Kamis, 07 Februari 2013


KAJIAN KURIKULUM BAHASA INDONESIA SMK

Supriyono
STKIP PGRI Bandar Lampung
Dosen PND-Dpk Kopertis Wilayah II

Abstrak

SMK PGRI  2 Bandar Lampung telah menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai bahan pijakan untuk melaksanakan proses pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan disusun dengan melibatkan beberapa pihak terkait, yaitu kepala sekolah, guru, dan unsur masyarakat yang diwakili oleh komite sekolah. Adapun bahan-bahan yang dijadikan referensi dalam penyusunan KTSP ini adalah semua masukan yang relevan dari berbagai pihak, antara lain panduan penyusunan KTSP dari BNSP, beberapa materi pelatihan dan penataran, masukan dari pengawas, instruktur, dan Dinas Pendidikan Kabupaten, serta masukan dari masyarakat.

Pada bagian kurikulum tersebut, disebutkan bahwa mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib. Melalui penguasaan kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia, peserta didik diarahkan, dibimbing, dan dibantu agar mampu berkomunikasi bahasa Indonesia secara baik dan benar. Hal ini membuktikan bahwa,  dasar pemikiran disusunnya kurikulum ini  dengan sangat spesifik. Dasar pemikiran yang dipakai betul-betul langsung mengarah pada sekolah yang bersangkutan, bukan dasar pemikiran yang sifatnya umum saja. Hal ini merupakan salah satu nilai lebih dari Kurikulum SMK PGRI 2 Bandar Lampung. Di samping itu landasan yang digunakan juga cukup kuat karena landasannya lengkap.

Berdasarkan pembahasan dapat diketahui bahwa, 1) kurikulum Bahasa Indonesia SMK PGRI 2 Bandar Lampung secara garis besar     telah disusun berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan KTSP; 2) pada tingkat semenjana, pembelajaran bahasa Indononesia lebih berorientasi  pada tercapainya kemampuan berkomunikasi baik dalam kegiatan sehari-hari,  kegiatan yang berhubungan dengan dunia profesi/ pekerjaan, maupun kegiatan  ilmiah sederhana; 3) pembelajaran  lebih mengedepankan dengan menggunakan pendekatan komuni-katif; dan 4) aspek kesastraan tidak mendapat prioritas dalam pembelajaran

Kata Kunci: Kurikulum

PENDAHULUAN

 

Dunia pendidikan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini diramaikan oleh isu pergantian kurikulum. Kurikulum yang berlaku sampai tahun 2006 adalah Kurikulum 1994. Kurikulum ini mengalami penyempurnaan dan hasil penyempurnaan ini adalah kurikulum 2004 atau juga dikenal dengan sebutan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). Ketika KBK ramai dibicarakan dan muncul buku-buku pelajaran yang disusun berdasarkan kurikulum ini, muncul KTSP atau kurikulum 2006 yang merupakan penyempurnaan dari KBK. KTSP mulai diberlakukan secara berangsur-angsur pada tahun ajaran 2006/2007.

Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan baik kualitas proses maupun kualitas hasil belajar, maka perlu disusun dokumen kurikulum sekolah yang dijadikan pedoman bagi semua civitas akademika dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan bidangnya masing-masing. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan juga mengamanatkan agar di tiap-tiap satuan pendidikan (sekolah) menyusun kurikulum yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah yang bersangkutan.
SMK PGRI  2 Bandar Lampung telah menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai bahan pijakan untuk melaksanakan proses pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan disusun dengan melibatkan beberapa pihak terkait, yaitu kepala sekolah, guru, dan unsur masyarakat yang diwakili oleh komite sekolah. Adapun bahan-bahan yang dijadikan referensi dalam penyusunan KTSP ini adalah semua masukan yang relevan dari berbagai pihak, antara lain panduan penyusunan KTSP dari BNSP, beberapa materi pelatihan dan penataran, masukan dari pengawas, instruktur, dan Dinas Pendidikan Kabupaten, serta masukan dari masyarakat. Beberapa referensi tersebut dianalisis dan diterapkan yang sesuai agar KTSP tersusun sesuai dengan harapan.
Semua yang terlibat dalam penyusunan kurikulum SMK PGRI  2 Bandar Lampung sudah berusaha semaksimal mungkin agar kurikulum yang dihasilkan memenuhi harapan semua pihak. Namun, pada kenyataannya Kurikulum SMK PGRI  2 Bandar Lampung tak lepas dari berbagai kekurangan di samping juga terdapat beberapa hal yang sudah cukup baik (kelebihan). Kekurangan dan kelebihan tersebut perlu dianalisis sebagai balikan agar KTSP ini pada tahun-tahun yang akan datang dapat tersusun lebih baik lagi. Kelebihan perlu dipertahankan dan ditingkatkan sedangkan kekurangan yang ada perlu dicari akar penyebabnya untuk diberikan solusi yang tepat. Berikut ini analisis Kurikulum SMK PGRI  2 Bandar Lampung menurut pandangan penulis. Analisis ini terbatas pada Dokumen yang menyangkut beberapa komponen.
KTSP
KTSP atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Kurikulum ini juga dikenal dengan sebutan Kurikulum 2006 karena kurikulum ini mulai diberlakukan secara berangsur-angsur pada tahun ajaran 2006/2007. Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah harus sudah menerapkan kurikulum ini paling lambat pada tahun ajaran 2009/2010.
KTSP merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 2004 atau yang juga dikenal dengan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). Seperti KBK, KTSP berbasis kompetensi. KTSP memberikan kebebasan yang besar kepada sekolah untuk menyelenggarakan program pendidikan yang sesuai dengan (1) kondisi lingkungan sekolah, (2) kemampuan peserta didik, (3) sumber belajar yang tersedia, dan (4) kekhasan daerah. Dalam program pendidikan ini, orang tua dan masyarakat dapat terlibat secara aktif  (Muslich, 2008: 10).
Pengembangan dan penyusunan KTSP merupakan proses yang kompleks dan melibatkan banyak pihak: guru, kepala sekolah, guru (konselor), dan komite sekolah. Berikut ini akan dibahas beberapa hal yang dapat dilakukan guru dalam menghadapi KTSP.

Bahan Ajar
KTSP dikembangkan dan disusun oleh satuan pendidikan atau sekolah sesuai dengan kondisinya masing-masing, setiap sekolah mempunyai kurikulum yang berbeda. Dengan demikian, bahan ajar yang digunakan juga mempunyai perbe-daan. Tidak ada ketentuan tentang buku pelajaran yang dipakai dalam KTSP. Buku yang sudah ada dapat dipakai. Karena pembelajaran didasarkan pada kurikulum yang dikembangkan sekolah, bahan ajar harus disesuaikan dengan kurikulum tersebut. Oleh karena itu, guru dapat mengurangi dan menambah isi buku pelajaran yang digunakan.
Kurikulum pada dasarnya merupakan suatu perencanaan menyeluruh yang mencakup kegiatan dan pengalaman yang perlu disediakan yang memberikan kesempatan secara luas bagi siswa untuk belajar. Dengan kurikulum itu pada gilirannya tersedia kesempatan dan kemungkinan terselenggaranya proses belajar dan mengajar ( Hamalik, 2008:1). Dengan demikian, guru harus mandiri dan kreatif. Guru harus menyeleksi bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan kurikulum sekolahnya.Guru dapat memanfaatkan bahan ajar dari berbagai sumber (surat kabar, majalah, radio, televisi, internet, dsb.). Bahan ajar dikaitkan dengan isu-isu lokal, regional, nasional, dan global agar peserta didik nantinya mempunyai wawasan yang luas dalam memahami dan menanggapi berbagai macam situasi kehidupan. Berdasarkan kenyataan (Dimyati dan Mudjiono. 2006: 287)  bahwa guru tahu situasi dan kondisi serta bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar, maka sudah sewajarnya guru berperan dalam pengembangan kurikulum.
Untuk pelajaran membaca, misalnya, bahan bacaan dapat diambil dari surat kabar. Di samping surat kabar yang berskala nasional yang banyak menyajikan isu-isu nasional, ada surat kabar lokal yang banyak menyajikan isu-isu daerah. Kedua jenis sumber ini dapat dimanfaatkan. Bahan bacaan yang mengandung muatan nasional dan global dapat diambil dari surat kabar berskala nasional, sedangkan bahan bacaan yang mengandung muatan lokal dapat diambil dari surat kabar daerah. Berdasarkan bahan bacaan ini, guru dapat mengembangkan pembelajaran bahasa Indonesia yang kontekstual. Peserta didik diperkenalkan dengan isu-isu yang menjadi perhatian masyarakat di sekitarnya dan masyarakat yang tatarannya lebih luas.
Bahan ajar yang beragam jenis dan sumbernya ini tentu juga dapat digunakan untuk pelajaran-pelajaran yang lain (menulis, mendengarkan, dan berbicara).
Mengingat pentingnya televisi dan komputer (internet) dalam kehidupan sekarang ini, guru perlu memanfaatkan bahan ajar dari kedua sumber ini. Televisi dan komputer juga dapat dapat dipakai sebagai media pembelajaran yang menarik.
Metode Pembelajaran
Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan pada anak didik. Menurut Sardiman (2009:47) mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar.
Dalam KTSP guru diberi kebebasan untuk memanfaatkan berbagai metode pembelajaran. Guru perlu memanfaatkan berbagai metode pembelajaran yang dapat membangkitkan minat, perhatian, dan kreativitas peserta didik. Karena dalam KTSP guru berfungsi sebagai fasilitator dan pembelajaran berpusat pada peserta didik, metode ceramah perlu dikurangi. Metode-metode lain, seperti dis-kusi, pengamatan, tanya-jawab perlu dikembangkan.
Pembelajaran yang dilakukan melalui diskusi, misalnya, dapat melibatkan partisipasi dari semua peserta didik. Semua peserta didik dapat berbicara, mengemukakan pendapatnya masing-masing. Guru dalam hal ini hanya meng-arahkan bagaimana diskusi berjalan. Isu diskusi perlu dikaitkan dengan lingkungan sekitar (sekolah, daerah) hingga lingkungan global. Kegiatan pem-belajaran tidak selalu berlangsung di dalam kelas. Kegiatan dapat dilakukan di luar kelas (perpustakaan, kantin, taman, dsb.), di luar sekolah (mengunjungi lembaga bahasa, stasiun radio/televisi, penerbit, dsb.). Beragamnya tempat pembelajaran dapat membuat suasana belajar yang tidak membosankan.
Kegiatan pembelajaran dapat juga melibatkan orang tua dan masyarakat. Sekolah dapat mengundang orang yang mempunyai profesi tertentu atau ahli dalam bidang tertentu untuk berbicara dan berdialog dengan peserta didik. Sebagai contoh, dalam pelajaran menulis dan berbicara (wawancara), kalau ada orang tua peserta didik yang berprofesi sebagai wartawan, guru dapat mengundang orang yang bersangkutan untuk berbicara dan berdiskusi tentang pekerjaannya dengan peserta didik. Kegiatan seperti ini akan berguna untuk peserta didik, guru, dan orang tua. Mereka dapat saling belajar dan proses pembelajaran menjadi menarik dan bersi-fat kontekstual.
Dalam lingkungan sekolah, staf sekolah juga dapat dimanfaatkan. Misalnya, untuk pelajaran menulis surat resmi guru bisa meminta staf administrasi untuk berbicara tentang penulisan surat. Di samping berguna sebagai sumber pembelajaran, kegiatan ini juga berguna untuk membentuk lingkungan sekolah yang kondusif, yaitu adanya hubungan dan kerja sama yang baik di antara peserta didik, guru, dan staf.
Kalau memungkinkan, kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan kunjungan peserta didik kepada orang dengan profesi tertentu (misalnya penyunting bahasa atau penterjemah) atau ke lembaga tertentu (misalnya lembaga bahasa atau penerbit) untuk menggali informasi tentang bahasa Indonesia. Kegiatan ini akan membuka wawasan peserta didik dan guru akan profesi yang berkaitan dengan bahasa Indonesia dan akan pentingnya bahasa Indonesia sehingga diharapkan muncul sikap positif terhadap bahasa Indonesia.
PEMBAHASAN
Nama Kurikulum
Istilah yang dipakai untuk menamai kurikulum atau judul dokumen yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia  Semua Program Keahlian SMK PGRI 2 Bandar Lampung Tahun 2006. Nama kurikulum tersebut  seperti yang dipakai oleh kebanyakan sekolah, sehingga sudah sesuai. Penyusunan dokumen KTSP dilakukan dengan merujuk pada Kepmendiknas no 22 tentang standar isi dan Kepmendiknas no 23  tentang standar kelulusan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia SMK yang dikeluarkan oleh BNSP tahun 2006, serta bimbingan teknis pihak Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, bersama Sekolah Menengah Kejuruan dan Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) lingkup kejuruan, Perguruan Tinggi, dengan pengarahan dari BSNP dan Pusat Kurikulum Balitbang Diknas.

Komponen Dokumen
Komponen Dokumen  Kurikulum SMK PGRI 2 Bandar Lampung meliputi Latar Belakang, Tujuan Mata Pelajaran, Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMK, Ruang Lingkup dan Silabus. Hal ini sudah sesuai dengan pedoman penyusunan KTSP.

Visi
Visi SMK PGRI 2 Bandar Lampung adalah menjadikan  lembaga diklat yang da-pat menghasilkan tenaga kerja tingkat  menengah yang   profesional dan mampu bersaing di pasar kerja baik nasional maupun internasional.

Visi ini cukup baik dengan beberapa pertimbangan, yaitu:

a. Sesuai dengan norma, nilai, dan harapan masyarakat.
b. Berorientasi ke depan dengan memperhatikan kekinian.
c. Mendorong semangat dan komitmen seluruh warga sekolah.
d. Mendorong adanya perubahan yang lebih baik.
e. Mengarahkan langkah-langkah strategis (misi) sekolah.

Namun, jika ditinjau dari maknanya, visi ini sulit diukur, karena tenaga kerja ting-kat menengah profesional tidak memiliki batasan yang jelas dan visi ini terkesan bombastis karena langsung bersaing pada tataran nasional dan global yang kurang memperhatikan  potensi dasar yang dimiliki sekolah.

Misi
SMK PGRI 2 Bandar Lampung  memiliki dua misi untuk mendukung pencapaian visi yang ada. Misi yang ditetapkan sekolah sudah tepat karena sudah mencermin-kan langkah-langkah atau tindakan yang strategis untuk mencapai visi. Adapun kedua misi yang ditetapkan adalah sebagai berikut :
1)
Menyelenggarakan diklat yang berkualitas untuk menghasilkan
     Tenaga kerja menengah yang profesional dengan dasar
     penguasaan bahasa Inggris sehingga  mampu bersaing di pasar
     global.
2) Menciptakan lulusan yang mampu berwirausaha.

Tujuan SMK PGRI 2 Bandar Lampung
1)      Mempersiapkan tamatan yang memiliki kepribadian dan berakhlak mulia sebagai tenaga kerja tingkat menengah yang kompeten sesuai program keahlian pilihannya.
2)      Membekali peserta didik untuk berkarir, mandiri yang mampu beradaptasi dilingkungan kerja sesuai bidangnya dan mampu menghadapi perubahan yang terjadi di masyarakat.
3)      Membekali peserta didik sikap profesional untuk mengembangkan diri dan mampu berkompetisi di tingkat nasional, regional dan internasional.
Ketiga  tujuan sekolah yang tercantum dalam kurikulum sudah sesuai dengan visi dan misi sekolah, serta acuan dalam pengembangan KTSP bahwa kurikulum  di-susun  yang memungkinkan semua mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia. Di samping itu, kurikulum harus memuat  ke-cakapan hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja sesuai dengan  tingkat perkembangan peserta didik dan kebutuhan dunia kerja.

Namun, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kerja keras dari setiap unsur yang terlibat, harus mempunyai SDM yang unggul di setiap lini, serta tersedianya sarana dan prasana yang memungkinkan tujuan di atas dapat direalisasikan.

Bagian Latar Belakang
Bagian Latar Belang  Kurikulum SMK PGRI 2 Bandar Lampung, disebutkan bahwa mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib. Melalui penguasaan kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia, peserta didik diarahkan, dibimbing, dan dibantu agar mampu berkomunikasi bahasa Indonesia secara baik dan benar. Cakupan mata pelajaran Bahasa Indonesia bagi peserta didik meliputi pembentukan kompetensi berkomunikasi secara lisan dan tertulis pada tingkat Semenjana, Madya, dan Unggul. Hal ini membuktikan bahwa,  dasar pemikiran disusunnya kurikulum ini  dengan sangat spesifik. Dasar pemikiran yang dipakai betul-betul langsung mengarah pada sekolah yang bersangkutan, bukan dasar pemikiran yang sifatnya umum saja. Hal ini merupakan salah satu nilai lebih dari Kurikulum SMK PGRI 2 Bandar Lampung. Di samping itu landasan yang digunakan juga cukup kuat karena landasannya lengkap.

Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMK
Tujuan Mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMK secara umum dikelompokkan menjadi empat. Keempat tujuan tersebut diarahkan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1)      Meningkatkan kemampuan peserta didik untuk mencapai tingkat kualifikasi unggul.
2)      Menerapkan kompetensi berbahasa Indonesia secara baik dan benar pada mata pelajaran lainnya.
3)      Meningkatkan kemampuan berkomunikasi secara efisien dan efektif, baik lisan maupun tertulis.
4)      Meningkatkan kemampuan memanfaatkan berbahasa Indonesia untuk bekerja.
Pada  bagian tujuan ini memberikan indikasi bahwa  penerapan kompetensi berbahasa Indonesia  secara baik dan benar tidak hanya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, tetapi juga pada mata pelajaran lainnya yang menggunakan bahasa pengantar Bahasa Indonesia. Untuk itu kepada semua guru di SMK agar memiliki kompetensi berbahasa Indonesia secara baik dan benar. Tanpa peran serta dari pihak-pihak yang terkait tujuan ini sulit untuk dapat diwujudkan. Di samping itu, pencapai tujuan ini untuk peningkatkan kemampuan memanfaatkan berbahasa Indonesia untuk bekerja.

Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMK
Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan Standar Proses dan Standar Penilaian.
Standar kompetensi lulusan SMK  dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat semenjana, tingkat madia, dan tingkat unggul. Ketiga tingkatan ini diuraikan di bawah ini.
Tingkat Semenjana
1)  Mendengarkan
Memahami wacana lisan dalam kegiatan penyampaian dan penerimaan informasi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
2)  Berbicara
Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan penyampaian informasi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
3)  Membaca
Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami wacana tulis berupa teks, grafik, dan tabel yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
4)  Menulis
Menggunakan berbagai jenis wacana tulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan penyampaian  informasi dalam bentuk teks, grafik, dan tabel yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Tingkat Madya
1)  Mendengarkan
Memahami wacana lisan dalam kegiatan penyampaian dan penerimaan informasi yang berkaitan dengan pekerjaan.
2)  Berbicara
Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan penyampaian informasi yang berkaitan dengan pekerjaan.
3)  Membaca
Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami wacana tulis berupa teks, grafik, dan tabel yang berkaitan dengan pekerjaan.
4)  Menulis
Menggunakan berbagai jenis wacana tulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan penyampaian  informasi dalam bentuk teks, grafik, dan tabel yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tingkat Unggul
1)  Mendengarkan
Memahami wacana lisan dalam kegiatan penyampaian dan penerimaan informasi yang berkaitan dengan kegiatan ilmiah sederhana.
2)  Berbicara
Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan penyampaian informasi yang berkaitan dengan kegiatan ilmiah sederhana.
3)  Membaca
Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami wacana tulis berupa teks, grafik, dan tabel yang berkaitan dengan kegiatan ilmiah sederhana.
4)  Menulis
Menggunakan berbagai jenis wacana tulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan penyampaian  informasi dalam bentuk teks, grafik, dan tabel yang berkaitan dengan kegiatan ilmiah sederhana.
Jika  dicermati pada ketiga tingkatan di atas, yaitu tingkatan semenjana, madya, dan unggul, aspek kemahiran berbahasa yang disampaikan terdiri dari keterampilan  mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat kemahiran berbahasa ini pada setiap tingkatan selalu disampaikan  dengan kedalaman dan keluasan materi yang berbeda. Pada tingkat semenjana kemahiran berbahasa lebih   difokuskan pada  aktivitas yang berhubungan  dengan kehidupan sehari-hari. Pada tingkat madya kemahiran berbahasa lebih berorientasi pada dunia profesi atau pekerjaan, sedangkan pada tingkat unggul kemahiran berbahasa berfokus pada  kegiatan ilmiah sederhana.  Berdasarkan hal ini, bahwa pende-katan yang digunakan dalam penyampaian materi  adalah pendekatan spiral, yaitu pada setiap tingkatan selalu muncul keempat kemahiran berbahasa  dengan kedalaman dan keluasan bahasa yang berbeda. Proses pembelajaran lebih ditekankan pada pendekatan komunikatif dengan menekankan pada kemahiran berbahasa dalam berbagai kegiatan, mulai dari kehidupan sehari-hari, kehidupan dunia profesi/ pekerjaan sampai pada kegiatan ilmiah sederhana.

Bagian  Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
 1) Berkomunikasi pada tingkat Semenjana
 2) Berkomunikasi pada tingkat Madya
 3) Berkomunikasi pada tingkat Unggul.
Pada bagian ruang lingkup ini hanya disampaikan secara global, karena bentuk pemerian telah disampaikan pada bagian standar kompetensi lulusan.

Prinsip pengembangan KTSP

Kurikulum SMK PGRI 2 Bandar Lampung tidak mencantumkan prinsip-prinsip pengembangan KTSP pada bagian pendahuluan. Prinsip pengembangan KTSP menurut Muslich (2008: 11) meliputi tujuh hal, yaitu:

a. berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan  
    kepentingan peserta didik dan   lingkungannya,
b. beragam dan terpadu,
c. tanggap terhadap perkembangan iptek dan seni,
d. relevan dengan kebutuhan kehidupan,
e. menyeluruh dan berkesinambungan,
f.  belajar sepanjang hayat,
g. seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

Tujuh prinsip pengembangan KTSP itu perlu dicantumkan agar warga sekolah, khususnya pemangku kepentingan di sekolah tersebut mengetahui dan memaha-minya sehingga pengembangan KTSP dapat dilaksanakan sesuai prinsip-prinsip tersebut.

Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam KTSP SMK
Guru adalah pelaksana kurikulum di lapisan terdepan. AS Broto (1983: 23) mengatakan bahwa seorang guru adalah seorang seniman. Sebagai seniman tentunya guru dengan begitu cepat  dapat mengatur proses belajar-mengajar yang sesuai dengan situasi yang dihadapinya. Setiap adanya perubahan kurikulum berdampak pada adanya perubahan orientasi yanga akan dicapainya. KTSP sebagai bentuk penyempurnaan KBK lebih berorientasi pada pendekatan komunikatif. Menurut Zulfahnur Z Firdaus dan Rosmid Rosa (1987:6.5) pendekatan komunikatif bertujuan langsung mengaktifkan siswa  agar memiliki kemampuan berkomunikasi. Untuk mendapatkan gambaran tentang pendekatan ini, di bawah ini dikemukakan silabus Bahasa Indonesia dalam KTSP SMK, Tingkat Semenjana atau Kelas X, Semester 1 – 2.

NAMA SEKOLAH                              :   SMK PGRI 2  Bandar Lampung
MATA PELAJARAN                         :   BAHASA INDONESIA
KELAS/SEMESTER                            :    X/1 & 2
STANDAR KOMPETENSI                :   Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia,
                                                              Setara tingkat Semenjana
KODE KOMPETENSI                         :     1
ALOKASI WAKTU                            :   81 X 45 menit

KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR
MATERI PEMBELAJARAN


1. 1         Menyimak untuk memahami lafal, tekanan, intonasi, dan jeda yang lazim/baku dan yang tidak
·      Reaksi kinetik (menunjukkan sikap memperhatikan, mencatat) terhadap lafal, tekanan, intonasi dan jeda yang lazim/baku dan yang tidak
·      Komentar atau ungkapan lisan terhadap lafal, tekanan, intonasi, dan jeda yang lazim/baku dan yang tidak
·     Informasi dan contoh lafal ( termasuk Kamus Besar Bahasa Indoensia), tekanan, intonasi, dan jeda yang lazim/baku dan yang tidak
·     Bentuk reaksi kinetik  atau verbal bila mendengar pelafalan, tekanan, intonasi, atau jeda yang lazim/baku dan yang tidak

1. 2         Menyimak untuk memahami informasi lisan dalam konteks bermasyarakat
· Pengidentifikasian sumber informasi sesuai dengan wacana
· Pencatatan isi pokok informasi dan uraian lisan yang bersifat faktual, spesifik, dan rinci
· Pengenalan ragam/laras bahasa
· Pembedaan proses dan hasil dengan memperhatikan ciri atau penanda kata/kalimat
· Ciri-ciri sumber informasi dan yang bukan
· Pemilihan sumber informasi yang didengar
· Perbedaan fakta dan bukan fakta, yang umum dan yang spesifik, pemerian dan yang bukan
· Pembuatan catatan yang bersifat faktual, spesifik, dan rinci berdasarkan informasi yang didengar
· Konsep dan ciri-ciri ragam/laras bahasa disertai contoh
· Identifikasi ragam/laras bahasa yang tepat/tidak tepat
· Citi atau penanda kata/kalimat yang menunjukkan proses atau hasil
· Pengenalan dengan cepat dan mantap informasi yng menunjukkan proses atau hasil

1. 3         Membaca cepat untuk memahami informasi tertulis dalam konteks bermasyarakat
·           Membaca cepat permulaan (120-150 kata) per menit
·           Membaca cepat lanjutan dengan menerapkan teknik meminadai (scanning) dan layap (skimming) sehingga mencapai 230-250 kata per menit
·           Membuat catatan pokok-pokok isi bacaan sesuai dengan cara/teknik membuat catatan
·           Menjelaskan bagian bacaan tertentu secara rinci
·           Cara/teknik membaca cepat untuk pemahaman
·           Konsep tentang sarana komunikasi, kesadaran berbahasa, dan sikap berbahasa yang positif
·           Cara/teknik membuat catatan
·           Cara/teknik menyusun bagian bacaan (eksposisi)
·           Informasi tentang hubungan seni berbahasa, sastra dan apresiasi
·           Cara/teknik menafsirkan kata, bentuk kata, dan ungkapan idiomatik dengan tepat, dan pemanfaatan kamus

1. 4         Memahami informasi tertulis dalam berbagai bentuk teks

·   Mengidentifikasi sumber informasi dengan menggunakan cara/teknik membaca cepat untuk pemahaman
·   Mencatat isi pokok informasi dengan menggunakan cara/teknik membaut catatan yang benar
·   Mengidentifikasi jenis teks (narasi, deskripsi,dan eksposisi) dengan menggunakan cara/teknik membaca cepat untuk pemahaman
·   Memilih fakta dan opini dengan menggunakan cara/teknik membuat catatan
·   Memilah proses dan hasil dengan menggunakan cara/teknik membaca cepat dan cara/teknik membuat catatan
·   Menceritakan kembali informasi dari masalah yang telah teridentifikasi
·   Mengungkapkan gambar, bagan, grafik, diagram, atau matriks secara verbal
·   Mengubah informasi verbal ke dalam bentuk nonverbal
·   Menyimpulkan informasi yang termasuk pendapat/opini


·   Cara/teknik membaca cepat untuk pemahaman termasuk cara membaca grafis dan matriks
·   Cara/teknik membuat catatan/konsep tentang sarana komunikasi kesadaran berbahasa dan sikap berbahasa yang positif
·   Ciri penanda masalah, gaya tulisan, fakta, opini, proses ( imbuhan pe-an), dan hasil               (imbuhan -an) yang terdapat dalam teks
·   Konsep tentang sarana komunikasi, kesadaran berbahasa dan sikap berbahasa yang positif
·   Informasi dan teknik membuat teks nonverbal
·   Teknik membuat simpulan (induktif-deduktif) dan rumusan simpulan (singkat, padat, dan lugas)

1. 5         Melafalkan kata dengan artikulasi yang tepat
·   Mengucapkan kata dengan suara yang jelas dan tekanan pada suku kata, serta artikulasi yang tepat/lazim
·   Melafalkan bahasa Indonesia baku, termasuk lafal bahasa daerah yang dibedakan berdasarkan konsep lafal baku bahasa Indonesia
·   Artikulasi bunyi
·   Perbedaan makna sebagai kesalahan artikulasi bunyi
·   Konsep lafal baku bahasa Indonesia

1. 6         Memilih kata, bentuk kata, dan ungkapan yang tepat

·   Menggunakan kata dan ungkapan yang sesuai dengan tuntut sitausi komunikasi secara tepat, menarik, dan kreatif
·   Memanfaatkan sinonim, atau parafrasa untuk menghindari pengulangan mubazir kata yang sama dalam satu kalimat/paragraf
·   Membedakan pemakaian kata bersinonim yang memiliki nuansa yang berbeda berdasarkan makna leskikal, kontekstual, situasional, makna struktural, metaforis
·   Menggunakan kata dan ungkapan yang sesuai dengan situasi komunikasi dalam hal ragam dan laras bahasa
·   Cara memanfaatkan sinonim dalam kaitannya dengan konteks
·   Makna leksikal, makna kontekstual (situasional), makna struktural, metaforis
·   Kalimat efektif

1. 7         Menggunakan kalimat yang baik, tepat, dan santun

·   Mengidentifikasi kalimat yang komunikatif tetapi tidak cermat dilihat dari kaidah bahasa, nalar, dan ketersampaian pesan
·  Mengidentifikasi kalimat yang tidak komunikatif tetapi cermat
·  Menggunakan kalimat yang komunikatif, cermat, dan santun dalam suatu pembicaraan
·  Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam sebuah kalimat: kaidah bahasa, nalar, ketersampaian pesan
·  Contoh-contoh kalimat efektif

1. 8         Mengucapkan kalimat dengan jelas, lancar, bernalar, dan wajar
·  Membedakan penggunaan pola tekanan kata dan kalimat dalam berbicara dengan memperhatikan konsep dan pola serta intonasi, tekanan, nada, irama, dan jeda
·  Membaca lirik lagu, naskah/teks, pengumuman/pidato dan sejenisnya dengan menggunakan tekanan, dan intonasi secara jelas dan tepat
·  Konsep dan pola intonasi, tekanan, nada, irama, dan jeda
·  Teknik Membaca Indah
·  Teknik Membaca Intensif


1. 9         Menulis dengan memanfaatkan kategori/kelas kata

·  Menggunakan kata atau bentuk kata yang sama dalam perincian dengan memperhatikan keefektifan dan keefisienan rincian
·  Teks yang mengandung rincian yang berupa:
·   Kelas Kata
·   Bentuk kata
·   frasa
·   kalimat efektif

1. 10      Membuat berbagai teks tertulis dalam konteks bermasyarakat dengan memilih kata, bentuk kata, dan ungkapan yang tepat

·  Menetapkan topik berdasarkan tema tertentu
·  Membuat kerangka karangan
·  Menentukan kalimat utama berdasarkan kerangka yang ditetapkan
·  Menyusun karangan sesuai dengan pilihan jenis karangan tertentu (narasi, deskripsi, eskposisi) dengan pemilihan kata, bentuk kata dan ungkapan yang tepat
·  Perencanaan Karangan: Penentuan tema, perumusan topik/judul, perumusan tujuan/tesis/maksud karangan
·  Langkah-langkah Menulis (Narasi, Deskripsi, Eksposisi)
·  Kiat memilih kata, bentuk kata, dan ungkapan dalam menulis sesuai dengan tema karangan/jenis karangan

1. 11      Menggunakan kalimat tanya secara tertulis sesuai dengan sitausi komunikasi
·  Menyampaikan pertanyaan yang relevan dengan topik pembicaraan secara tertulis dengan santun
·  Menyampaikan pertanyaan yang memerlukan jawaban ya atau tidak secara tertulis dengan tujuan untuk memantapkan klarifikasi dan konfirmasi
·  Menyampaikan pertanyaan retorik (tidak memerlukan jwaban) secara tertulis sesuai dengan tujuan dan situasi
·  Menyampaikan pertanyaan secar tersamar dengan kalimat tanya secara tertulis dengan tujuan selain bertanya, seperti memohon, meminta, menyuruh, mengajak, merayu, menyindir, meyakinkan, menyetujui, tau menyanggah
·  Kalimat Tanya: Pengertian, ciri-ciri,macam-macam  kata tanya, jenis kalimat tanya
·  Kalimat tanya yang efektif
·  Formula 5W1H (what, who, why, when, where, how) dalam menyampaikan pertanyaan sesuai dengan situasi komunikasi

1. 12      Membuat parafrasa dari teks tertulis
·  Mengungkapkan kembali dengan kalimat sendiri secara tertulis teks yang telah dibaca
·  Teks
·  Cara/Teknik Menyusun Parafrasa


Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui pada tingkat Semenjana atau kelas X lebih ditekankan pada  standar kompetensi yaitu  “berkomunikasi dengan bahasa Indonesia”. Dengan demikian, materi pelajaran  disusun dengan menggunakan pendekatan komunikatif. Pendekatan ini bertujuan langsung mengaktifkan siswa agar memiliki kemampuan berkomunikasi. Kompetensi komunikatif bertolak dari seperangkat strategi dan kreativitas siswa dalam merealisasikan nilai kultur ke dalam unsur kebahasaan  yang terpakai dalam ikatan kalimat dan wacana. Realisasi tersebut terwujud dalam pemakaian bahasa lisan maupun tulisan.
Pada tingkat semenjana ini terdapat 12 KD tersebar dari semester 1 sampai dengan semester 2, yang apabila kita rinci ke 12 KD itu merupakan  penjabaran dari aspek kemahiran berbahasa. Terdapat 2  KD penjabaran dari keterampilan menyimak, yaitu KD 1.1 dan 1.2. Terdapat 3 KD penjabaran dari keterampilan membaca, yaitu KD 1.3, 1.4 dan 1.5. Terdapat 3 KD penjabaran dari keterampilan berbicara, yaitu KD 1.6, 1.7, dan 1.8.  Terdapat 4 KD penjabaran dari keterampilan menulis,  yaitu KD 1.9, 1.10, 1.11, dan 1.12.

Dari ke 12 KD pada tingkat semenjana ini tampak bahwa keterampilan menyimak dan membaca pada urutan awal dan keterampilan berbicara dan menulis pada urutan berikutnya. Keterampilan menyimak dan membaca pada satu urutan didasarkan karena kedua keterampilan itu  merupakan kegiatan berbahasa dalam bentuk kemampuan menerima (receptive aktif), sedangkan keterampilan membaca dan menulis pada urutan berikutnya karena kedua keterampilan ini merupakan bentuk kegiatan berbahasa dalam bentuk kemampuan memproduksi (productive).

Aspek kesastraan baik dalam ke 12 KD maupun indikator yang telah dikembangkan tidak tampak. Berdasarkan hal di atas, dapat diasumsikan bahwa pengetahuan, pemahaman , maupun kegiatan apresiasi sastra mungkin tidak diperlukan. Namun ironisnya dalam materi pembelajaran yang dikembangkan terdapat 2 materi pengajaran sastra, yaitu pada KD 1.3 terdapat 1 materi sastra yaitu Informasi tentang hubungan seni berbahasa, sastra dan apresiasi. Dan 1 materi sastra pada KD 1.8, yaitu Teknik Membaca Indah.

KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan berikut ini.

1.      Kurikulum Bahasa Indonesia SMK PGRI 2 Bandar Lampung secara garis besar telah disusun berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan KTSP.
2.      Pada tingkat semenjana, pembelajaran bahasa Indononesia lebih berorientasi pada tercapainya kemampuan berkomunikasi baik dalam kegiatan sehari-hari, kegiatan yang berhubungan dengan dunia profesi/ pekerjaan, maupun kegiatan ilmiah sederhana.
3.      Pembelajaran  lebih mengedepankan dengan menggunakan pendekatan komunikatif.
4.      Aspek kesastraan tidak mendapat prioritas dalam pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA


AS. Broto. 1983. Metodologi Proses Belajar Mengajar Berbahasa. Yogyakarta:  Gajah Mada University Press.
    
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar.  Jakarta: Bumi Aksara.

Muslich, Masnur. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Dasar Pemahaman dan Pengembangan). Jakarta: Bumi Aksara.

Sardiman A.M. 2009 Interaksi Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Zulfahnur Z. Firdaus dan Rosmid Rosa. 1987. Telaah Kurikulum Bahasa Indonesia SMA. Jakarta: Penerbit Karunika.

Biodata Penulis:
Drs. Supriyono, MM adalah adalah staf pengajar Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia STKIP PGRI Bandar Lampung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar