Kamis, 07 Februari 2013


PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN KBK

Fitriana Rahmawati 
Penulis Dosen PNSD Dpk STKIP PGRI Bandar Lampung

Abstrak: Pembelajaran matematika dengan pembelajaran matematika realistik, memberi peluang kepada siswa untuk aktif mengkonstruksi pengetahuan atau mereinvent pengetahuan matematika. Dalam proses belajar mengajar sesuai dengan sifat matematika realistik yang berbasis masalah, maka strategi umum pembelajaran meliputi pemberian masalah untuk dipecahkan siswa, pemberian kesempatan siswa untuk mengkonstruksi sendiri pemecahan masalah dan presentasi hasil yang disusul dengan diskusi. Untuk itu situasi pembelajaran sedapat mungkin dibuat menyenangkan, komunikasi dan interaksi yang baik antara guru dan siswa. Hal ini sangat sesuai dengan potensi yang harus dikembangkan secara optimal dan tuntutan kegiatan siswa dalam proses belajar matematika sesuai dengan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) kurikulum 2004.Dan dengan pembelajaran matematika realistik ini diharapkan dapat menimbulkan minat sekaligus kreatifitas dan motivasi siswa dalam mempelajari matematika sehingga siswa dapat memperoleh manfaat maksimal baik proses maupun hasil belajarnya.

Kata Kunci : pembelajaran matematika realistik, pembelajaran matematika, KBK (Kemampuan Berbasis Kompetensi )

Pendahuluan

Menurut Zulkardi (Ilma, 2007) rendahnya prestasi siswa dalam matematika di sekolah diasumsikan karena beberapa faktor-faktor yang berkaitan dengan pembelajaran matematika di sekolah diantaranya adalah materi, metode, dan evaluasi. Berawal dari materi pelajaran yang dirasakan oleh siswa yang terlalu banyak dan kurang menarik dikarenakan kurangnya contoh yang diaplikasikan dalm kehidupan dunia mereka. Sedang metode yang dipakai dalam mengajarkan matematika adalah terpusat pada guru, sementara siswa cendrung pasif sehingga tidak mempunyai kesempatan berfikir tentang matematika karena waktu yang ada hanya untuk menyalin apa yang dikerjakan gurunya. Akhirnya, metode penilaiannya hanya difokuskan pada sumatif kurang pada formatif yang seharusnya terintegrasi pada proses pembelajaran.

Penggunaan Teori Pendidikan Matematiaka Realistik atau Realistic Mathematics Education (RME) adalah salah satu cara yang mungkin untuk melakukan perubahan tersebut diatas. Menurut de Langge (Ilma,  2007) RME ini adalah teori belajar mengajar matematika yang pertama kali dikenalkan dan dikembangkan sekitar 30 tahun yang lalu oleh Freudenthal Institute di negeri Belanda. Teori ini telah diadopsi dan diadaptasi oleh banyak negara maju seperti Inggris, Jerman, Denmark, Spanyol, Portugal, Afrika Selatan, Brazil, USA, Jepang, dan Malaysia.

Pembelajaran Matematika Realistik mempunyai strategi belajar mengajar yang mempunyai sifat berbasis masalah nyata, dimana strategi umum pembelajaran meliputi pemberian masalah untuk dipecahkan siswa, pemberian kesempatan siswa untuk mengkonsruksi sendiri pemecahan masalah, dan presentasi hasil pemecahan masalah yang disusul dengan diskusi (Liliasari, 2007). Hal ini sangat sesuai dengan potensi yang harus dikembangkan secara optimal dan tuntutan kegiatan siswa dalam proses belajar matematika yang diharapkan sesuai dengan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) kurikulum 2004. Sehingga pembelajaran matematika realistik diharapkan dapat menimbulkan minat sekaligus kreativitas dan motivasi siswa dalam mempelajari matematika sehingga siswa dapat memperoleh manfaat yang maksimal, baik proses maupun hasil belajarnya.

Teori Belajar Matematika

Menurut J. Bruner (Muslich:222) belajar merupakan satu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan kepada dirinya. Menurut Hidayat (Muslich: 222) pengetahuan perlu dipelajari dalam tahap-tahap tetentu agar pengetahuan tersebut dapat diinternalisasi dalam fikiran (struktur kognitif) manusia yang mempelajarinya. Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang berarti proses belajar mengajar terjadi secara optimal) jika pengetahuan tersebut dipelajari dalam tahap-tahap berikut :
1.      Tahap Enaktif adalah pembelajaran di mana pengetahuan dipelajari secara aktif dengan menggunakan benda-benda konkret atau situasi yang nyata.
2.      Tahap Ikonik adaah suatu tahap pembeajaran di mana pengetahuan direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk visual, gambar atau diagram yang menggambarkan kegiatan konkret atau situasi konkret yang terdapat pada tahap enaktif.
3.      Tahap Simbolik  adalah suatu tahap pembelajaran di mana pengetahuan direpresentasikan dalam bentuk simbol abstrak, baik simbol verbal (misal huruf,kata atau kalimat), lambang matematika, maupun lambang abstrak lain.

Suatu proses belajar akan berlangsung secara optimal jika pembelajaran diawali dengan tahap enaktif, dan kemudian bila tahap ini dirasa cukup, siswa beralih ketahap berikutnya yaitu tahap representasi ikonik. Dan terakhir pada tahap ketiga, yaitu representasi simolik.

Pembelajaran Matematka

Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa (Suyitno,2004: 1). Agar tuuan pengajaran dapat tercapai, menurut Suhito (Muslich,2007: 223) guru harus mampu mengorganisasi semua komponen sedemikian rupa sehingga antara komponen sehingga antara komponen yang satu dengan lainnya dapat berinteraksi secara harmonis.

Salah satu komponen dalam pembeajaran adalah pemanfaatan berbagai macam strategi dan metode pembelajaran secara dinamis dan fleksibel sesuai dengan materi, siswa dan konteks pembelajaran (Depdiknas,200: 1). Sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat memilih model pembelajaran yang cocok dengan materi atau bahan ajaran.

Dalam pembelajaran matematika, salah satu upaya yang dilakukan oleh guru adalah dengan menggunakan pembelajaran matematika realistik karena dengan model pembelajaran ini memberi kesempatan kepada siswa seluas-luasnya untuk mengkonstruksi sendiri pemecahan masalah matematika dengan strateginya sendiri, yang tentu saja setelahnya dipresentasikan dan didiskusikan bersama. Dimana pembelajaran seperti ini memacu kreativitas siswa dan diharapkan dapat terus meningkatkan minat dan motifasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika.

Kurikulum Bebasis Kompetensi (Kurikulum 2004)

Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Sekolah Menengah Pertama (Depdiknas, 2003: 8) menyatakan bahwa potensi siswa harus dapat dikembangkan secara optimal dan di dalam proses belajar matematika siswa dituntut untuk mampu;
·        melakukan kegiatan penelusuran pola dan hubungan;
·        mengembangkan kreativitas dengan imajinasi,intuisi dan penemuannya;
·        melakukan kegiatan pemecahan masalah;
·        mengomunikasikan pemikian matematisnya kepada orang lain.

Untuk mencapai kemampuan tersebut perlu dikembangkannya proses belajar matematika yang menyenangkan, memerhatikan keinginan siswa, membangun pengetahuan dari apa yang diketahui siswa, menciptakan suasana kelas yang mendukung kegiatan beajar, memberikan kegiatan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, memberikan kegiatan yang menantang, membeikan kegiatan yang memberi harapan keberhasian, menghargai setiap pencapaian siswa (Depdiknas, 2003: 5).

Dalam mempelajari matematika siswa memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda sehingga diperlkan usaha guru untuk:
·        menyediakan dan mengunakan berbagai alat peraga atau media pembelajaran yang menarik perhatian siswa;
·        memberikan kesempatan  belajar matematika diberbagai tempat dan keadaan;
·        memberikan kesempatan menggunakan matematika untuk beragai keperluan;
·        mengembangkan sikap menggunakan matematika sebagai alat untuk memecahkan masalah baik di sekoah maupun di rumah;
·        menghargai sumbangan tradisi, dan seni di dalam pengembangan matematika;
·        membantu siswa menilai sendiri kegiatan matematikanya. (Depdiknas,2003: 6)

Dari kurikulum diatas dapat dikatakan bahwa gru dalam melakukan pembelajaran  matematika harus bisa membuat situasi yang menyenangkan, menuntun siswa menjadi lebih kreatif dan inovatif dengan matematika.

Pendidikan Matematika Realistik / RME

Pendidikan matematika realistik banyak ditentukan oleh pandangan Freudental tentang matematika. Dua pandangan penting beliau adalah : ’mathematics must be conected to reaity and mathematicsas human activity’. Pertama, matematika harus dekat terhadap siswa dan harus relevan dengan situasi  kehidupan sehari-hari siswa. Kedua,menekankan bahwamatematika sebagi aktivitasmanusia, sehingga siswa harus diberi kesempatanuntuk belajar melakukan aktivitas semua topik dalam matematika..

Kemudian Treffers (Liliasari, 2007)  secara eksplisit memformulasikan dua tipe matematisasi,yaitu horizontal dan vertikal. Pada horizontal, siswa menggunakan matematika sehingga dapat membantu mereka mengorganisasi dan menyelesaikan suatumasalah yang ada pada suatu situasi nyata. Sebaliknya, pada tipe vertikal,dilakukan poses pengorganisasian kembali menggunakan matematika itu sendiri.
Karakteristik Pendidikan Matematika Realistik

Pendidikan Matematika Realistik mencerminkan pandangan matematika tertentu mengenai bagaimana siswa belajar matematika dan bagaimana matematika harus dikerjakan.Pandangan ini dicerminkan pada 6 prinsip, yang diturunkan dari 5 kaidah yang dikemukakan Teffers (Liliasari, 2007) yaitu eksplorasi fenomenogis menggunakan konteks, menjembatani menggunakan instrumen vertikal, konstruksi dan poduksi oleh siswa sendiri,siswa interaktif dan jalur-jalur yang saling menjalin.

Berdasarkan kaidah-kaidah tersebut, maka keenam prinsip yang merupakan karakteristik pendidikan matematika realistik antara lain:
1.      Prinsip Kegiatan; Siswa diperlakukan sebagai partisipan aktif dalam proses pengembangan seluruh perangkat perkakas dan wawasan matematis sendiri.
2.      Prinsip Nyata; Matematika realistik harus memungkinkan siswa dapat menerapkan pemahaman matemattika dan perkakas matematikanya untuk memecahkan masalah.
3.      Prinsip Bertahap; Membimbing pertumbuhan pemahaman matematika siswa dan mengarahkan hubngan longitudinal dalam kurikulum matematiaka.
4.      Prinsip Saling Menjalin; Pinsip ini ditemukan pada setiap jalur matematika,misal antar topik-topik kesadaran akan bilanagan, mental aritmatika, perkiraan(estimasi), dan algoritma.
5.      Prinsip interaksi; Belajar matematika dipandang sebagai kegiatan sosial. Sehingga pendidikan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk saling berbagi strategi dan penemuan mereka. 

6.      Prinsip Bimbingan; Guru maupun program pendidikan mempunyai peranan terpenting dalam mengarahkan siswa untuk memperoleh pengtahuan. Dalam hal ini guru dituntut untuk dapat mengantisipasi pemahaman dan kterampilan siswa yang berbeda untuk mengaahkannya mencapai tujuan pemelajaran.

Kompetensi yang dikembangkan

Kompetensi yang dimiliki siswa melalui matematika realistik,  selain dari kompetensi disiplin  ilmu, juga komptensi memproduksi, merefleksikan dan berinterasi. Hal ini sesuai dengan tiga pilar pendidikan matematika yaitu refleksi, konstruksi dan narasi (Liliasari,2007: 169). Melalui bidang ilmunya kompetensi yang dibangun siswa matematika realistik adalah befikir fomal, sedangkan melalui proses belajarnya kompetensi yang dicapai adalah memproduksi, merefleksi dan berinteraksi. Melalui pemecahan masalah dalam konteks kehidupan sehari-hari pelajar diberi kesempatan untuk memproduksi sendiri pemahaman dan perkakas matematisnya. Selanjutnya melalui presentasi temuannya diantara siswa dalam dan antar kelompok, semua siswa dapat berbagi pengalaman. Setiap orang berdiskusi dalam kelompok tersebut dan merefleksikan temuannya sendiri. Sekaigus dalam diskusi juga dikembangkan kemampuan berinteraksi di antara sesama siswa, sehingga kemampuan sosial dapat dikembangkan.

Srategi Pembelajaran

Sesuai dengan sifat matematika realistik yang berbasis masalah nyata, maka strategi umum pembelajaran meliputi pemberian masalah untuk dipecahkan siswa, pemberian kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi sendiri pemecahan masalah, dan pesentasi hasil pemecahan masalah yang disusul dengan diskusi.

Adapun metode yang digunakan dalam pembelajaran matematika realistik adalah pemecaha masalah, yang diikuti dengan kerja kelompok, diskusi dan pesentasi.

Sedangkan media  yang digunakan tergantung tingkat  dari tujuan belajar siswa tesebut. Dimana, untuk tingkat pemula biasanya digunakan benda-benda langsung, seperti manik-manik, keleeng, mobil-mobilan, dll. Sedang tingkat lanjutan digunakan media yang lebih fomal seperti bagan,garis bilangan dan simbol-simbollainnya.

Evauasi

Evaluasi yang digunakan juga disesuaikan dengan tingkat berfikir siswa. Sehingga bentuk evaluasi dapat disusun sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai melalui pembelajaran bedasarkan tahap pencapaian tingkat berpikir yang tepat untuk tiap tingkat kelas siswa.
Evaluasi pelu diakukan bukan saja melalui tes untuk mengukur hasil pembelajaran, melainkan dilakukan selama proses pembelajaran. Hal ini dilakukan terhadap aktivitas siswa berinteraksi selama proses pemecahan masalah, juga terhadap pesentasi yang dilakukan siswa dalam memaparkan temuan pemecahan masalahnya. Selama diskusi baik dalam angka pemecahan masalah, maupun tanggapan pada presentasi, siswa juga dievaluasi kemampuannya melakukan refleksi. Hal ini sangat penting, karena refleksi dapat mendorong siswa memiliki kemampuan melakukan matematisasi vertikal.

Penutup

Simpulan

Pembeajaran Matematia Realistik dalam pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang secara teoritis tepat dan sesuai dengan karakteristik matematika dan sesuai juga dengan tuntutan kurikulum 2004

Saran

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh pembelajaran matematika realistik dalam pembelajaran matematika terhadap minat, proses dan hasil belajar siswa.

Daftar Pustaka

Departemen Penddikan Nasional irektorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Dierektorat Pendidikan lanjutan Pertama. 2003. Kurikulum 2004 Bebasis Kompetensi Sekolah Menengah Pertama mata Pelajaran Matematika. Jakarta: DirektoratJendral Perguruan Tinggi Depdiknas.
Ilma,Ratu (2007). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Statistika Menggunakan Pendekatan Reaistic Matematics Education (RME) Berdasarkan KBK di SMA N 17 Palembang. Dalam Jurnal Pendidikan Matematika, Vol.. 1, No.1, Januari 2007. Palembang: Program tudi Magister Pendidikan Matematika rogram Pascasarjana Unirsitas Sriwijaya.
Liliasari (2007). Pembelajaran Matematika Realistik. Makalah disajikan pada LokakaryaPembelajaran Inovaif dan Partisipatif di Jakarta  tanggal 3-6 Desember 2007.
Mslich, M (2007). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensidan Kontekstual. Jaarta: Bumi Aksara.
Suyitno Amin, Pandoyo, Hidayah Isti,Suhito, Suparyan. (2000). Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang: Pendidikan Matematika FMIPA UNNES.
 







1 komentar:

  1. Is the merit casino scam or legit? - xn--o80b910a26eepc81il5g.online
    Is the merit casino scam 1xbet or legit? How 메리트 카지노 쿠폰 to check the integrity of gambling websites? Is the merit casino scam 제왕 카지노 or legit?

    BalasHapus