Kamis, 07 Februari 2013

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PELAJARAN SEJARAH, DENGAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH KELAS III (TIGA) SMA ADIGUNA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2006/2007


HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PELAJARAN SEJARAH,
DENGAN   PRESTASI   BELAJAR SEJARAH KELAS III (TIGA)
SMA ADIGUNA BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2006/2007

Oleh : Muhammad
Dosen Tidak Tetap pada STKIP PGRI Bandar Lampung


Abstrak: Dalam pembelajaran ada yang  berhubungan langsung dengan prestasi  belajar sejarah. Faktor yang sangat berhubungan dengan prestasi belajar pada seluruh mata pelajaran termasuk juga pelajaran sejarah. Persepsi siswa terhadap suatu pelajaran sangat penting, karena dengan memiliki persepsi yang baik terhadap suatu pelajaran termasuk pelajaran sejarah akan memiliki hubungan dengan prestasi yang diharapkan dalam suatu hasil pembelajaran termasuk dalam pembelajaran sejarah.Variabel pada penelitian ini terdiri variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). variabel bebas (X) persepsi siswa tentang pelajaran sejarah  dan  (Y) adalah prestasi belajar Sejarah siswa.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan  persepsi siswa tentang pelajaran sejarah dengan prestasi belajar siswa Metode  penelitian yaitu metode  ex post facto yaitu  penelitian yang di lakukan oleh peneliti di mana proses eksperimen telah berlangsung baru diadakan penelitian, fakta-fakta dari suatu proses pembelajaran telah berlangsung, telah terjadi dan baru di lakukan penelitian oleh peneliti.Lokasi penelitian di SMA Adiguna Bandar Lampung. Jumlah sampel pada  penelitian ini adalah 48 siswa. Metode pengambilan sampel menggunakan  proportional random sampling. Teknik pengumpulan data untuk variabel bebas menggunakan metode angket, sedangkan variabel terikat diperoleh dari ujian akhir semester.Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi siswa tentang pelajaran sejarah berhubungan positif dengan prestasi belajar siswa SMA Adiguna Bandar Lampung dengan kontribusi 47,2% terhadap prestasi belajar siswa. Sedangkan 52,8% ditentukan oleh faktor lain dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa.
Kata Kunci : Persepsi, prestasi belajar sejarah, SMA Adiguna Bandar Lampung
PENDAHULUAN

Salah satu tujuan pembelajaran adalah meningkatkan prestasi belajar. Artinya keberhasilan siswa dalam belajar dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai. Prestasi belajar adalah nilai yang diperoleh siswa dalam setiap ulangan atau ujian yang diikuti.  Menurut Arikunto (1995 : 57) “Nilai yang diperoleh pada waktu ulangan, bukan menggambarkan partisipasi tetapi menggambarkan prestasi belajar. Prestasi belajar itu menurut Ahmadi (1975 : 21) adalah : “Hasil yang dicapai dalam usaha, dalam hal ini adalah usaha belajar, dan perwujudan prestasi belajar siswa dapat dilihat dari nilai yang diperoleh setiap mengikuti tes”. Prestasi berarti hasil usaha, berasal dari bahasa Belanda Prestatie artinya hasil usaha.  Cagne (1988: 65) mengemukakan bahwa dalam stiap proses akan selalu terdapat hasil nyata yang dapat diukur dan dinyatakan sebagai hasil belajar (achievement) seseorang.  
Belajar adalah suatu aktivitas yang melibatkan bukan hanya penugasan kemampuan akademik baru saja, melainkan juga perkembangan emosional.  Hal tersebut sesuai pernyataan Cagne (1988: 3) belajar adalah perubahan dalam diri manusia atau kemampuannya yang berlangsung selama satu masa waktu dan yang tidak semata-mata disebabkan oleh perubahan pertumbuhan.  Jenis pertumbuhan yang dimaksud dalam belajar ini meliputi perubahan tingkah laku setelah individu mendapatkan berbagai pengalaman dalam situasi pembelajaran yang diberlakukan atasannya.  Dengan kata lain bahwa proses belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku dan terjadi karena hasil pengalaman yang diperoleh.
Berdasarkan pengertian di atas terlihat bahwa salah satu indikator keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar adalah tinggi prestasi belajar.  Hal ini sudah tentu juga berlaku pada seluruh mata pelajaran yang diikuti oleh siswa termasuk pelajaran sejarah.  Padmo (2003:125), pada hakekatnya teknologi pembelajaran adalah suatu disiplin yang berkepentingan dengan pemecahan masalah  belajar dengan berlandaskan pada serangkaian prinsip dan menggunakan berbagai macam pendekatan. Serangkaian prinsip yang dijadikan landasan teknologi pembelajaran adalah :
  1. Lingkungan kita senantiasa berubah. Perubahan itu ada yang direkayasa, ada yang dapat diperkirakan, namun sebagian besar tidak dapat kita ketahui sebelumnya.
  2. Jumlah penduduka semakin bertambah meskipunpun dengan prosentasi yang mengecil. Mereka semua perlu belajar, dan belajar itu berlangsung seumur hidup dan dimanasaja, darimana saja.
  3. Sumber-sumber sediakala (tradisonal) semakin terbatas karena itu harus dimanfaatkan sebaikmungkin dan seoptimal mungkin. Selain tiu harus diciptakan sumebr-sumber baru, dan didayagunakan sumber yang belum terpakai (idle).
  4. Setiap pribadi mempunyai hak untuk berkembang semaksimal mungkin selaras dengan perkembangan masyarakat dan lingkungan.
  5. Masyarakat berbudaya teknologi, yaitu bahwa teknologi merupakan bagian yang tertanam (imbedded) dan tumbuh dalam setiap masyarakat, dengan kadar yang berbeda.
Dari uraian di atas jelaslah dalam pembelajaran harus menggunakan poendekatan sistemik artinya memandang segala sesuatu sebagai sesuatu yang menyeluruh ( conprehensif) dengan segala komponen yang saling terintegrasi.
Keseluruhan itu akan lebih bermakna dari sekadar penjumlahan komponen-komponen. Tiap komponen mempunyai fungsi masing-masing dan setiap perubahan komponen akan mempengaruhi kompoonen yang lain.
Paradigma baru merupakan perkembangan internal untuk lebih menegaskan identitas teknologi pendidikan. Fokus teknologi pendidikan adalah memecahkan masalah.
Belajar yang bertujuan terarah dan terkendali. Oleh karena itu teknologi pendidikan dipersempit menjadi “teknologi pembelajaran”. Yusuf Hadi Miarso dalam bukunya Menyemai Benih Teknologi Pendidikan (2004:544) teknologi pembelajaran adalah “teori dan praktek dalam merancang, mengembangkan, memanfaatkan, mengelola dan menilai proses dan sumber untuk belajar”.
Peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran sejarah terus diupayakan oleh lembaga-lembaga pendidikan, termasuk yang dilakukan oleh SMA Adiguna Bandar Lampung.  Namun hingga saat ini prestasi belajar siswa pada mata pelajaran sejarah masih rendah.  Prestasi belajar siswa SMA Adiguna pada Mata Pelajaran sejarah dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :








Tabel 1. Data prestasi belajar  mata pelajaran sejarah semester genap kelas III  (tiga) tahun pelajaran 2006-2007

No
Klasifikasi

Rentang Nilai
Jumlah siswa
Kelas III IPS
Jumlah (siswa)
Persentase (%)
1
Sangat Tinggi
≥ 7,51
121
-
0,0
2
Tinggi
6,51 – 7,50
121
-
0,0
3
Sedang
5,51 – 6,50
121
1
0,8
4
Rendah
4,00 – 5,50
121
26
21,5
5
Sangat Rendah
4,00
121
94
77,7
Sumber : Dokumentasi nilai SMA Adiguna Bandar Lampung, leger pelajaran sejarah semester  genap   tahun pelajaran 2003-2004.

Pada Tabel  terlihat secara umum prestasi belajar siswa sangat rendah.  Hal ini terlihat sebanyak 94 siswa (77,7%) memiliki prestasi siswa termasuk kategori sangat rendah, bahkan tidak satupun siswa yang memiliki prestasi tinggi terlebih lagi sangat tinggi. Hal ini siswa dalam proses pembelajaran perlu dipacu dan diberikan pengertian-pengertian yang jelas tentang pelajaran sejarah, agar memiliki persepsi yang baik terhadap pelajaran sejarah walaupun pelajaran sejarah tersebut tidak termasuk dalam kelopok mata pelajaran yang di ujian nasionalkan, memacu siswa untu memanfaarkan sumber belajar jangan hanya mengandalkan guru yang dijadikan satu-satunya sumber belajar oleh siswa, maka guru perlu menjelaskan bahwa sumber belajar dalam pembelajaran tatanegara cukup banyak termasuk lingkungan sekolah, buku-buku, perpustakaan dan lainnya supaya dimanfaatkan secara maksimal, kemudian guru perlu memacu siswa agar memiliki kreativitas yang baik dalam kegiatan pembelajaran, termasuk diskusi, menjawab soal-soal dan lainnya sehingga angka 77,7% yang memiliki prestasi rendah tersebut bisa ditingkatkan kepada prestasi yang lebih tinggi. Rendahnya prestasi belajar siswa sudah tentu disebabkan oleh beberapa faktor antara lain persepsi siswa tentang pelajaran itu sendiri. Rendahnya prestasi belajar siswa sangat dimungkinkan masih buruk persepsi siswa terhadap mata pelajaran sejarah.
            Nurulpaik, (2004:3), dalam jurnal yang dimuat pada pikiran rakyat, Kamis, 25 Nopember 2004.  Berbagai studi menunjukkan bahwa buku ajar di sekolah merupakan madia intruksional yang sangat penting karena merupakan sember  rujukan utama dalam proses pembelajaran (Patrick, 1988) dan bagian sentral  dalam suatu sistem pendidikan  (Altbach et. Al, 1991). Karena buku merupakan alat yang penting  untuk  penyampaian materi kurikulum, maka buku sekolah menduduki peranan sentral pada semua tingkat pendidikan.
            Studi yang dilakukan terhadap 867 SD dan MI di Indonesia (Supriadi, 1997) mencatat bahwa tingkat kepemilikan siswa akan buku pelajaran di SD berkorelasi positif dengan hasil belajarnya. Lima korelasi tersebut pada pelajaran PPKn, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, dan Matematika.
Hal ini berarti semakin tinggi akses siswa terhadap buku  akan meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini konsisten dengan studi yang  dilaksanakan oleh World Bank  pada tahun 1976  di Indonesia yang menunjukkan bahwa tingkat kepemilikan siswa akan buku  dan fasilitas sekolah lainnya berkorelasi dengan prestasi belajarnya (Bank Dunia, 1989:44).
Dari pernyataan diatas bahwa siswa yang banyak memanfaatkan sumber belajar ( buku pelajaran, perpustakaan, tingkat kepemilikan buku pelajaran, fasilitas belajar di sekolah mempunyai hubungan dengan prestasi belajarnya pada bidang studi Imu Pengetahuan Alam, humaniora dan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Jika kita hubungkan dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran sejarah yang saat ini masih rendah, maka dapat ditarik suatu gambaran bahwa siswa kadang memiliki persepsi yang salah terhadap pelajaran termasuk pelajaran sejarah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi diperoleh suatu keterangan bahwa SMA Adiguna Bandar Lampung di dalam proses pembelajaran ditemukan :
” Siswa mempunyai persepsi yang rendah terhadap mata pelajaran khsususnya mata pelajaran yang tidak di Ujikan pada sebagai mata pelajaran Ujian Nasional  termasuk pelajaran sejarah ”
Prestasi belajar siswa khususnya sejarah masih rendah hal ini terlihat dari hasil ujian semester kelas III (tiga) program IPS masih rendah termasuk masih dibawah rata-rata 4,00. Rekapitulasi prestasi belajar sejarah kelas III semester genapujian bersama tahun pelajaran 2006-2007 sebagai berikut :
Nilai Tertingi    = 5,50 berarti soal yang dijawab benar 30 soal dari 60 soal.
Nilai Terendah = 2,00 berarti soal yang dijawab benar 12 soal dari 60 soal.
Nilai rata-rata  kelas = 3,21    berarti siswa hanya mampu menjawab soal
 rata-rata 19   butir soal, hal ini tergolong rendah.
Nilai yang diharapkan minimal = 6,00
Sekor nilai  :  £ 4,00 sangat  rendah
Sekor nilai  : 4,00 – 5,50 rendah
Sekor nilai : 5,51 - 6,50 sedang
Sekor nilai : 6,51 - 7,50  tinggi
Sekor nilai : ³ 7,51 sangat tinggi
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas peneliti berkeinginan untuk meneliti bagaimana persepsi siswa terhadap pelajaran sejarah siswa dalam pembelajaran yang dimungkinkan mempunyai hubungan dengan prestasi belajar siswa, khususnya pelajaran sejarah III  (tiga) semester genap tahun pelajaran 2007-2008.

Persepsi
Sebagaimana yang telah diketahui dan dikemukakan di atas tentang permasalahan penelitian, maka untuk memperkuat dan mendukung variabel penelitian serta permasalahan yang diajukan perlu didukung oleh landasan teori tentang persepsi sebagaimana yang  akan dipaparkan berikut ini :
Untuk menguraikan dan tertarik dalam melaksanakan suatu aktivitas atau perbuatan  tertentu, maka seseorang terlebih dahulu memiliki persepsi mengenai obyek atau aktivitas/ perbuatan yang akan dikerjakan tersebut. Persepsi dalam diri seseorang berarti pandangan, tanggapan, anggapan langsung dari dalam diri seseorang terhadap sesuatu obyek tertentu melalui pengenalan panca indra yang dimiliki oleh manusia. Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke otak manusia, melalui persepsi  manusia terus menerus mengadakan hubungan  dengan lingkungannya, hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihatan, pendengar, peraba, perasa dan pencium Slameto,  (1987:102).
Bagi seorang guru, mengetahui dan menerapkan prinsif-prinsif yang bersangkut-paut dengan persepsi sangat penting karena :
1.    Makin baik suatu obyek, orang, peristiwa atau hubungan diketahui, makin baik objek, orang, peristiwa atau hubungan tersebut dapat diingat.
2.    Dalam pengajaran, menghindari salah pengertian merupakan hal yang harus dapat dilakukan oleh seorang guru, sebab salah pengertian akan menjadi siswa belajar sesuatu yang keliru atau yang tidak relevan; dan
3.    Jika dalam pengajaran seorang guru perlu mengganti benda yang sebenarnya dengan gambar atau potret dari benda tersebut, maka guru harus mengetahui bagaimana gambar atau potret tersebut harus dibuat agar tidak terjadi persepsi yang keliru. ( Selameto, 1987 : 103 )

Berikut ini beberapa prinsip dasar tentang persepsi yang perlu diketahui oleh seorang guru agar ia dapat mengetahui siswanya secara lebih baik dan dengan demikian menjadi komunikator yang efektif.
1.       Persepsi itu relatif bukannya absolut, manusia bukanlah instrumen ilmiah yang mampu menyerap segala sesuatu persis seperti keadaan sebanarnya, persepsi bersifat relatif, seorang guru dapat meramalkan  dengan lebih baik persepsi dari siswanya untuk pelajaran berikutnya karena guru telah mengetahui lebih dahulu persepsi yang telah dimiliki oleh siswa dari pelajaran sebelumnya.
2.       Persepsi itu slektif,  seorang guru  harus dapat memilih bagian pelajaran yang perlu diberi tekanan agar mendapat perhatian dari siswa dan sementara itu  harus  dapat menentukan  bagian pelajaran yang tidak penting  sehingga dapat dihilangkan agar perhatian siswa tidak terpikat  pada bagian yang tidak penting.
3.       Persepsi mempunyai tatanan,  bagi seorang guru, prinsif ini  menunjukkan bahwa pelajaran yang disampaikan harus tersusun dalam tatanan yang baik.
4.       Persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan (penerima rangsangan ),  harapan dan kesiapan penerima pesan akan menentukan pesan mana yang akan dipilih untuk diterima, selanjutnya bagaimana pesan yang dipilih itu akan ditata dan demikian pula bagaimana pesan tersebut akan diinterprestasikan.
5.       Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama, perbedaan persepsi ini  dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan individual, perbedaan dalam keperibadian, perbedaan dalam sikap dan perbedaan dalam motivasi, Slameto  (1987:105)

 “ Persepsi adalah pandangan atau anggapan dari individu terhadap suatu obyek setelah melihat, mengalami, mendengar serta merasakan manfaatnya yang kemudian tercermin melalui perbuatan-perbuatan terhadap suatu obyek tersebut .
Hubungan persepsi dengan objek ( pelajaran dalam pembelajaran ) :
Persepsi dan Belajar dalam Prawiradilaga ( 2004 : 132 ) Proses belajar tanpa mmperhatikan siapa yang belajar, materi, lokasi, jenjang pendiidikan  atau usia pembelajar selalu selalu dipengaruhi oleh persepsi peserta didik. Persepsi memang jarang disinggung  dalam tulisan terkait dalam proses belajar. Padahal cara berfikir, minat atau potensi dapat berkembang dengan baik jika seseorang memiliki persepsi yang memadai. Tujuan belajar sebenarnya adalah mengembangkan persepsi kemudian mewujudkannya menjadi kemampuan-kemampuan yang tercermin  dalam cara berfikir (kognitif), bekerja motorik, serta bersikap.
Selanjutnya Mozaik  tehnologi pendidikan dalam Prawiradilaga (2004 ; 132)

Persepsi adalah : awal  dari segalam macam kegiatan belajar yang bisa terjadi pada setiap kesempatan, disengaja atau tidak. Fleming & Levie memercayai persepsi sebagai “suatu suatu proses penerimaan informasi yang rumit, yang diterima atau diektraksi manusia dari lingkungan …….persepsi termasuk penggunaan indra manusia”. Kemp & Dayton, 1985 menganggap persepsi “ suatu proses di mana seseorang menyadari keberadaan lingkungannya serta dunia yang mengelilinginya”. Persepsi terjadi karena setiap manusia memiliki indra untuk menyerap objek-objek serta kejadian di sekitarnya. Pada akhirnya persepsi dapat mempengaruhi cara berfikir , bekerja serta bersikap pada diri seseorang.

Jadi persepsi seseorang terhadap suatu objek sangat dipengaruhi indranya yang disebabkan karena penerimaan informasi yang diperolehnya dari suatu objek, siswa akan  memproleh hasil yang baik dalam pembelajaran terhadap objek  (pelajaran dalam  pembelajaran ) apabila memiliki persepsi yang baik pula tehdap  suatu objek (pelajaran dalam pembelajaran) .

Sedangkan menurut Mar’at : 1982, persepsi dapat diartikan :
“ Persepsi adalah merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari komponen kognisi. Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuannya, manusia mengamati obyek psikologik dengan kacamatanya sendiri, sedangkan obyek psikologik ini dapat berupa kejadian, ide atau situasi tertentu. Faktor pengalaman, proses belajar atau sosialisasi memberikan bentuk dan struktur terhadap apa yang dilihat. Sedangkan pengetahuannya dan cakrawalanya memberikan arti terhadap obyek  psikologik tertentu  Mar’at,  (1982 : 22).

Persepsi dapat digambarkan dalam sebuah bagan, Mar’at, (1982 : 23 ).

          Pengalaman      Proses            Cakrawala           Pengetahuan
                                   Belajar
                                  (Sosialisasi)

Oval: PERSEPSI
 







 


Faktor-Faktor
Lingkungan Yang
mempengaruhi
 
Oval: Obyek
Psikologik
         Kognisi
K
E      
P       Afeksi
R                       Evaluasi
I                       (Senang/tak senang)
B
A
D
I         Sikap
A                       Kecendrungan
N                       Bertindak
 

          Konasi
Gambar  Bagan Persepsi
Kognisi = pengetahuan
Afeksi   = sikap
Konasi = menentukan kesediaan/ kesiapan jawaban berupa tindakan terhadap obyek.
Dari gambar bagan diatas bahwa persepsi itu terjadi akibat dari suatu peroses yang ditimbulkan oleh panca indra yang dimiliki oleh manusia serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap dirinya.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan persepsi adalah anggapan atau pandangan seseorang (siswa) terhadap sesuatu obyek (pelajaran sejarah) melalui panca indranya (melihat, mendengar, mengalami, memanfaatkan)  dari pelajaran sejarah tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Persepsi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang datangnya dari individu itu sendiri maupun dari luar individu tersebut. Oleh karena itu persepsi menurut Mar’at , ( 1981 : 22 ) merupakan komponen kognisi pada diri individu yang dipengaruhi oleh antara lain :
a.       Faktor pengalaman
b.      Faktor proses belajar sosial (sosialisasi)
c.       Faktor cakrawala
d.      Faktor pengetahuan
Sedangkan menurut Sarwono, (1983:44) memberikan pengertian tentang hal-hal yang mempengaruhi persepsi sebagai berikut:
Suatu obyek dapat dipersepsi secara berbeda-beda antara satu orang dengan yang lain, hal ini antara lain dapat dipengaruhi oleh:
a.     Perhatian; biasanya seseorang tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada disekitarnya sekaligus, tetapi akan memfokuskan perhatiannya pada satu atau dua obyek saja, perbedaan fokus ini yang menyebabkan perbedaan persepsi.
b.     Set; yaitu harapan seseorang akan rangsang, yang timbul, seperti harapan seseorang pelari yang siap “start” terdapat set bahwa akan terdengar bunyi pistol disaat akan berlari.
c.     Kebutuhan; kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang akan mempengaruhi persepsi orang tersebut.
d.     Sistem nilai; sistem nilai yang berlaku dalam situasi masyarakat akan berpengaruh pula terhadap persepsi.
e.     Ciri keperibadian; misalnya A dan B bekerja disuatu kantor. A sebagai seorang yang penakut. Sedangkan B adalah seorang yang penuh percaya diri menganggap atasannya sebagai orang yang dapat diajak bergaul seperti orang dewasa lainnya.
f.       Gangguan jiwa; hal ini akan menimbulkan kesalahan persepsi yang disebut halusinasi.

Faktor pengalaman proses belajar (sosialisasi) memberikan bentuk struktur terhadap apa yang dilihat. Faktor pengatahuan dan cakrawala memberikan arti terhadap obyek psikologik tersebut, sedangkan faktor pengetatahuan akan menimbulkan ide, kemudian konsep mengenai apa yang dilihat pada proses berfikir, memilih, mengambil keputusan dan menarik kesimpulan, selain itu juga bahwa yang dapat mempengaruhi persepsi dapat dipengaruhi oleh : perhatian, set, kebutuhansistem nilai, ciri kepribadian dan gangguan jiwa.
Hubungan Persepsi dengan prestasi belajar
Indrayanto, ( 2005 : 6 ) : dalam sebuah jurnal yang berjudul  Sumber Daya Pendidikan “ Ketersediaan bahan bacaan di rumah juga merupakan faktor penting bagi prestasi akademik siswa. Morrow (1983) menemukan bahwa ketersediaan bahan bacaan yang memadai di rumah mendorong anak menjadi tertarik untuk melakukan kegiatan membaca. Disamping penelitian-penelitian yang dilakukan oleh Anderson, et, al (1988) dan Stevenson dan Lee, (1990) juga menemukan bahwa ketertarikan anak pada kegiatan membaca mempunyai efek positif terhadap prestasi akademik siswa. Penelitian-penelitian tentang prestasi akademik yang dilakukan di Indonesia oleh Elly (1976), oleh Gorman dan Yu (1990) dan Jones (1987) di Amerika Serikat juga  memperkuat temuan tentang efek positif ketersediaan bahan bacaan di rumah dengan prestasi akademik siswa.
Dari beberapa parnyataan yang dikemukakan oleh para ahli peneliti tentang prestasi akademik bahwa  kelengkapan belajar yang lengkap mendorong siswa untuk untuk menjadi tertarik untuk melakukan kegiatan membaca, dan kegiatan membaca mempunyai efek positif terhadap prestasi akademik siswa, jadi ada hubungan yang positif persepsi siswa terhadap  ketersediaan bahan belajar ( sumber belajar yang lengkap ) dengan prestasi akademik siswa.
METODE PENELITIAN
Untuk menguji hipotesis baik eksperimen maupun kualitatip diperlukan sebuah Metode yang tepat sehingga apa yang diharapkan dapat jawab dan diuji sesuai dengan prosedur yang tepat.  Subagio  (1999:2) Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap suatu permasalahan.  Arikunto,  (1997:14)  ada tiga persyaratan penting  dalam mengadakan kegiatan penelitian :
  1. Sistematis : artinya dilaksanakan menurut pola tertentu dari paling yang
            sederhana  sampai kompleks hingga tercapai tujuan  secara efektif dan efesien.
  1. Berencana : artinya yang dilaksanakan dengan adanya unsur kesengajaan dan  sebelumnya sudah diperkirakan langkah-langkah pelaksanaannya.
3.      Mengikuti konsef ilmiah : artinya mulai awal hingga akhir kegiatan penelitian mengikuti cara-cara yang sudah ditentukan, yaitu prinsif yang digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

Berdasarkan pendapat di atas metode penelitian adalah suatu cara yang dipergunakan dalam penelitian mengenai objek atau data yang sedang diteliti dengan menggunakan tehnik tertentu guna mencapai tujuan dengan menggunakan metode ilmiah, maka penulis dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional  melalui pendekatan Empiris, artinya data dikumpulkan (collection data) setelah semua kejadian yang dipermasalahkan berlangsung. Selanjutnya kejadian-kejadian tersebut
diidentifikasi sebab-sebabnya yang saling berhubungan, tujuannya adalah untuk
membuat suatu deskripsi mengenai fakta dan sifat-sifat populasi.
Furchan (1982:382) Ex Post Facto berasal dari bahasa latin artinya “ dari sesudah fakta,” menunjukkan bahwa penelitian itu dilakukan sesudah perbedaan-perbedaan  dalam variabel-variabel itu terjadi karena perkembangan kejadian itu secara alami. 

Dari beberapa pengertian tersebut bahwa penelitian ex post facto berarti penelitian yang dilakukan oleh peneliti dimana proses experimen telah berlangsung baru diadakan penelitian, fakta-fakta dari suatu proses pembelajaran telah berlangsung, telah terjadi dan baru dilakukan penelitian oleh peneliti, ex post facto ini berupa kasus di SMA Adiguna Bandar Lampung pada bidang studi sejarah kelas III (tiga) semester genap tahun pelajaran 2007-2008. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan yang akan dijadikan obyek dalam suatu penelitian. Sehubungan dengan hal tersebut diatas yang akan dihadikan polpulasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas III (tiga) jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial pada SMA Adiguna Bandar Lampung Tahun Pelkajaran 2006-2007, seperti tampak dalam tabel berikut ini.
Keadaan siswa kelas III (tiga) SMA Adiguna Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2007-2007 untuk jurusan Ilmu Pengatahuan Sosial
No
Kelas III IPS
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
III IPS 1
33
15
48
2
III IPS 3
31
14
45
Jumlah
64
29
93
Sumber : Dokumentasi mutasi siswa SMA Adiguna Bandar Lampung 
                TahunPelajaran 2006-2007
Arikunto (1990 : 125)  dalam bukunya “Manajeman Penelitian” beberapa teknik pengambilan sampel (sampling techniques) yang bisa dikenal antara lain adalah : sampling acak (random sampling), sampling kelompok (clustes sampling), sampling
berstrata (stratified sampling), sampling bertujuan (purposive sampling), sampling daerah atau wilayah (area sampling), sampling kembar (double sampling), dan sampling berimbang (proportional sampling).
Pada penelitian teknik sampling yang digunakan adalah sampel acak berimbang (proportional random sampling ).
Jumlah sampel penelitian ditentukan menggunakan rumus T. Yamane yaitu :
n = Banyaknya unit sampel
N = Banyaknya populasi
D = Presisi 0,10
(Rakhmat, 1985:27)

Selanjutnya untuk menentukan jumlah sampel pada dua kelas menggunakan alokasi proposrsional dengan rumus :
n = banyaknya sampel keseluruhan
Ni = banyaknya populasi  ke- i ( masing-masing kelas )
N = Banyaknya populasi keseluruhan (semua kelas).
Ni = banyaknya sampel ke-i (masing-masing ) kelas.
 Sampel penelitian
No
Kelas III IPS
Laki-laki
Perempuan
Jumlah

III IPS 1
33
15
48
Jumlah
33
15
48
Kelas III IPS 1 merupakan kelas mewakili kelas atas dijadikan sampel merupakan hasil undian dari kelas III IPS 3 yang mewakili kelas bawah dan III IPS 1, ternyata dalam undian  muncul untuk dijadikan sampel dalam penelitian. Hal ini berarti kelas III IPS 1 dijadikan responden untuk menjawab angket sebagai bahan atau data-data penelitian.
Untuk pengumpulan data tersebut digunakan 1 instrumen penelitian, yaitu :
Instrumen persepsi siswa terhadap pelajaran sejarah kelas III (tiga) jurusan   IPS semester genap SMA Adiguna Bandar Lampung, sampel diminta untuk menjawab salah satu jawaban dengan memilih  jawaban yang telah disediakan dalam angket.
Instrumen prestasi belajar tatanegara ( variabel Y ) menggunakan tes akhir semester genap kelas III (tiga) yang telah ada pada SMA Adiguna Bandar Lampung tahun pelajaran 2006-2007, nilai tersebut adalah nilai murni dan bukan nilai rapotr yang secara umum materi pembelajarannya telah disampaikan selama 2 (dua) semester tahun pelajaran sesuai dengan kurikulum. Intrumen tes tersebut berupa tes pilihan ganda sebanyak 60 soal dengan 5 (lima) option atau lima pilihan yaitu A,B,C, D, E.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Lahirnya SMA Adiguna Bandar  Lampung tidak terlepas  dari  keinginan  untuk ikut serta dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui perluasan kesempatan bagi lulusan SLTP untuk memasuki jenjang pendidikan  SLTA , untuk itu Yayasan  Pendidikan  Adiguna Bandar Lampung untuk tahun  pelajaran 1989/1999 membuka Sekolah Menengah  Atas (SMA)  yang diberi nama  SMA Adiguna Bandar Lampung.
Yayasan  Pendidikan  Adiguna  Bandar Lampung  yang  didirikan di Bandar Lampung  pada tanggal 31 Agustus  1985 dengan Akte Notaris Imran Ma’ruf, S.H. Tanjungkarang  Nomor  178 yang diketuai oleh Bapak Drs. H. Dailami Zain.
SMA Adiguna Bandar Lampung  berlokasi  di Jalan Khairil Anwar Nomor 79  Kelurahan Durian Payung  Kecamatan Tanjungkaran Pusat  Kota Madya  Bandar Lampung  Telepon (0721) 267202  dibangun di atas tanah  seluas   2584 m²  milik  Yayasan  Pendidikan Adiguna Bandar  Lampung , yang kini telah berubah menjadi  Perkumpulan Lembaga Pendidikan  Adiguna Bandar Lampung. 
SMA Adiguna Bandar Lampung  keberadaannya berdasarkan Keputusan  Menteri Pendidikan dan Kebudayaan   R.I.   Nomor: 1055 / I .12 /1989  yang  bersetatus TERDAFTAR, dan melalui  Keputusan Dirjen  Pendasmen  Nomor: 488/C/ Kep / I /1993 berubah status dari  TERDAFTAR berubah  DIAKUI dengan NDS: L.04014013 / NSS: 3021260050075 tertanggal 4 Januari  1993, dan diperpanjang  melalui Keputusan Dirjen Pendasmen No.79/C/C7/Kep/PP/2000 tanggal 3 Mei 2000.
Kepala Sekolah  yang pernah menjabat di SMA Adiguna  Bandar Lampung semenjak berdiri sampai sekarang adalah sebagai berikut:
1. Bapak Drs. Hi. Badrul Kamal  dari   15  Juli 1989    s.d.  28   Pebruari   2002
2. Dra. Hj. Siti Suratini Zain sejak 1 Maret 2002 hingga sekarang
Persepsi Siswa tentang pelajaran sejarah
Berdasarkan hasil jawaban angket dengan jumlah butir soal 25, diperoleh skor terendah 35, tertinggi 84, sedangkan hasil ukuran gejala pusat diperoleh skor rata-rata 63,60, median 65,00, modus, 66,00, dan standar deviasi 12,93.  Jika kita membandingkan nilai rata-rata dengan median dan modus, maka terlihat ketiga ukuran gejala pusat tersebut tidak memiliki perbedaan yang berarti.  Hal ini menunjukkan ada kecendrungan data skor variabel persepsi siswa tentang pelajaran sejarah adalah berdistribusi normal.
 Distribusi Frekuensi Data Skor Persepsi Siswa tentang Pelajaran  sejarah
Interval
Batas bawah
Batas atas
Fabsolut(f)
Frelatif (%)
Fkomulatif
Fka
36
-
42
35,5
42,5
4
8,33
8,33
4
43
-
49
42,5
49,5
4
8,33
16,67
8
50
-
56
49,5
56,5
5
10,42
27,08
13
57
-
63
56,5
63,5
10
20,83
47,92
23
64
-
70
63,5
70,5
8
16,67
64,58
31
71
-
77
70,5
77,5
10
20,83
85,42
41
78
-
84
77,5
84,5
7
14,58
100,00
48
Jumlah


48
100



Pada table di atas terlihat bahwa frekuensi tertinggi skor persepsi siswa tentang pelajaran sejarah  terletak pada interval 57—63 dan 78—84 yaitu masing-masing terdapat 10 orang siswa (20,83%), sedangkan  interval terendah yaitu masing-masing pada interval 43—49 dan 36—42 (8,33%).  Pada Tabel tersebut juga terlihat jumlah siswa yang memiliki skor di bawah rata-rata adalah 23 siswa (47,92%), sedangkan jumlah siswa yang memiliki nilai di atas rata-rata adalah 25 siswa (52,08%).  Hal ini berarti secara umum siswa memiliki skor persepsi tentang pelajaran sejarah  di atas skor rata-rata.
Jika mengacu pada hasil deskripsi data di atas, menunjukkan bahwa secara umum siswa memiliki persepsi yang posistif (sebang) terhadap pelajaran sejarah. Hal ini ditunjukkan bahwa nilai terendah yang diperoleh adalah nilai terendah 36 lebih tinggi dari nilai terendah ideal yaitu 25, dan nilai tertinggi yaitu 84 mendekati nilai tertinggi ideal yaitu 125. Selain itu, rata-rata hitung adalah 63,6 lebih tinggi dibandingkan rata-rata ideal yaitu 50. Hal ini menunjukkan secara umum siswa memiliki persepsi yang tinggi atau siswa hingga saat ini masih memiliki tanggapan positif terhadap pelajaran sejarah. Persepsi yang positif ini sudah tentu mendorong siswa untuk aktif dalam mempelajari sejarah.
Prestasi Belajar Siswa
Berdasarkan hasil jawaban angket dengan jumlah butir soal 24 diperoleh skor terendah 5,44, tertinggi 7,94, sedangkan hasil ukuran gejala pusat diperoleh skor rata-rata 6,93  median, 7,02, modus, 6,72, dan standar deviasi 0,55.  Jika kita membandingkan nilai rata-rata dengan median dan modus, maka terlihat tidak memiliki perbedaan yang berarti.  Hal ini menunjukkan ada kecenderungan data skor nilai prestasi belajar siswa adalah berdistribusi normal.
Distribusi Frekuensi Data Nilai Prestasi Belajar Siswa
Interval
Batas bawah
Batas atas
Fabsolut(f)
Frelatif (%)
Fkomulatif
Fka
5,13

5,48
5,6
6,0
1
2,08
2,08
1
5,49

5,89
6,0
6,4
0
0,00
2,08
1
5,90

6,30
6,4
6,8
7
14,58
16,67
8
6,31

6,71
6,8
7,2
6
12,50
29,17
14
6,72

7,12
7,2
7,6
14
29,17
58,33
28
7,13

7,53
7,6
8,0
16
33,33
91,67
44
7,54

7,94
8,0
8,4
4
8,33
100,00
48



48
100,00


Pada Tabel di atas terlihat bahwa frekuensi nilai prestasi belajar siswa tertinggi terletak pada interval 7,13—7,53 (33,33%), sedangkan frekuensi  interval terendah yaitu 5,49—5,89 (0,00%).  Pada Tabel tersebut juga terlihat jumlah siswa yang memiliki skor di bawah rata-rata adalah 14 siswa (29,17%) dan jumlah siswa yang memiliki nilai di atas rata-rata adalah 20 siswa (41,66%).  Hal ini menunjukkan bahwa secara umum siswa memiliki nilai prestasi belajar  di atas nilai rata-rata. 
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini, yaitu  apakah ada hubungan  persepsi tentang pelajaran sejarah dengan prestasi belajar siswa
Hubungan Persepsi Siswa tentang Pelajaran sejarah dengan Prestasi Belajar Siswa
Hasil analisis  untuk melihat hubungan persepsi siswa terhadap prestasi belajar sejarah  siswa disajikan pada Tabel  di bawah ini
Sumber Keragaman
Derajat Kebebasan
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Fhitung
Signifikansi
Ftabel
Regresi
1
6,605
6,605
41,137
0,000
4,05
Sisa
46
7,385
0,161



Total
47
13,990




R2 = 0, 472






Tabel terlihat nilai Fhitung 41,137 dengan nilai signifikansi 0,000.  Nilai signifikanis 0,000<0,05 dengan demikian H0 ditolak. Hal ini berarti ada hubungan persepsi tentang palajaran sejarah terhadap prestasi belajar siswa.  Pada Tabel tersebut di atas  juga terlihat nilai koefisien determinasi (R2) = 0,472 artinya persepsi tentang pelajaran sejarah memiliki kontribusi 47,2% terhadap prestasi belajar siswa sedangkan sisanya 52,8% ditentukan faktor lain. 
Pembahasan Hubungan Persepsi Siswa tentang Pelajaran Sejarah dengan Prestasi Belajar Siswa
Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan positif persepsi siswa tentang pelajaran terhadap prestasi belajar siswa. Selain itu, persepsi juga memberikan kontribusi 47,2% terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Hal ini menunjukkan persepsi siswa merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan siswa dalam belajar. 
Adapun hubungan persepsi dengan prestasi disebabkan persepsi mempengaruhi karakteritik kognitif siswa.Unsur kognitif ini merupakan bagian dari unsur yang menentukan keberhasilan belajar siswa. Hal ini dikemukakan oleh Slameto (2003:102) bahwa salah satu unsur yang mempengaruhi karakteristik kognitif adalah persepsi siswa terhadap pelajaran. Lebih lanjut dia mengatakan  persepsi ini berguna untuk menghindari salah pengertian oleh siswa terhadap pelajaran itu sendiri. Dalam pembelajaran menghindari dalam pengertian merupakan hal yang harus dilakukan oleh seorang guru, sebab salah pengertian akan menjadikan siswa belajar sesuatu yang keliru atau yang tidak relevan. Siswa belajar dengan benar dan relevan sudah tentu berdampak hasil belajar yang baik pula, karena tidak adanya kesalahan pandangan terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Adanya hubungan antara persepsi dengan prestasi juga disebabkan adanya keselarasan antara tujuan belajar dengan persepsi. Seperti dikemukakan oleh Prawiradilaga ( 2004 : 132 ) tujuan belajar sebenarnya adalah mengembangkan persepsi kemudian mewujudkannya menjadi kemampuan-kemampuan yang tercermin  dalam cara berfikir (kognitif), bekerja motorik, serta bersikap.
Hal ini berarati pengembangan persepsi yang baik akan membuat cara berpikir, bekerja, dan bersikap yang baik. Jika dihubungkan  dengan tujuan belajar itu sendiri, maka pengembangan persepsi  sendiri pada hakikatnya tujuan belajar telah tercapai. Namun pada kondisi ini apakah prestasi belajar juga telah tercapai.  Prestasi belajar sebenarnya merupakan bagian dari tujuan belajar itu sendiri, dan salah caranya  adalah pengembangan persepsi siswa, karena adanya persepsi yang benar melahirkan kondisi dimana siswa mengatahui sesungguhnya berpikir, bersikap, dan bertindak dalam proses belajar yang pada akhirny dapat meningkatkan prestasinya.  

  SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Persepsi siswa tentang pelajaran sejarah berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa SMA Adiguna Bandar Lampung.  Persepsi siswa tentang pelajaran sejarah memiliki kontribusi 47,2% prestasi belajar siswa.  Hal ini menunjukkan bahwa persepsi  siswa terhadap pelajaran sejarah memiliki hubungan yang cukup tinggi dengan prestasi belajar siswa itu sendiri. Arah hubungan  persepsi siswa tentang sejarah terhadap prestasi belajar adalah positif, artinya semakin tinggi persepsi siswa tentang pelajaran sejarah semakin tinggi prestasi belajar.
Faktor lain 52,8% yang juga memberikan kontribusi dengan prestasi belajar siswa seperti faktor intelegensi siswa, motivasi siswa dalam pembelajaran termasuk dalam pelajaran tatanegara, IQ siswa, kondisi pisik siswa, faktor kurikulum, faktor jadwal penempatan pelajaran, faktor pengelompokan siswa, faktor pemberian tugas dan faktor fasilitas yang dimiliki oleh siswa dirumah dan yang dimiliki oleh sekolah. Kontribusi ini sangat endukung sehingga persepsi siswa dengan pelajaran sejarah akan prosentasinya akan lebih baik.
Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan beberapa temuan bahwa terdapat hubungan  persepsi siswa tentang pelajaran sejarah dengan  prestasi belajar siswa.  Sebagai impllikasinya, perlu menjelaskan secara rinci kepada siswa gambaran tentang pelajaran yang di sampaikan khususnya pelajaran sejarah, sehingga tidak menimbulkan persepsi yang salah.  Hal ini dimaksudkan  untuk meningkatkan cara berpikir, bersikap, dan bekerja siswa, sehingga mampu mendukung prestasi belajar.
Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi, maka disarankan bagi guru, perlu memberikan penjelasan secara jelas tentang pelajaran sejarah sehingga tidak menimbulkan kesalahan persepsi.  Hal ini dapat dilakukan dengan menjelaskan pada setiap awal pertemuan tentang yang berhubuangan dengan materi pembelajaran  yang akan disampaikan pada setiap pertemuan dalam pembelajaran, memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktip berdiskusi pada setiap pertemuan dalam pembelajaran, memberikan tugas kepada siswa pada setiap akhir pelajaran.  Hal ini penting, karena akan persepsi yang baik dengan pelajaran sejarah dan dampaknya dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah.
Bagi pihak sekolah, perlu menambah dan menigkatkan fasiltas belajar bagi siwa, sehingga siswa memperoleh sumber belajar yang lengkap dan pada akhirnya mampu meningkatkan prestasi belajarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan menambah jumlah buku-buku, jurnal, dan  majalah tentang pelajaran sejarah, menambah fasilitas audio  visual untuk kegiatan pembelajaran, meningkatkan kemampuan guru melalui pelatihan-pelatihan secara berkala, mengikutkan guru dalam kegiatan MGMP, seminar, sehingga kemampuan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran semakin baik, hal ini perlu karena akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa.
Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan aktif mendiskusikan setiap materi pelajaran baik secara individu atau kelompok, aktif menyelesaikan soal-soal  latihan, dan menyelesaikan setiap tugas yang diberikan guru. Selain itu, guru juga secara kontinyu memberikan tes awal dan tes akhir baik secara lisan maupun tertulis, tugas individu dan kelompok, melakukan Tanya jawab pada setiap kegiatan pembelajaran, dan selalu menggunakan alat peraga sesuai dengan materi pembelajaran pada setiap kegiatan pembelajaran agar pembelajaran lebih menarik dan tidak menimbulkan kejenuhan dan kebosanan khususnya bagi siswa, hal ini menuntut guru lebih kereatif dan inovatif dalam  memilih alat peraga, hal  ini tentunya  akan berdampak  pada peningkatan prestasi belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA


Ahmadi, Abu. 1991. Psikologi Perkembangan. Rineka Cipta. Jakarta.

Ali, Moh. 1993. Metodologi Penelitian. Galian Indonesia. Jakarta.

Asngari. 1983. Psikologi Pendidikan. Remaja Karya. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 1997.  Prosedur Penelitian. Rineka Cipta Jakarta.

________________.  1995.  Prosedur Penelitian. Rineka Cipta Jakarta.

­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­________________­  1990. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta Jakarta.


B.Seels. Barbara. 1994. Teknologi Pembelajaran. Universitas Negeri Jakarta.

Crow. LD. & Crow. A. 1984. Educational Psyikology of Learning and Instrument. Prientice.

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Sekjen Depdiknas. Jakarta.

Furchan, Arief. 1982. Penelitian Dalam Pendidikan. Usaha Nasional. Surabaya.

Indriyanto, Bambang. 2005. Sumber Daya Pendidikan. D:\Donload\Sumber-1.Htm.Jakarta.

J. Supranto. 1991.  Metode Riset Aplikasi dalam Pemasaran. FE UI. Jakarta.

Mar’at. 1982.  Sikap Manusia Perubahan serta Pengukurannya. Ghalia. Indonesia.

Miarso, Ysufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan diterbitkan atas kerjasama dengan Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan dengan Pustekom DIKNAS, Prenada Media. Jakata

Nurulpaik, Iik. 2004.  Artikel Setop. Ganti Cawu/Semester Ganti Buku. D:\Donload\0802.Htm. Jakarta.

Padmo, Dewi. 2003.  Teknologi Pembelajaran. Universitas Terbuka. Pustekom. Jakarta.

Paisal, Sanapiah. 1990. Penelitian Kualiatif. YA3. Malang.

Purwanto, M Ngalim. 2002.  Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. PT Rosada Karya. Bandung.

Prawiradilaga .2004.  Tehnologi Pendidikan, Jakarta.

Rakhmat, Jalaludin. 1985.  Metode Penelitian Komunikasi. Bandung. Remaja Karya. Jakarta.

Slameto. 1987. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.
Sudjana, 2002. Metode Statistik. Tarsito Bandung.

Surahmad, Winarno. 1990. Dasar-Dasar Riset. Tarsito. Bandung.

Usman, Mustofa. 2003. Model Linier Terapan Analisis Regresi. Pengantar Pembentukan Model dan Analisis Jalur (Path Aalysis). Universitas Lampung. Bandar Lampung.














  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar