Rabu, 06 Februari 2013

FRASA DALAM BAHASA INDONESIA oleh SURASTINA


FRASA DALAM BAHASA INDONESIA

Surastina
STKIP-PGRI Bandar Lampung


Pengajaran bahasa tidak dapat Iepas sama .sekali daripada pertumbuhan ilmu bahasa pada umumnya. Kaum Brahma di India beberapa abad sebelum Masehi mendapat “pelajaran" bahasa Sansekerta dari ahli-ahli tata bahasa mereka. Biarpun tujuannya berbeda daripada pelajaran bahasa pada umumnya yaitu karena kaum Brahma itu mengusahakan "kemurnian" ucapan dan pembentukan frasa dan kalimat, supaya mantera-mantera yang mereka ucapkan tidak kehilangan hikmahnya, pengajaran bahasa bagi kaum Brahma itu merupakan pengajaran bahasa yang sesuai dengan ilmu bahasa murni. Untuk itu pada tulisan ini saya akan membahas tentang pembagian frasa dalam bahasa Indonesia.


Pendahuluan
1
 
Gabungan leksem sintaksis lazim disebut frasa. Satuan itu merupakan konstruksi yang komponennya minimal kata. Dikatakan "minimal" karena komponen itu masing-masing mempunyai potensi untuk diperluas menjadi frasa, sehingga dapat dibentuk frasa dengan komponen frasa. Misalnya frasa air jernih dapat menjadi air sungai .jernih dalam kalimat Air sungai jernih di sukai ikan daripada air keruh. Ciri inilah yang membedakannya dari konstruksi asintaktis.
Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata dengan kata yang bersifat non-predikatif Sudah menjadi kelaziman dalam tata bahasa Indonesia (Ramlan, 1984) membagi jenis jenis frasa atas:


1.      Frasa Eksosentris

Frasa eksosentris adalah frasa yang sebagian atau seluruhnya tidak mempunyai perilaku sintaktis yang sama dengan komponen-komponennya. Frasa ini mempunyai dua komponen: yang pertama yang disebut perangkai berupa preposisi atau partikel si, para, kaum, yang; yang kedua yang disebut sumbu berupa kata atau kelompok kata. Frasa yang berperangkai preposisi disebut frasa eksosentris direktif atau frasa preposisional dan yang lain disebut frasa eksosentris non-direktif.

1.1 Frasa preposisional
Frasa ini seluruhnya tidak berperilaku sama dengan komponen­komponennya, baik dengan preposisinya maupun dengan sumbunya.

Pola frasa preposisional:
(a) FPrep       à      Prepdasar  +  K

Contoh:bak mayang terurai
demi hidup
di sekolah
dengan tangkas
sampai payah
(b)   Fprep  à  Prepdasar 1  + Prepdasar 2 + K
Contoh:sejak dari kemarin
daripada sakit
dari antara mereka

N
FN
(c) Fprep          à    Prepdasar + N1ok +        Pr
FPr
Dem
Contoh:
  atas
  balik
  bawah
  belakang
  dalam
dekat


depan


kalangan

N
lingkungan

FN
luar


muka
+
Pr
penjuru


pinggir

FPr
pojok

Dem
rusuk


samping


sebelah


sekeliling


sekitar


sepanjang


seputar

N
sisi

FN
sudut

pr
tepi
+

tengah

Fpr
tengah-tengah

Dem

dari
di
ke




dari
di
ke
dari kalangan mereka
di dalam rumah itu
ke pinggir sungai ini
dari seputar kampus
ke tengah sawah

(d) Fprep à Prepdeverbal + K
Contoh:bagi Saudara
mengingat hal itu
sampai marah
tentang bermain

(e) Fprep à Prepdenominal + K
Contoh:guna bekerja
lantaran malu
perkara pacar
N
FN
Pr
FPr Dem

 
sebab saya

(f)        Fprep  à  Prepdeverbal + Prepdasar +


Contoh:berhubung dengan keadaan sulit ini
berkenaan dengan surat anda
mengingat akan hal itu
sampai dengan kemarin seiring dengan keputusan itu


(g)   Fprep     à      A ± Adv ± Prep + N
       Contoh: sedikit agak ke depan

(h)   Fprep     à      Adv ± A ± Prep + L
       Contoh: agak sedikit ke depan


Patut ditambahkan di sini, bahwa ada frasa preposisional korelatif dengan pola
Nl
N1                                       2
Prep       +       Prl +  Prep2                  pr 1
                                              2
Contoh:antara saya dengan dia
dari rumah ke rumah
sejak pagi hingga petang

Pola frasa itu bukan pola frasa dasar, namun baik diperhatikan karena tidak jarang digunakan orang.

1.2 Frasa non-direktif
Frasa ini terjadi dari partikel, seperti si, kaum, para, yang, dan sumbu berupa kata atau frasa yang mempunyai beberapa katejori. Sebagai kesatuan frasa non-direktif ini berkategori nomina. Konstruksi dengan si, kaum, dan para perlu dibandingkan dengan konstruksi partikel itu dengan nomina yang membentuk frasa endosentris nominal.




Pola frasa non-direktif
A
(a) Fnon-dir      à    si +           Ter-V
Contoh: si miskin
si terdakwa
                                                   A
(b) Fnon-dir à kaum   +            A1 A2
                                                   ter-V
Contoh:  kaum miskin
kaum cerdik pandai kaum tertindas

A
(c)   Fnon-dir à para +              A1 A2
Contoh: para muda
para cerdik pandai


 


(d) Fnon-dir à yang +


Contoh: yang besar yang agak kecil
yang datang
yang kaulihat itu
yang ini
yang rumahnya jauh
2. Frasa Endosentris
Frasa endosentris adalah frasa yang keseluruhannya mempunyai perilaku sintaktis yang sama dengan salah satu bagiannya. Ada frasa endosentris berinduk satu atau frasa modifikasi, dan frasa endosentris berinduk banyak.

2.1 Frasa modifikatif
Frasa modifikatif ini terjadi dari induk yang menjadi penanda kelasnya, dan modifikator. Secara semantis modifikator itu disebut pemeri. Dan perluasan suatu nomina dengan modifikator disebut pemerian. Penandaan kelas induk yang menentukan kelas frasa sama dengan penandaan kelas induk yang menentukan kelas frasa sama dengan penandaan kelas kata.

a. Frasa Nominal
Frasa nominal adalah frasa modifikatif yang terjadi dari nomina sebagai induk dan unsur perluasan lain yang mempunyai hubungan subordinatif dengan induk, yaitu adjektiva, verba, numeralia, demonstrativa, pronominal, frasa preposisi, frasa dengan yang, konstruksi yang...nya, serta frasa preposisi, frasa dengan yang, konstruksi yang... nya, serta frasa lain. Frasa nominal dapat bertugas sebagai subyek, obyek, atau komplemen dalam konstruksi predikatif. Penggunaan yang yang menghubungkan induk dengan modifikator dapat diulang di belakang suatu frasa nominal dengan menggunakan modifikator lain. Perluasan itu dlan perluasan lain ditandai dengan ±…Namun ini hanya terdapat dalam pola yang bukan inti.
Dalam memerikan makna frasa nomina huruf a dipergunakan untuk menandai komponen pertama dan huruf b untuk komponen kedua. Makna frasa adalah makna gramatikal yang menggambarkan relasi antara komponen-komponen konstruksi. Ini berlainan dengan makna leksikal yang menggambarkan makna satuan leksikal. Dalam memahami makna frasa, harus dibuka kemungkinan bagi adanya ambiguitas pada konstruksi yang bersangkutan.

Contoh:
asas Pancasila
hak memilih
kawan separtai
remaja yang mahasiswa
pegawai yang rumahnya di luar kota banyak orang
kaum buruh
bukan hanya mahasiswa

b  Frasa Adjektival
Frasa adjectival adalah frasa yang induknya adjektiva dengan modifikator berkategori apapun atau          gabungan beberapa kata berkelas apapun yang keseluruhannya berperilaku sebagai adjektiva.







Contoh:
alangkah merdu
cantik nian
sungguh elok
agak lebih baik
agak lama juga
setia setiap saat agak sedikit manja celaka tiga belas
Jauh di mata dekat di hati
sayup-sayup sampai
agak aduhai
sangat ahli

c. Frasa Pronominal

Frasa pronominal adalah frasa yang berupa gabungan pronominal sebagai dengan pronomina, atau dengan kelas lain, yaitu numeralia, demonstrativa, adjektiva atau adverbia, sebagai modifikator.

Contoh:
kami sendiri
engaku saja
mungkin kami
kita semua
kami ini
saya lagi
bukan hanya dia saja
saya dengan dia
d. Frasa Numeralia

Frasa numeralia adalah frasa yang terjadi dari numeralia sebagai induk dan unsur perluasan lain sebagai modifikator.
Contoh:
            tiga belas
dua likur
tujuh pertujuh
satu setengah
dua dan tiga
hanya dua
lima saja
beberapa belas


e.  Frasa Verbal
Frasa verbal adalah frasa yang terjadi dart verba sebagai induk dengan atau kata berkelas kata lain, yaitu adverbia, atau frasa preposisional, sebagai modifikator.
Contoh:
menjahit baju
mengajak pergi
menjahitkan ayah baju
dibeli oleh si miskin
disuruh pergi
kecopetan dompet
kena marah
haus kasih sayang
pulang pergi
saling mencintai
makan tanpa bayar

Frasa- frasa verbal lain:
benci akan                    - membenci
berbicara tentang          - membicarakan
berjumpa dengan          - menjumpai
bertemu dengan            - menemui
berunding tentang          - merundingkan
cinta akan                     - mencintai
gila akan                       - menggilai
hinggap di                     - menghingapi
ingat akan                     - mengingat
kenal akan                    - mengenal


2.2 Frasa endosentris berinduk banyak
Frasa endosentris berinduk banyak terjadi dari beberapa komponen yang sederajat dalam fungsi dan kelas. Ada frasa koordinatif dan ada frasa apositif.

a.  Frasa koordinatif
Frasa koordinatif adalah frasa endosentris berinduk banyak yang komponen-komponennya secara potensial maupun actual dapat dihubungkan dengan konjungsi, baik konjungsi tunggal seperti dan, atau, tetapi, maupun konjungsi     terbagi seperti baik...baik..., entah...entah..., makin...makin..., baik... maupun...

Pada umumnya frasa koordinatif mempunyai kelas sesuai dengan kelas komponen-komponennya karena kata-kata yang berkelas sama dapat digabungkan menjadi frasa koordinatif Namun ada pula gabungan yang terjadi dari kelas berlainan; misalnya verba dan frasa preposisional, dalam kalimat Makanlah udang rebus ini, atau dengan nasi.  Kesamaan fungsi pada tataran klausa memungkinkan hal itu (Halliday 1995:252)

Contoh frasa koordinatif:
nomina dlan nomina               : baik mahasiswa, maupun dosen pria atau wanita
adjektiva dan adjektiva          : miskin tetapi bahagia entah benar, entah tidak
preposisi dan preposisi           : dari dan ke Bandung untuk dan atas nama negara dari, oleh, dan untuk rakyat

b.  Frasa apositif
Frasa apositif adalah frasa endosentris berinduk banyak yang komponen­-komponennya menunjuk pada referen yang sama dalam alam di luar bahasa.
Contoh:
Ita, anak kakak
Emil Salim yang menteri
Rakyat menangis


Penutup
Dalam rangka pembinaan dan pengembangan bahasa nasional, ditujukan peningkatan mutu pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar, sedangkan pengembangan bahasa pada pemenulan fungsi sebagai sarana komunikasi nasional dan sebagai wahana pengungkap berbagai aspek kehidupan sesuai dengan perkembangan zaman. Pembahasan di atas tentang, pembagian frasa dalam bahasa Indonesia sesuai dengan perkembangan pada saat ini.















DAFTAR PUSTAKA

Alisjahbana, Sutan Takdir
1988    Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Cetakan ke-42. Cetakan pertama 1953. Jakarta: Pustaka Rakyat.

Badudu, J. S
1986    "Tata bahasa Indonesia ditinjau dari segi tata bahasa tradisional " dalam Rusyana dan Samsuri (ed.) 1976: 2-23.

Chafe, Wallace L. (ed.)
1980    Meaning and the structure of language. Chicago & London: The University of Chicago Press.

Dardjowidjojo, Soenjono
1989    "Acronymic patterns in Indonesia'' dalam Nguyen Dang Liem (ed.) South-East Asian Linguistic Studies 3: 143-60.

Fokker, A.A.
1982    Pengantar Sintaksis Indonesia. Diindonesiakan oleh Djonhar. Cetakan ke-2. Jakarta: Pradnja Paramita.

Harimurti Kridalaksana
     1986    Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Ramlan, M.
1984    Tipe-tipe Konstruksi frasa dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Slametmuljana
            1979    Kaidah Bahasa Indonesia. Edisi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar