Rabu, 06 Februari 2013

SENI MENGAJAR MENANGULANGI ADANYA FOBIA MATEMATIKA


SENI MENGAJAR MENANGULANGI ADANYA
FOBIA MATEMATIKA


Buang Saryantono*)
Dosen PNSD Kopertis Wilayah II pada STKIP PGRI Bandar Lampung 


Abstrak : Pelajaran matematika merupakan matapelajaran yang anggap siswa dapat membuat stress, sehingga matematika merupakan  matapelajaran yang menakutkan dan tidak difavoritkan.  Bermatematika di zaman sekarang harus aplikatif dan sesuai dengan kebutuhan hidup, untuk itu kita semua berkewajiban menghilangkan rasa takut. Guru sebagai penyampai ilmu harus mampu mengajarkan matematika lebih menarik dan mengembangkan daya nalar siswa dengan menggunakan logika matematis. Seorang guru  selalu menyempurnakan ketrampilannya dalam seni mengajar. Orang tua harus memberi kesempatan anak untuk bereksplorasi, observasi dalam keadaan rileks.


Kata Kunci : Seni Mengajar, Fobia Matematika



PENDAHULUAN

Matematika merupakan ilmu dasar dari pengembangan sains  dan sangat berguna dalam kehidupan. Dalam perdagangan orang dituntut untuk mengerti aritmatika minimal penjumlahan dan pengurangan. Bagi pegawai atau karyawan perusahaan harus mengerti waktu/jam, Bendaharawan suatu perusahaan harus memahami seluk beluk keuangan. Ahli agama, politikus, ekonom, wartawan, petani, ibu rumah tangga, dan semua manusia “sebenarnya” dituntut menyenangi matematika yang kemudian berupaya untuk belajar dan memahaminya, mengingat begitu pentingnya dan banyaknya peran matematika dalam kehidupan manusia.


Hasil Penelitian The Third International Mathematic and Science Study Repeat (TIMSS-R) pada tahun 1999 menyebutkan bahwa di antara 38 negara, prestasi siswa SMP Indonesia berada pada urutan 34 untuk matematika.Sementara hasil nilai matematika pada ujian Nasional, pada semua tingkat dan jenjang pendidikan selalu terpaku pada angka yang rendah.  Sedangkan dari Percentage of students at all competence levels in math (PISA 2003) dapat dilihat pada grafiksebagai berikut:






Keadaan ini sangat ironis dengan kedudukan dan peran matematika untuk pengembangan ilmu dan pengetahuan, mengingat matematika merupakan induk ilmu pengetahuan dan ternyata matematika hingga saat ini belum menjadi pelajaran yang difavoritka

Fakta menunjukkan, tidak sedikit siswa sekolah yang masih menganggap matematika adalah pelajaran yang bikin “stress”, membuat pikiran bingung, menghabiskan waktu dan cenderung hanya mengotak-atik rumus yang tidak berguna dalam kehidupan. Akibatnya, matematika dipandang sebagai ilmu yang tidak perlu dipelajari dan dapat diabaikan. Selain itu, hal ini juga didukung dengan proses pembelajaran di sekolah yang masih hanya berorientasi pada pengerjaan soal-soal latihan saja. Hampir belum pernah dijumpai proses pembelajaran matematika dikaitkan dengan kehidupan nyata. Untuk menyelamatkan nyawa matematika salah satu hal segera dilakukan adalah bagaimana membuat siswa senang terhadap untuk belajar matematika ?.


FOBIA PELAJARAN MATEMATIKA

Fobia (rasa takut) terhadap pelajaran matematika sering kali menghinggapi perasaan para siswa dari tingkat SD sampai dengan SMA bahkan hingga perguruan tinggi. Padahal, matematika itu bukan pelajaran yang sulit, dengan kata lain sebagaimana dituturkan oleh ahli matematika ITB Iwan Pranoto, setiap orang bisa bermatematika. Masalahnya, banyak orang tidak dapat bermatematika secara optimum gara-gara takut terhadap matematika. Ketakutan tersebut membuat mereka enggan belajar bahkan menjadi antipati. Ketakutan anak pada matematika juga disebabkan oleh pola pengajaran guru yang kurang bervariasi, pola pengajaran guru yang otoriter yang menganggap siswa yang banyak bertanya sebagai hal yang kurang ajar. Siswa harus patuh dengan apa yang diterangkan guru.Munculnya fobia matematika juga disebabkan sugeti yang tertanam dalam benak seorang siswa bahwa matematika itu sulit. Sugestiini mncul dai orang-orang yang mengatakan itu sulit.
Kurikulum yang berlaku sekarang ini untuk sekolah dasar dan menengah merupakan bentuk terbaru dari pengembangan dan penyempurnaan Kurikulum Berbasis Kompetensi menjadi  Kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menekankan pada guru untuk semakin gencar berupaya menggairahkan kembali dunia pendidikan.
Masalah fobia terhadap pelajaran  matematika kerap dianggap sangat krusial dibandingkan pelajaran lainnya karena sejak SD bahkan TK, siswa sudah diajarkan matematika. Terkait dengan rasa apriori berlebihan terhadap matematika ditemukan beberapa penyebab rasa takut matematika di antaranya adalah yang mencakup penekanan belebihan pada penghafalan semata, penekanan pada kecepatan atau berhitung, pengajaran otoriter, kurangnya variasi dalam proses belajar-mengajar matematika, dan penekanan berlebihan pada prestasi individu. Oleh sebab itu, untuk mengatasi hal ini, peran guru sangat penting. Karena begitu pentingnya peran guru dalam mengatasi rasa takut matematika, maka pengajaran matematika pun harus dirubah. Jika sebelumnya, pengajaran matematika terfokus pada hitungan aritmetika saja, maka saat ini, guru-guru harus meningkatkan kemampuan siswa dalam bernalar dengan menggunakan logika matematis.
Matematika bukan hanya sekadar aktivitas penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian karena bermatematika di zaman sekarang harus aplikatif dan sesuai dengan kebutuhan hidup modern. Karena itu, materi matematika bukan lagi sekadar aritmetika tetapi beragam jenis topik dan persoalan yang akrab dengan kehidupan sehari-hari.
Dari aspek psikologi, menurut psikolog Alva Handayani, peranan orang tua pun dibutuhkan untuk mengatasi fobia matematika. Menurutnya, mengajar matematika bukan sekadar mengenal angka dan menghafalnya namun bagaimana anak memahami makna bermatematika. Orang tua harus memberi kesempatan anak untuk bereksplorasi, observasi dalam keadaan rileks. Para orang tua tidak perlu khawatir dengan kemampuan matematika para putra-putri mereka. Yang terpenting dalam menumbuhkan cinta anak pada matematika adalah terbiasanya anak menemukan konsep matematika melalui permainan dalam suasana santai di rumah dalam rangka mempersiapkan masa depan anak.
Jika anak sering menemukan orang tua menggunakan konsep matematika, maka anak akan menangkap informasi tersebut dan akan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Seperti, pengaturan uang saku dan tabungan hingga pengaturan jadwal kereta api atau penerbangan.
SENI MENGAJAR
Menurut Yaniawati (2006) dirumuskan ada lima tujuan umum pembelajaran matematika, yaitu: pertama, belajar untuk berkomunikasi (mathematical communication); kedua, belajar untuk bernalar (mathematical reasoning); ketiga, belajar untuk memecahkan masalah (mathematical problem solving); keempat, belajar untuk mengaitkan ide (mathematical connections); dan kelima, pembentukan sikap positif terhadap matematika (positive attitudes toward mathematics). Semua itu lazim disebut mathematical power (daya matematika).
­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­
Uraian tugas guru merupakan ringkasan tentang hal-hal penting yang sangat berguna untuk kesuksesan pengajaran matematika. Sebagai guru selalu berusaha keras untuk menyempurnakan ketrampilannya dalam seni mengajar untuk membekali siswa dengan matematika. Ketrampilan seni mengajar sangatlah penting khususnya saat guru berusaha memotivasi siswa terutama mengadapi siswa yang malas yang dijumpai setip hari.

Guru mempunyai cara-cara tersendiri dalam mengajar, tetapi guru selalu cermat mencari ede dan teknik baru untuk diterapkan di dalam kelas maupun di luar kelas.  Seorang guru harus mengetahui perlengkapan mereka, harus mengenal siswa yang sedang diajar dan mengetahui bagamana cara mengajar secara menarik.

Menurut Max A. Sobel dan Evan M. Maletsky dalam bukunya Mengajar Matematika dalam memberikan wawasan dan tambahan yang akan berguna bagi guru matematika dalam pembelajaran yang menarik adalah sebagai berikut:
1.      Mulai pelajaran dengan cara yang menarik. Mulai dengan pertanyaan yang menarik dan nenantang, cara ini dapat digunakan sebagai cara yang efektif untuk memulai dan mengakhiri suatu pelajaran. Sebuah pertanyaan harus dirancang sedemikian rupa sehingga jawaban yang diperoleh dengan materi dan metode yang sesuai dengan kurikulum, tingkat pelajaran dan kemampuan siswanya. Pertanyaan yang menarik dan menantang dapat dipergunakan untuk merangsang diskusi di awal pelajaran dan dapat juga untuk memotivasi keahlian menghitung. Langkah-langkah terebut adalah sebagai berikut: Sebuah pertanyaan yang memancing diberikan , kemudian siswa diberikan untuk menduga, mendiskusikan atau berdebat untuk memperolehjawabnya.

2.      Gunakan topik-topik sejarah bila perlu. Satu cara menarik untuk membuat agar matematika tetap hidup dalah mengunakan artikel-ertikel sejarah untuk membantu menunjukkan bahwa matematikawan adalah manusia bias, mempunyai kelemahan dan punya keinginan. Contoh:  Karl Gaus  adalah seorang pemuda yang cepat dewasa punyai bakat matematika. Guru sekolah dasarnya meminta menuliskan bilangan 1 sapai 100 dan memintanya untuk menghitungnya. Dengan cepat Gauss memberikan jawaban 5050. Gauss dapat mengitung dengan cara:
      1 + 2 + 3 + . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . + 98 + 99 + 100
   1 + 100 = 101
   2 +   99 = 101
3 +   98 = 101 dan seterusnya

Karena ada 50 pasang bilangan masing-masing berjumlah 101. Dengan demikian jumlah total adalah 50 x 101 = 5050. Sekarang dapat kita gunakan dengan rumus  untuk menghitung jumlah n bilangan asli pertama. Leonhard Euler adalah matematikawan paling produktif sepanjang masa, sumbanganya sangat luas sehingga dapat ditemui diberbauai tingkat pelajaran matematika diantaranya : orang yang petama kali menemukan simbul ”” simbul ”i” untuk , simbol ”e” untuk bilangan iirasional yang istimewa 2,718281..., yang merupakan limit dari untuk n membesar tanpa batas, mempublikasikan daftar 30 pasang bilangan amicable dan masih banyak lagi penemuan-penemuan matematikawan lainnya.

3.      Gunakan alat peraga secara efektif. Penggunaan alat peraga di dalam mata pelajaran matematika yang dimaksudkan  agar siswa dapat mengembangkan pembelajarannya. Alat peraga dapat dibuat oleh guru sendiri atau alat peraga buatan pabrik. Alat peraga buatan guru yang banyak digunakan karena relatif dapat dibuat dengan singkat dan lebih murah.

4.      Sediakan perlengkapan untuk penemuan oleh siswa. Teknik penemuan dapat digunakan ecara efektif untuk merangsang dan membantu dalam mengembangkan kreativitas dan orasionalitas yang penting untuk kesuksesan masa depan siswa dalam belajar matematika. Untuk menanamkan pengetahuan kepada siswa seorang tidak boleh ragu menyediakan perlengkapan untuk mereka berpartisipasi didalamnya dan agar menyukai semua kesenangan yang penting. Ada 2 tipe pendekatan penemuan di dalam kelas yaitu penemuan terbimbing dan penemuan kreatif. Penemuan terbimbing diman guru memimpin siswa dengan tahapan-tahaan yang benar, menyajikan adanya diskusi, menanyakan pertanyaan yang menuntun, dan memerkenalkan ide pokok bila dirasakan perlu, ini merupakan kerjasama yang menyenangkan karena hasil akhirnya dapat diperoleh. Pada pendekatan penemuan kebanyakan harus dilakukan melalui arahan dari guru, tetapi pada level yang paling murni ada penemuan kreatif dimana guru menciptakan  situasi di kelas dan meminta siswa melakukan penemuan sendiri menggunakan intuisi dan pengalaman mereka dengan sedikit atau tanpa arahan dari guru.
5.      Akhiri pelajaran dengan sesuatu yang istimewa.  Memeperkenalkan topik yang istimewa dibeberapa menit terakhir dari jam pelajaran dapat membuat siswa menjadi menyesali mengapa jam pelajaran segera berakhir. Hiharapkan siswa meninggalkan kelas dengan memperbincangkan sesuatu yang menyenangkan yang telah terjadi pada akhir mata pelajaran matematika yang baru saja diikuti, dengan harapkan mereka selalu terus bersemangat sampai hari-hari berikutnya, mereka ingin sekali kembali mendapatkan materi pelajaran matematika yang lebih banyak lagi.
6.      Kesimpulan. Seni mengajar merupakan tugas guru yang tak mungkin berakhir, tunjukkan kepada siswa kita suka mengajar matematika, guru mengekpresikan ketulusan terhadap siswa dan kesungguhan terhadap pelajaran.

PENUTUP
Peran seorang guru agar siswa tidak fobia terhadap matematika adalah menyelenggarakan pembelajaran matematika secara nyaman dan dapat membuat siswa bergairah untuk mengikutinya merupakan hal yang sudah tidak dapat ditawar lagi. Seorang guru dengan seni mengajarnya yang membuat siswa menjadi senang untuk belajar matematika yang tentunya akan berdampak pada penguasaan dan pemahaman terhadap materi matematika.

Cara mudah guru mengetahui seni mengajar yang berkualitas dengan menanyakan kepada sekelompok siswa untuk menuliskan guru disekolahnya yang baik menurut  mereka. Hasilnya dapat diduga kebanyakan siswa akan menulis ciri-ciri antusias, tulus hati, suka humor,empati, puya imajinasi, dan kompetensi, mereka akan mengatakan bahwa menyukai guru yang suka mengajar. Seorang guru yang suka mengajar ditunjukkan dengan mengajar dengan bergirah, penuh arti, dan menunjukkan tingkah laku yang mengesankan.

Peran orang tua pun tidak kalah pentingnya untuk mengatasi fobia matematika. Orang tua harus memberi kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi, observasi dalam keadaan rileks. Orang tua dalam menumbuhkan cinta anak pada matematika adalah terbiasanya anak menemukan konsep matematika melalui permainan dalam suasana santai di rumah dalam rangka mempersiapkan masa depan anak.


DAFTAR PUSTAKA
Max A. Sobel dan Evan M.  Mataletsky  2001, Mengajar Matematika Penerbit Erlangga, Jakarta.
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar