Kamis, 07 Februari 2013

PEMBELAJARAN BAHASA DAN KTSP


PEMBELAJARAN BAHASA DAN KTSP


Rifnida

Dosen PNS-Dpk Kopwil II STKIP PGRI Bandar Lampung
 
Abstrak: Keberhasilan pembelajaran bahasa sangat ditentukan oleh guru bahasa itu sendiri. Dalam KTSP guru selalu dituntut untuk mengadakan perbaikan dan dan peningkatan dalam cara dan hasil kerja yang dicapainya. Guru bahasa disamping menciptakan pembelajaran yang menarik ia harus selalu belajar mengembangkan kemampuan yang dimilikinya.

Dalam KTSP, pembelajaran bahsa pada hakekatnya bertujuan membekali peserta didik agar mampu berkomunikasi secara efektif dan efesien dalam berbahasa Indonesia lisan dan tulisan. Karena itu guru bahasa hendaknya fleksibel dalam memilih bahan ajar, metode pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing.

Tulisan ini ingin memaparkan hal-hal yang perlu dilakukan guru bahasa terutama dalam pemilihan bahan ajar, metode pembelajaran yang menarik sesuai dengan pola KTSP.

PENDAHULUAN

Seiring dengan pergantian kurikulum di Indonesia berpengaruh pula terhadap model pembelajaran yang dipilih guru. Seperti halnya pembelajaran bahasa. Keberhasilan pembelajaran bahasa sangat ditentukan dari guru bahasa itu sendiri. Guru bahasa merupakan suatu profesi yang memerlukan pengetahuan keterampilan sikap tertentu sebagai guru professional yang berbeda dari yang dimiliki oleh profesi lain.

Guru bahasa haruslah selalu mengikuti perkembangan dalam bidang pendidikan dan pembelajaran bahasa yang tidak dapat dipisahkan dari perkembangan masyarakat pada umumnya, karena itulah fungsi guru bahasa disamping menciptakan pembelajaran yang menarik ia harus selalu belajar untuk menyesuaikan pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya.

Guru bahasa harus selalu berusaha mengadakan perbaikan dan peningkatan dalam cara dan hasil kerja yang dicapainya. Oleh karena itulah guru bahasa haruslah bersikap terbuka bagi setiap pikiran dan gagasan baru yang dapat membantu kita dalam usaha perbaikan dan peningkatan. Selain itu, guru bahasa juga harus dapat memilih materi bahasa itu sendiri, mampu memahami komponen-komponen lain seperti: kurikulum, silanus, sistem pembelajaran, metode dan evaluasi serta komponen lain yang tidak kecil pengaruhnya terhadap kegiatan pembelajaran nahasa ialah factor lingkungan dan masyarakat. Hal ini sesuai dengan pengembangan pembelajaran dalam KTSP. Tulisan ini akan membahas hal-hal yang dapat dilakukan guru dalam pembelajaran bahasa dengan pola KTSP.

1.      Bahan Ajar Bahasa

KTSP dikembangkan dan disusun oleh satuan pendidikan atau sekolah sesuai dengan kondisinya masing-masing. Setiap sekolah mempunyai kurikulum yang berbeda, sehingga bahan ajar yang digunakan juga mempunyai perbedaan tidak ada ketentuan tentang buku pelajaran yang dipakai dalamKTSP. Buku yang sudah ada juga dapat dipakai karena pembelajaran didasarkan pada kurikulum yang dikembangkan sekolah, maka bahan ajar harus disesuaikan dnegan kurikulum tersebut. Oleh karena itu, guru dapat mengurangi dan menambah isi buku pelajaran yang digunakan.

Dengan demikian, guru harus mandiri dan kreatif. Guru harus menyeleksi bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan kurikulum sekolahnya sekolahnya. Guru dapat memanfaatkan bahan ajar dari berbagai sumber seperti surat kabar, majalah radio, televisi internet dan sebagainya. Bahan ajar dikaitkan dengan masalah –masalah lokal, regional nasional dan global agar peserta didik nantinya mempunyai wawasan yang luas dalam memahami dan menanggapi berbagai macam situasi kehidupan.

Untuk pelajaran membaca misalnya, bahan bacaan dapat diambil dari surat kabar. Di samping surat kabar nasional yang banyak menyajikan berita nasional juga surat kabar lokal yang banyak menyajikan berita-berita daerah. Kedua jenis sumber ini dapat dimanfaatkan. Berdasarkan bahan bacaan ini guru dapat mengembangkan pembelajaran bahasa Indonesia yang kontekstual. Peserta didik diperkenalkan dengan masalah-masalah yang menjadi perhatian masyarakat di sekitarnya dan mesyarakat yang lebih luas.

Bahan ajar yang beragam jenis dan sumbernya ini tentu juga dapat digunakan untuk pelajaran-pelajaran yang lain seperti menulis, mendengarkan dan berbicara.

Mengingat pentingnya televisi dan komputer (internet) dalam kehidupan sekarang ini, guru perlu memanfaatkan bahan ajar dari kedua sumber ini. Televisi dan komputer juga dapat dipakai sebagai media pembelajaran yang menarik

2.      Metode Pembelajaran

Dalam KTSP guru juga diberi kebebasan untuk memanfaatkan berbagai metode pembelajaran. Guru perlu memanfaatkan berbagai metode pembelajaran yang dapat membangkitkan minat, perhatian dan kreativitas peserta didik. Karena dalam KTSP guru berfungsi sebagai fasilitator dan pembelajaran berpusat pada peserta didik, metode lain seperti diskusi, pengamatan, tanya jawab, perlu dikembangkan.

Pembelajaran yang dilakukan melalui diskusi, misalnya dapat melibatkan partisipasi dari semua peserta didik. Semua peserta didik dapat berbicara, mengemukakan pendapatnya masing-masing. Guru dalam hal ini hanya mengarahkan bagaimana diskusi berjalan. Topik diskusi dikaitkan dengan lingkungan sekitar sekolah, daerah hingga lingkungan global.

Pembelajaran yang dilakukan melalui pengamatan misalnya meningkatkan kemampuan mengemukakan pikiran dari hasil pengeamatan melalui tulisan, Peserta didik akan lebih mudah mengemukakan ide-ide atau gagasan yang menarik melalui tulisan, karena melalui pengamatan banyak kosa kata, pengetahuan, pengalaman diperoleh peserta didik, seperti mengamati lingkungan sekitar peristiwa-peristiwa alam, kehidupan masyarakat dan sebagainya.

Kegiatan pembelajaran tidak selalu berlangsung di dalam kelas. Kegiatan dapat dilakukan di luar kelas seperti perpustakaan, kantin, taman dan sebagainya. Di luar sekolah seperti mengunjungi lembaga bahasa, stasiun radio, televisi, penerbit dan sebagainya. Beragamnya tempat pembelajaran dapat membuat suasana belajar yang tidak membosankan. Kegiatan pembelajaran dapat juga melibatkan orang tua dan masyarakat. Sekolah dapat mengundang orang yang mempunyai profesi tertentu atau ahli dalam bidang tertentu untuk berbicara dan berdialog dengan peserta didik. Sebagai contoh dalam pelajaran menulis dan berbicara ( wawancara). Kalau ada orang tua peserta didik yang berprofesi sebagai wartawan, guru dapat mengundang orang yang bersangkutan untuk berbicara dan berdiskusi tentang pekerjaannya dengan peserta didik. Kegiatan seperti ini akan berguna untuk peserta didik, guru dan orang tua. Mereka dapat salaing belajar dan proses pembelajaran menjadi menarik dan bersifat kontektual.

Dalam lingkungan sekolah, staf sekolah juga dapat dimanfaatkan. Misalnya, untuk pelajaran menulis surat resmi guru bisa meminta staf administrasi untuk berbicara tentang penulisan surat. Disamping berguna sebagai sumber pembelajaran, kegiatan ini juga berguna untuk membentuk lingkungan sekolah yang kondusif, yaitu adanya hubungan dan kerjasama yang baik di antara peserta didik, guru, dan staf.

Kalau memungkinkan, kegitan pembelajaran dapat dilakukan dengan lingkungan peserta didik kepada orang dengan profesi tertentu misalnya penyunting bahasa atau penterjemah atau lembaga tertentu misalnya lembaga bahasa atau penerbit, untuk menggali informasi tentang bahasa Indonesia. Kegiatan ini akan membuka wawasan peserta didik dan guru akan profesi yang berkaitan dengan bahasa Indonesia dan akan pentingnya bahasa Indonesia sehingga diharapkan muncul sikap positif bahasa Indonesia.

Selain itu pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar akan membuat peserta didik merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahkan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah lingkungan keterampilan seperti merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasikan, membuat tulisan, gambar dan sebagainya.



3. Metode Permainan Bahasa
Dalam KTSP Berbagai metode permainan bahasa dapat dilakukan. Penggunaan permainan bahasa dalam pembelajaran mempunyai tujuan ganda, untuk memperoleh kegembiraan sebagai fungsi bermain dan untuk ketrampilan berbahasa sebagai materi pelajaran melatih bila ada permainan yang menggembirakan tetapi tidak melatih keterampilan berbahasa, tidak dapat disebut permainan bahasa. Demikian juga sebaliknya bila permainan itu tidak menggembirakan meskipun melatih keterampilan berbahasa tentu tidak dapat dikaitkan permainan bahasa. Untuk dapat disebut permainan bahasa harus memiliki kedua syarat. Yaitu menggembirakan dan melatih keterampilan berbahasa.

Macam-macam Permainan Bahasa:
Ada beberapa macam permainan yang dapat digunakan untuk pembelajaran bahasa Indonesia. Beberapa contoh diantaranya sebagai berikut:
1.      Bisik Berantai, permainan ini dilakukan dengan cara, setiap siswa harus membisikan suatu kata ( untuk kelas rendah) atau kalimat atau cerita ( untuk kelas tinggi) kepada pemain berikutnya. Terus berurut sampai pemain terakhir. Pemain yang terakhir harus mengatakan isi kata atau kalimat atau cerita yang dibisikan. Betil atau salah?. Bila salah, dimana atau siapa yang melakukan keslahan. Permainan ini dapat dilombakan dengan cara kelompok Perminan ini melatih keterampilan menyimak/mendengarkan.
2.      Kim Lihat (Lihat Katakan). Sediakan beberapa benda, atau sayuran atau buah-buahan dalam suatu kotak tertutup. Siswa berkelompok seorang siswa anggota kelompok harus melihat satu benda yang ada di dalam kotak setelah dilihat jelas, siswa tersebut harus menjelaskan sejelas-jelasnya kepada kelompok baik ciri-cirinya, rasanya warnanya atau apa saja yang dapat dilihatnya. Anggota kelompok yang lain harus mengambil benda yang dijelaskan oleh siswa yang melihat tadi. Kelompok yang paling cepat dan paling bayak mengambil benda dalam kotak itulah yang menang. Permainan ini untuk keterampilan berbicara dan menyimak.
3.      Aku Seorang Ditektif. Permainan ini dilakukan berpasangan. Seorang siswa menjadi ditektif, sorang lagi menjadi informan. Informan harus menentukan/memilih salah seorang dari temannya yang ada di kelas sebagai penjahat yang akan dicari oleh ditektif. Ia harus memeberi keterangan secara tertulis yang sejelas-jelasnya tentang penjahat yang akan di cari ditektif. Ditektif membaca informasi tertulis dari informan dan menerka siapa yang menjadi target pencarian di kelas. Setelah selesai posisi diubah, yang tadinyainforman menjadi ditektif, dan yang tadinya ditektif menjadi informan. Permainan dapat divariasikan dengan sasaran yang dicari dari foto gambar dari koran. Permainan ini untuk melatih keterampilan membaca dan menulis.
4.      Bertanya dan menerka. Para siswa dibagi dua kelompok satu sebagai penjawab dan kelompok kedua sebagai penanya. Kelompok penjawab harus menyembunyikan satu benda yang akan diterka oleh kelompok penanya dengan cara memberi pertanyaan yang mengarah kepada benda yang harus diterka. Setiap anggota kelompok penanya diberi kesempatan untuk memberikan satu pertanyaan kepada kelompok penjawab. Kelompok penjawab hanya menjawab “ya” atau “tidak”. Setelah seluruh anggota kelompok bertanya, maka kelompok harus berunding dari hasil jawaban penjawab, benda apa yang disembunyikan itu. Bila dapat diterka, maka kelompok penanya mendapat nilai. Permainan ini untuk melatih berbicara dan berpikir analisis.
5.      baca lakukan. Permaianan ini untuk kelas rendah yang sudah bisa membaca dilakukan berpasangan. Seorang anak harus membaca suruhan tertulis yang dibuat guru, pasangannya harus melakukan apa yang diperintahkan dalam bacaan. Misalnya, saya harus menunduk saya memegang lutut kiri. Saya menari sambil menggelengkan kepala. Guru memperhatikan beberapa perintah yang dilaksanakan dengan benar dan apakah pembaca membaca perintah dengan benar. Permianan ini bergantian.  Permainan ini untuk melatih membaca dan menyimak
6.      Bermain Telepon. Permainan ini untuk kelas rendah. Siswa secara berpasangan harus menelpon, baik telpon maupun telepon genggam siswa harus menelpon temannya menanyakan pekerjaan rumah atau buku pelajaran yang harus dibawa besok hari. Biarkan siswa mengembangkan percakapannya sendiri, kecuali kau terhenti, guru memberi pancingan berupa pertanyaan kepada siswa. Guru memperhatikan cara siswa mengemukakan gagasan dan kalau perlu cara pelafalan yang benar. Permainan ini untuk melatih berbicara.
7.      Meloncat Bulatan Kata. Buatlah bulatan-bulatan dari kertas karton, kira-kira sebesar piring. Tulislah nama-nama susunan keluarga Misalnya: ayah, ibu, kakak, adik. Pasngkanlah bulatan kata itu di lantai. Bentuklah siswa menjadi beberapa kelompok suruhlah siswa setiap kelompok menloncati bulatan kata yang diucapkan kelompok lain atau guru. Misalnya locat ke kakak, loncat ke adik. Dengan demikian, setiap anak membaca bulatan untuk diinjak lebih meningkat lagi. Bulatan kata bisa dalam bentuk yang lebih sulit, misalnya kata yang bila digabung bisa menjadi kalimat. Kata pada bulatan disebar di lantai dan memungkinkan dapat menyusun beberapa kalimat bila diloncati dengan benar. Misalnya: Ayah pergi ke pasar. Ayah membawa buku. Jadi, siswa harus loncat ke ayah, pergi ke dan pasar. Loncat ke Ayah, membawa, buku. Permainan ini untuk membawa permulaan.
8.      Perjalan dengan Denah. Mengamati denah kota atau daerah tempat tinggal. Siswa menyalin atau menggambarkan denah tertentu dari kota ( kerumitan tergantung pada tingkatan kelas) pada kertas manila. Menuliskan nama-nama tempat dan jalan serta arah arus lalulintas dalam denah pada potongan kertas manila. Tempelkan denah pada papan tulis atau papan panel. Amati denah sebutkan nama-nama tempat, jalan dan arah lalulintas. Tentukan tempat tertentu sebagai wal kerangka dan tempat tujuan. Ceritakan arus perjalanan dari satu tempat ke tempat lain yang sudah ditentukan. Tulisan arus perjalanan dari tempat ke tempat lain yang sudah ditentukan. Tuliskan arus perjalanan tersebut dalam tulisan deskripsi. Rancang sebuah permainan perjalanan yang tujuannya disembunyikan. Satu anak bertindak sebagai pemain kunci dan kelompok lain sebagai penanya pemain tadi tentang nama-nama jalan yang dilewati. Misalnya, apakah kamu akan melewati jalan Sudirman? Apakah belok kiri ke jalan Abdurahman? Dan seterusnya. Pemain kunci hanya boleh menjawab” ya” atau “tidak” dan “bisa” Kelompok penanya harus menebak tempat yang akan dituju pemain kunci tadi. Kelompok yang benar menebak tujuan, itu lah yang menang. Permainan ini untuk melatih menulis, membaca denah, menyimak. Cocok untuk kelas tinggi ( kelas IV, V dan VI ).
9.      Mengarang Gotongroyong. Tempatkan beberapa benda ke dalam tas atau kotak buatlah kelompok. Suruhlah salah seorang siswa pertama wakil dari kelompok mengambil satu benda, dan dia harus membuat kalimat berkaitan dengan benda tersebut. Bantulah bila siswa memerlukan bantuan guru. Misalnya beda bola, anjurkan dia mengatakan” Pada suatu hari aku menemukan bola” Lalu guru bertanya kepada siswa lain dari kelompok yang sama” Di mana bola itu ditemukan?”, terus sampai siswa terakhir. Kalau dirasakan hasil karangan masih bisa diperpanjang, siswa yang pertama bisa dinya kembali. Kelompok dapat menyusun karangan runtut dan gagasannya sesuai dengan yang pertama itulah yang menang. Permainan ini melatih keterampilan menulis (menyusun gagasan) dan membuat kalimat.
10.  Stabilo Kalimat. Permainan ini berkelompok siswa dibagi menjadi beberapa kelompok: tujuannya agar siswa dapat menentukan kalimat yang salah dan yang benar dalam suatu wacana yang dibacanya. Wacana yang harus disediakan berupa kliping wacana yang kalimat-kalimatnya ada yang salah. Caranya gutu menjelaskan bahwa kelompok harus mencari kalimat yang salah dan yang benar dari wacana yang dibacanya dengan cara memberi tanda dengan stabilo. Wacana dibagikan. Siswa membaca berdasarkan waktu yang ditentukan, guru memberi aba-aba kepada siswa untuk memulai. Tiap kelompok harus dapat memberi tanda sebanyak-banyaknya kalimat yang salah dan kalimat yang benar. Kelompok yang berhasil mengumpulkan banyak sebagai pemenangnya. Permainan ini melatih membaca cepat dan cermat serta memahami kalimat. Untul kelas tinggi kelas V dan VI.
11.  Kata dari Wacana. Permainan ini dimainkan secara berkelompok dibagi menjadi beberapa kelompok setiap kelompok mendapat foto kopi wacana yang harus dibaca. Setiap kelopmpok harus mengajukan satu kata (hasil diskusi) yang harus dikatakan kepada kelompok lain. Kelompok yang diberi kata harus memberikan kata-kata lain yang berhubungan dengan kata yang diucapkan kelompok yang memberi kata. Misalnya dari wacana” Musim Hujan” kelompok mengambil kata hujan. Maka kelompok lain harus mencari kata yang terkait dengan hujan. Contohnya ada kelompok yang mengatakan banjir, dingin, basah dan seterusnya, kelompok yang paling banyak menemukan kata yang berkaitan dengan kata yang diberikan kelompok penanya itulah yang menang.  Permainan ini melatih keterampilan membaca dan kosa kata.
12.  Cerita Berantai. Permainan ini dilakukan berkelompok dua orang. Setiap kelompok harus melanjutkan cerita yang diucapkan kelompok lain. Cerita dimulai dari guru. Anggota kelompok yang satu sebagai pembicara melanjutkan cerita, yang seorang lagi mencatat kalimat yang diucapkan setiap kelompok dan membacakannya setelah cerita selesai. Misalnya, guru memberi kalimat pertama:” Sisebuah kampung ada seorang anak yati...”. kelompok pertama harus meneruskan cerita itu. Kalimat dari kelompok pertama dietruskan oleh kelompok kedua, dan seterusnya. Permainan ini untuk melatih menyimak dan menyusun cerita yang runtut. Cocok untuk kelas IV, V dan V.
13.  Siap’Laksanakan Perintah’. Permainan ini bermain melalui lagu siswa dibagi beberapa kelompok setiap kelompok harus mengganti lirik lagu”Suka Hati” dengan perintah yang harus dikerjakan oleh kelompok lain. Permainan diawali oleh guru dengan menyayikan lagu: kalau kau suka hati tepuk tangan ( semua siswa tepuk tangan). Kalau kau suka hati tepuk tangan( semua siswa tepuk tangan ) kalau kau suka hati, mari kita lakukan, kalau kau suka hati tepuk tangan ( siswa tepuk tangan ). Setelah guru memulai dengan melagukan tersebut, selanjutnya giliran kelompok pertama yang sudah berdiskusi mengganti lirik dan perintah dari guru tersebut. Misalnya : kalau kau suka hati tarik tangan ( semua siswa menarik tangan temannya). Kalau kau suka hati geleng kepala ( kelompok lain menggeleng kepala), kalau kau suka hati, mari kita lakukan , kalau kau suka hati lonca katak ( kelompok lain meloncat seperti katak ). Permainan ini melatih kemampuan menyimak.

4. Tantangan dan Peluang

Tantangan bagi semua yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan adalah meningkatkan profesionalisme. Dalam kaitannya dengan pembelajarannya bahasa Indonesia, guru perlu terus meningkatkan kemampuannya dalam bidang pembelajaran dan berbahasa Indonesia.
Pembelajaran KTSP pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian sekolah. KTSP merupakan kurikulum yang sesuai dengan dinamika kehidupan di Indonesia sekarang ini dikaitkan dengan masalah-masalah pelaksanaan KTSP menuntut banyak hal dari sekolah dan masyarakat seperti profesionalisme, kreatifitas kemandirian guru dan kepala sekolah serta keterlibatan banyak hal dari pemerintah seperti perencanaan pendidikan yang baik dan terarah, penyediaan sarana dan prasarana yang memadai dan birokrasi, prosedur administrasi yang disediakan. KTSP juga menuntut partisipasi dan kepedulian masyarakat. Dengan persiapan yang matang dan suasana yang kondusif, KTSP berpeluang besar untuk menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetisi yang diharapkan.


PENUTUP

Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya bertujuan membekali peserta didik kemampuan berkomunikasi secra efektif dan efesien dalam berbahasa Indonesia lisan dan tulis. Perubahan atau pergantian kurikulum selalu menimbulkan masalah dan kebiasaan bagi semua yang terlihat dalam kegiatan pendidikan, terutama guru, apa pun kurikulumnya guru bahasa Indonesia harus tetapat berpegang pada tujuan pembelajran bahasa Indonesia. Guru perlu terus berusaha meningkatkan kemampuannya dan terus belajar untuk memberikan yang terbaik bagi peserta didik. Karena kurikulum yang mulai dan akan berlalu dalam beberapa tahun mendatang adalah KTSP, guru perlu mengenal, mempersiapkan diri dan menyiasati kurikulum ini. Dengan demikian, guru akan dapat menghadapi dan menanggulangi masalah-masalah yang muncul.

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, Dadan. 2006. Belajar bahasa Indonesia Sambil Bermain.
Mimbar Pendidikan No. 4 tahun 2006
Drost, J. 2006. dari KBK sampai MBS. Jakarta : Buku Kompas
Mulyana, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung Remaja Rosd Karya
Mulyana, E. 2006. kurikulum yang disempurnakan, Bandung Remaja Rosdkarya.
Suyatna, Agus. 2007.”Modul-odul Pembelajaran. Bandar Lampung: UNILA
Tiloar, H.A.R. 2006 Standarisasi Pendidikan Nasional Jakarta: Rineka Cipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar