi ditektif, sorang lagi menjadi informan. Informan harus
menentukan/memilih salah seorang dari temannya yang ada di kelas sebagai
penjahat yang akan dicari oleh ditektif. Ia harus memeberi keterangan secara
tertulis yang sejelas-jelasnya tentang penjahat yang akan di cari ditektif.
Ditektif membaca informasi tertulis dari informan dan menerka siapa yang
menjadi target pencarian di kelas. Setelah selesai posisi diubah, yang
tadinyainforman menjadi ditektif, dan yang tadinya ditektif menjadi informan.
Permainan dapat divariasikan dengan sasaran yang dicari dari foto gambar dari
koran. Permainan ini untuk melatih keterampilan membaca dan menulis.
4. Bertanya dan menerka. Para siswa dibagi dua kelompok satu
sebagai penjawab dan kelompok kedua sebagai penanya. Kelompok penjawab harus
menyembunyikan satu benda yang akan diterka oleh kelompok penanya dengan cara
memberi pertanyaan yang mengarah kepada benda yang harus diterka. Setiap
anggota kelompok penanya diberi kesempatan untuk memberikan satu pertanyaan
kepada kelompok penjawab. Kelompok penjawab hanya menjawab “ya” atau “tidak”.
Setelah seluruh anggota kelompok bertanya, maka kelompok harus berunding dari
hasil jawaban penjawab, benda apa yang disembunyikan itu. Bila dapat diterka,
maka kelompok penanya mendapat nilai. Permainan ini untuk melatih berbicara
dan berpikir analisis.
5. baca lakukan. Permaianan ini untuk kelas rendah yang sudah bisa
membaca dilakukan berpasangan. Seorang anak harus membaca suruhan tertulis yang
dibuat guru, pasangannya harus melakukan apa yang diperintahkan dalam bacaan.
Misalnya, saya harus menunduk saya memegang lutut kiri. Saya menari sambil
menggelengkan kepala. Guru memperhatikan beberapa perintah yang dilaksanakan
dengan benar dan apakah pembaca membaca perintah dengan benar. Permianan ini
bergantian. Permainan ini untuk
melatih membaca dan menyimak
6. Bermain Telepon. Permainan ini untuk kelas rendah. Siswa secara
berpasangan harus menelpon, baik telpon maupun telepon genggam siswa harus
menelpon temannya menanyakan pekerjaan rumah atau buku pelajaran yang harus
dibawa besok hari. Biarkan siswa mengembangkan percakapannya sendiri, kecuali
kau terhenti, guru memberi pancingan berupa pertanyaan kepada siswa. Guru
memperhatikan cara siswa mengemukakan gagasan dan kalau perlu cara pelafalan
yang benar. Permainan ini untuk melatih berbicara.
7. Meloncat Bulatan Kata. Buatlah bulatan-bulatan dari kertas
karton, kira-kira sebesar piring. Tulislah nama-nama susunan keluarga Misalnya:
ayah, ibu, kakak, adik. Pasngkanlah bulatan kata itu di lantai. Bentuklah siswa
menjadi beberapa kelompok suruhlah siswa setiap kelompok menloncati bulatan
kata yang diucapkan kelompok lain atau guru. Misalnya locat ke kakak, loncat ke
adik. Dengan demikian, setiap anak membaca bulatan untuk diinjak lebih
meningkat lagi. Bulatan kata bisa dalam bentuk yang lebih sulit, misalnya kata
yang bila digabung bisa menjadi kalimat. Kata pada bulatan disebar di lantai
dan memungkinkan dapat menyusun beberapa kalimat bila diloncati dengan benar.
Misalnya: Ayah pergi ke pasar. Ayah membawa buku. Jadi, siswa harus loncat ke
ayah, pergi ke dan pasar. Loncat ke Ayah, membawa, buku. Permainan ini untuk
membawa permulaan.
8. Perjalan dengan Denah. Mengamati denah kota atau daerah tempat
tinggal. Siswa menyalin atau menggambarkan denah tertentu dari kota ( kerumitan
tergantung pada tingkatan kelas) pada kertas manila. Menuliskan nama-nama
tempat dan jalan serta arah arus lalulintas dalam denah pada potongan kertas
manila. Tempelkan denah pada papan tulis atau papan panel. Amati denah sebutkan
nama-nama tempat, jalan dan arah lalulintas. Tentukan tempat tertentu sebagai
wal kerangka dan tempat tujuan. Ceritakan arus perjalanan dari satu tempat ke tempat
lain yang sudah ditentukan. Tulisan arus perjalanan dari tempat ke tempat lain
yang sudah ditentukan. Tuliskan arus perjalanan tersebut dalam tulisan
deskripsi. Rancang sebuah permainan perjalanan yang tujuannya disembunyikan.
Satu anak bertindak sebagai pemain kunci dan kelompok lain sebagai penanya
pemain tadi tentang nama-nama jalan yang dilewati. Misalnya, apakah kamu akan
melewati jalan Sudirman? Apakah belok kiri ke jalan Abdurahman? Dan seterusnya.
Pemain kunci hanya boleh menjawab” ya” atau “tidak” dan “bisa” Kelompok penanya
harus menebak tempat yang akan dituju pemain kunci tadi. Kelompok yang benar
menebak tujuan, itu lah yang menang. Permainan ini untuk melatih menulis,
membaca denah, menyimak. Cocok untuk kelas tinggi ( kelas IV, V dan VI ).
9. Mengarang Gotongroyong. Tempatkan beberapa benda ke dalam tas
atau kotak buatlah kelompok. Suruhlah salah seorang siswa pertama wakil dari
kelompok mengambil satu benda, dan dia harus membuat kalimat berkaitan dengan
benda tersebut. Bantulah bila siswa memerlukan bantuan guru. Misalnya beda
bola, anjurkan dia mengatakan” Pada suatu hari aku menemukan bola” Lalu guru
bertanya kepada siswa lain dari kelompok yang sama” Di mana bola itu
ditemukan?”, terus sampai siswa terakhir. Kalau dirasakan hasil karangan masih
bisa diperpanjang, siswa yang pertama bisa dinya kembali. Kelompok dapat
menyusun karangan runtut dan gagasannya sesuai dengan yang pertama itulah yang
menang. Permainan ini melatih keterampilan menulis (menyusun gagasan) dan
membuat kalimat.
10. Stabilo Kalimat. Permainan ini berkelompok siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok: tujuannya agar siswa dapat menentukan kalimat yang salah dan
yang benar dalam suatu wacana yang dibacanya. Wacana yang harus disediakan
berupa kliping wacana yang kalimat-kalimatnya ada yang salah. Caranya gutu
menjelaskan bahwa kelompok harus mencari kalimat yang salah dan yang benar dari
wacana yang dibacanya dengan cara memberi tanda dengan stabilo. Wacana
dibagikan. Siswa membaca berdasarkan waktu yang ditentukan, guru memberi
aba-aba kepada siswa untuk memulai. Tiap kelompok harus dapat memberi tanda
sebanyak-banyaknya kalimat yang salah dan kalimat yang benar. Kelompok yang
berhasil mengumpulkan banyak sebagai pemenangnya. Permainan ini melatih
membaca cepat dan cermat serta memahami kalimat. Untul kelas tinggi kelas V dan
VI.
11. Kata dari Wacana. Permainan ini dimainkan secara berkelompok dibagi
menjadi beberapa kelompok setiap kelompok mendapat foto kopi wacana yang harus
dibaca. Setiap kelopmpok harus mengajukan satu kata (hasil diskusi) yang harus
dikatakan kepada kelompok lain. Kelompok yang diberi kata harus memberikan
kata-kata lain yang berhubungan dengan kata yang diucapkan kelompok yang
memberi kata. Misalnya dari wacana” Musim Hujan” kelompok mengambil kata hujan.
Maka kelompok lain harus mencari kata yang terkait dengan hujan.
Contohnya ada kelompok yang mengatakan banjir, dingin, basah dan seterusnya,
kelompok yang paling banyak menemukan kata yang berkaitan dengan kata yang
diberikan kelompok penanya itulah yang menang. Permainan ini melatih keterampilan membaca dan
kosa kata.
12. Cerita Berantai. Permainan ini dilakukan berkelompok dua orang.
Setiap kelompok harus melanjutkan cerita yang diucapkan kelompok lain. Cerita
dimulai dari guru. Anggota kelompok yang satu sebagai pembicara melanjutkan
cerita, yang seorang lagi mencatat kalimat yang diucapkan setiap kelompok dan
membacakannya setelah cerita selesai. Misalnya, guru memberi kalimat pertama:”
Sisebuah kampung ada seorang anak yati...”. kelompok pertama harus meneruskan
cerita itu. Kalimat dari kelompok pertama dietruskan oleh kelompok kedua, dan
seterusnya. Permainan ini untuk melatih menyimak dan menyusun cerita yang
runtut. Cocok untuk kelas IV, V dan V.
13. Siap’Laksanakan Perintah’. Permainan ini bermain melalui lagu siswa
dibagi beberapa kelompok setiap kelompok harus mengganti lirik lagu”Suka Hati”
dengan perintah yang harus dikerjakan oleh kelompok lain. Permainan diawali
oleh guru dengan menyayikan lagu: kalau kau suka hati tepuk tangan ( semua
siswa tepuk tangan). Kalau kau suka hati tepuk tangan( semua siswa tepuk tangan
) kalau kau suka hati, mari kita lakukan, kalau kau suka hati tepuk tangan (
siswa tepuk tangan ). Setelah guru memulai dengan melagukan tersebut,
selanjutnya giliran kelompok pertama yang sudah berdiskusi mengganti lirik dan
perintah dari guru tersebut. Misalnya : kalau kau suka hati tarik tangan (
semua siswa menarik tangan temannya). Kalau kau suka hati geleng kepala (
kelompok lain menggeleng kepala), kalau kau suka hati, mari kita lakukan , kalau
kau suka hati lonca katak ( kelompok lain meloncat seperti katak ).
Permainan ini melatih kemampuan menyimak.
4. Tantangan dan Peluang
Tantangan bagi semua yang terlibat dalam
penyelenggaraan pendidikan adalah meningkatkan profesionalisme. Dalam kaitannya
dengan pembelajarannya bahasa Indonesia, guru perlu terus meningkatkan
kemampuannya dalam bidang pembelajaran dan berbahasa Indonesia.
Pembelajaran KTSP pada dasarnya dimaksudkan untuk
meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian sekolah. KTSP merupakan
kurikulum yang sesuai dengan dinamika kehidupan di Indonesia sekarang ini
dikaitkan dengan masalah-masalah pelaksanaan KTSP menuntut banyak hal dari
sekolah dan masyarakat seperti profesionalisme, kreatifitas kemandirian guru
dan kepala sekolah serta keterlibatan banyak hal dari pemerintah seperti
perencanaan pendidikan yang baik dan terarah, penyediaan sarana dan prasarana
yang memadai dan birokrasi, prosedur administrasi yang disediakan. KTSP juga
menuntut partisipasi dan kepedulian masyarakat. Dengan persiapan yang matang
dan suasana yang kondusif, KTSP berpeluang besar untuk menghasilkan peserta
didik yang memiliki kompetisi yang diharapkan.
PENUTUP
Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya
bertujuan membekali peserta didik kemampuan berkomunikasi secra efektif dan
efesien dalam berbahasa Indonesia lisan dan tulis. Perubahan atau pergantian
kurikulum selalu menimbulkan masalah dan kebiasaan bagi semua yang terlihat
dalam kegiatan pendidikan, terutama guru, apa pun kurikulumnya guru bahasa Indonesia
harus tetapat berpegang pada tujuan pembelajran bahasa Indonesia. Guru perlu
terus berusaha meningkatkan kemampuannya dan terus belajar untuk memberikan
yang terbaik bagi peserta didik. Karena kurikulum yang mulai dan akan berlalu
dalam beberapa tahun mendatang adalah KTSP, guru perlu mengenal, mempersiapkan
diri dan menyiasati kurikulum ini. Dengan demikian, guru akan dapat menghadapi
dan menanggulangi masalah-masalah yang muncul.
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda,
Dadan. 2006. Belajar bahasa Indonesia Sambil Bermain.
Mimbar
Pendidikan No. 4 tahun 2006
Drost, J.
2006. dari KBK sampai MBS. Jakarta : Buku Kompas
Mulyana,
E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung Remaja Rosd Karya
Mulyana,
E. 2006. kurikulum yang disempurnakan, Bandung Remaja Rosdkarya.
Suyatna,
Agus. 2007.”Modul-odul Pembelajaran. Bandar Lampung: UNILA
Tiloar,
H.A.R. 2006 Standarisasi Pendidikan Nasional Jakarta: Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar