Kamis, 07 Februari 2013

PENGARUH MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI DI PENENGAHAN, LAMPUNG SELATAN


PENGARUH   MEDIA GAMBAR
DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA
KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI
DI PENENGAHAN, LAMPUNG SELATAN

Oleh:
Sudarmaji
 Dosen PNS-Dpk Kopertis Eilayah II
STKIP PGRI Bandar Lampung

ABSTRAK

Motivasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas III di SDN Taman Baru, SDN Banjarmasin, dan SDN Gedong Harta tergolong rendah sehingga mengakibatkan rendahnya aktivitas dan hasil belajar bahasa Indonesia siswa. Hal ini, diduga karena bahasa Indonesia dianggap sebagai pelajaran yang mudah tetapi membosankan sehingga siswa  tidak termotivasi untuk mendengarkan penjelasan guru. Salah satu media pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa kelas III di ketiga SD tersebut adalah Media Gambar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh  penggunaan media gambar terhadap pembelajaran bahasa Indonesia kelas III SD Negeri di Penengahan, Lampung Selatan. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang menerapkan konsep  KTSP . Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penggunaan media gambar lebih efektif jika dikombinasikan dengan metode pembelajaran lain.

Kata Kunci: Pengaruh , Media Gambar, SD Negeri.


ABSTRACK


Motivation in Indonesian language learn of the 3rd class student at SDN Taman Baru, SDN Banjarmasin, and SDN Gedong Harta pertained to lower so that low resulting of activity and result of learning student’s Indonesian Language. This matter is anticipated, because Indonesian Language considered being easy but heavy Iesson so that student do not be motivated to listen clarification of teacher. One of the expected learning media can improve motivation and enthusiasm learns class student of the 3rd class student is comic. This research aim to know effectiveness usage of comic to study of class Indonesian Language of the 3rd class student at Government Elementary School in Penengahan, South Lampung. Problem solving conducted by using Classroom Action Research method that applied concept of  KTSP . Result that is obtained, show that usage of comic will be more effective if combined with other study method.

Key Words: effectiveness, comic, Government Elementary School


PENDAHULUAN


Saat ini Indonesia tengah menggalakkan kurikulum berbasis kompetensi sesuai dengan tingkat satuan pendidikan di sekolah masing-masing, yang sekarang dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum tersebut lebih mengutamakan siswa belajar secara aktif dan mandiri di bawah bimbingan guru sebagai fasilitator. Pembelajaran di kelas tidak lagi berpusat kepada guru sebagai pengajar namun kepada siswa yang belajar. Siswa dituntut untuk mampu menemukan atau merumuskan sendiri materi pelajaran yang diberikan, sementara guru memfasilitasi semua kebutuhan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dijelaskan oleh Sidi (2006)  dan Mulyasa (2006) bahwa KTSP dibuat dalam rangka menyiapkan lulusan dalam bidang pendidikan siap memasuki era globalisasi yang penuh tantangan dan ketidakpastian, sehingga diperlukan pendidikan yang dirancang berdasarkan kebutuhan nyata di lapangan.

Sebagian besar sekolah dasar (SD) yang ada di Penengahan Lampung Selatan, KTSP belum dilaksanakan secara optimal. Guru masih terpengaruh dengan pola mengajar yang lama. Secara umum, guru masih mendominasi proses pembelajaran. Hal ini, dapat dimaklumi mengingat  KTSP  masih menjadi hal baru bagi para guru,  khususnya guru-guru yang berada di daerah yang masih dalam proses sosialisasi.

Berdasarkan informasi di lapangan, minat dan motivasi belajar siswa kelas III di SDN Taman Baru, SDN Banjarmasin, dan SDN Gedong Harta tergolong rendah sehingga mengakibatkan rendahnya aktivitas dan hasil belajar bahasa Indonesia siswa. Kenyataan tersebut, diduga karena bahasa Indonesia dianggap sebagai pelajaran yang mudah namun membosankan sehingga siswa  tidak termotivasi untuk belajar dan mendengarkan penjelasan guru.

Dilihat dari sisi guru, peran guru masih sangat dominan di kelas. Guru belum puas kalau belum menjelaskan materi pelajaran secara detil kepada siswa. Model pembelajaran ini bertentangan dengan konsep  KTSP  , sebagaimana yang disampaikan oleh Nasruddin (2007) bahwa model belajar bahasa Indonesia yang berfokus pada guru diharapkan dapat dikurangi. Sebaliknya, kita harus melaksanakan strategi yang dapat lebih melibatkan siswa aktif belajar, baik secara mental, intelektual, fisik, maupun sosial.
(dalam http://www.indomedia.com/sripo/2007/07/02/0207/kot2.htm)

Berdasarkan hasil diskusi dengan guru-guru kelas III di ketiga SD tersebut, permasalahan utama sebagai penyebab rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa adalah karena metode yang digunakan guru tidak bervariasi. Guru lebih suka menjelaskan langsung materi pelajaran dan kurang memberi kesempatan kepada siswa-siswanya untuk menemukan sendiri jawaban atas permasalahan yang mereka hadapi. Akibatnya, pembelajaran menjadi pasif, siswa merasa bosan, dan malas dalam belajar. Hal semacam ini, banyak ditemui di beberapa SD di Penengahan Lampung Selatan.

Salah satu media pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa kelas III di ketiga SD tersebut adalah Media Gambar. Media Gambar merupakan bentuk kartun yang mengungkapkan karakter satu atau beberapa tokoh yang diperankan dalam suatu cerita dan secara implisit memuat konsep-konsep atau pelajaran bahasa Indonesia. Media Gambar yang menarik dan menyenangkan dapat memotivasi siswa dalam belajar. Hal ini sudah dibuktikan oleh Iqbal (2002) dan Muliyardi (2002). Hanya saja kedua peneliti tersebut masing-masing melakukannya pada siswa-siswa SLTP dan SD kelas I.

Menurut Iqbal (2002), proses penciptaan Media Gambar sebagai media pembelajaran pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan penciptaan Media Gambar-Media Gambar pada umumnya, namun pada Media Gambar pembelajaran cenderung mengandung nilai plus, artinya selain memuat persoalan dan pelajaran (matematika, bahasa, ataupun pelajaran yang lain) juga harus mengandung “sense of humor”. Adanya humor dapat  melahirkan kesan positif dan rasa menyenangkan anak dalam belajar, tanpa merasa adanya beban.

Media Gambar menjadi pilihan karena adanya kecenderungan banyak siswa, terutama siswa SD, lebih menyenangi bacaan media hiburan seperti Media Gambar dan majalah jika dibandingkan dengan membaca buku pelajaran. Jika Media Gambar disusun secara sistematis sesuai dengan tujuan pembelajaran, maka Media Gambar dapat dijadikan “teman yang baik” dalam belajar sehingga dapat menjadi sumber ilmu.

Ide penciptaan Media Gambar bukan berarti siswa dibawa ke situasi aktivitas hiburan dan bermain semata, melainkan dimaksudkan untuk meningkatkan minat dan motivasi belajar bahasa Indonesia mereka. Jika siswa memiliki minat dan motivasi yang tinggi dalam belajar bahasa Indonesia melalui Media Gambar, maka diharapkan hal tersebut dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mereka.

Aktivitas siswa dalam belajar mempunyai peranan yang sangat penting. Ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2004 : 90) bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar tidak mungkin proses  pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Paul B. Diedrich dalam Nasution (1997 : 79) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain digolongkan dalam 8 kelompok aktivitas. Dalam penelitian ini, aktivitas yang banyak disorot adalah aktivitas mental (menanggap, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan),  dan aktivitas oral (menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, diskusi, dan interupsi).

Sementara itu, hasil belajar siswa senantiasa dipantau dalam setiap pertemuan. Oleh karena penelitian menggunakan pendekatan berbasis kompetensi siswa dengan KTSP , maka hasil belajar siswa yang diamati meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Hal ini, sesuai dengan aspek cara penilaian yang diberikan oleh Departemen Pendidikan Nasional (2006:9). Khusus untuk ranah afektif dan psikomotor, hal-hal yang dinilai disesuaikan dengan rencana pembelajaran.

 Media gambar merupakan motivator belajar bagi siswa untuk menemukan sendiri jawaban atas permasalahan yang mereka hadapi. Selain itu, penggunaan media gambar dapat  mengurangi peran guru sebagai pengajar karena dalam penyusunannya dapat dimasukkan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menggiring siswa pada penemuannya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media gambar terhadap pembelajaran bahasa Indonesia kelas III sekolah dasar negeri di Penengahan, Lampung Selatan. Indikator adanya pengaruh  yang dimaksud meliputi timbulnya aktivitas belajar, respon, dan hasil belajar siswa. Pemilihan SD Negeri dalam penelitian ini disebabkan karakteristik siswa di SD Negeri cenderung heterogen, terutama dari segi latar belakang ekonomi dan pendidikan keluarga. Heterogenitas ini sangat menarik perhatian terlebih lagi jika dikaitkan dengan aktivitas dan hasil belajar siswa di sekolah. Sementara pemilihan SDN Taman Baru, SDN Banjarmasin, dan SDN Gedong Harta dilakukan semata-mata demi kemudahan dalam memperoleh data karena ketiga SD tersebut berlokasi tidak berjauhan antara satu dengan yang lain. Disamping itu, ketiga SD tersebut memiliki ciri dan karakteristik hampir sama dalam tindak berbahasa, yakni mayoritas siswanya berbahasa Lampung dalam kehidupan sehari-hari.


METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di kelas III SD semester ganjil tahun pelajaran 2006/2007. Pemilihan SDN Taman Baru, SDN Banjarmasin, dan SDN Gedong Harta dilakukan dengan teknik purposif sampling karena ketiga sekolah tersebut berlokasi tak berjauhan. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang menerapkan konsep-konsep pembelajaran berdasarkan  KTSP .

Penelitian ini menggunakan tiga siklus untuk melihat tingkat kemajuan dari variabel-variabel yang diteliti. Sementara itu, penerapan konsep-konsep pembelajaran berdasarkan KTSP  dalam penelitian ini adalah untuk mempertajam maksud penggunaan media gambar berikut penilaian hasil belajar dan aktivitas siswa.

Urutan tindakan yang ditempuh diambil dari langkah-langkah pembelajaran menurut Hopkins (1993:48) dan Elliot (1993:58), terdiri dari :
1.      Perencanaan, yaitu menyusun silabus, rencana pembelajaran, format dan skenario Media Gambar, Lembar Kerja Siswa (LKS), Lembar Observasi Guru, Lembar Observasi Aktivitas Siswa, dan Tes Hasil Belajar Siswa
2.      Tindakan, yaitu melaksanakan rencana pembelajaran yang terdiri dari tiga siklus dengan menggunakan Media Gambar. Setiap siklus terdiri dari satu materi pokok. Setiap siklus terdiri dari 3 - 4 kali pertemuan, dan setiap selesai materi pokok diadakan tes formatif untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi pokok yang bersangkutan. Siswa yang belum mencapai standar ketuntasan belajar diremidi sampai mencapai standar yang dimaksud.
3.      Evaluasi tindakan, yaitu proses observasi terhadap aktivitas dan respon siswa saat pelaksanaan tindakan, dengan menggunakan lembar observasi, dan wawancara. Wawancara dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai respon siswa.
4.      Refleksi, yaitu merinci kendala berdasarkan lembar observasi. Dari data hasil observasi, peneliti merefleksi diri  mengenai keberhasilan dan kekurangan yang ada pada tiap tahap tindakan. Selain itu, hasil analisis data ini digunakan sebagai acuan untuk memperbaiki siklus berikutnya.


Tabel 1: Indikator Ketercapaian Pengaruh  Pembelajaran

No.
Aspek
Skor
Indikator
1.
Aktivitas Siswa
a.      Kurang Aktif
b.      Aktif


a.      0 % –  59 %
b.      60 % – 100 %


Pembelajaran dengan menggunakan Media Gambar dikatakan efektif jika memenuhi kriteria bahwa rata-rata 75% atau lebih siswa:
1.      tergolong aktif
2.      memberi respon positif
3.      meraih hasil belajar cukup, baik , atau baik sekali.

2.
Respon Siswa
a.      Negatif
b.      Netral
c.       Positif


a.        0 % -- 40 %
b.        41 % -- 60 %
c.         61 % -- 100 %

3.
Hasil belajar Siswa
a.      Kurang Sekali
b.      Kurang
c.      Cukup
d.      Baik
e.      Baik Sekali


a.        0,0 – 5,0
b.        5,1 – 6,0
c.         6,1 – 7,4
d.        7,5 – 8,4
e.        8,5 – 10,0
(Rentang skor: 0,0 – 10,0 )




HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil


Tabel 2: Tabel Hasil

Aspek Penilaian
% Rata-Rata Jumlah Siswa dari 3 Siklus di:
SDN Taman Baru
SDN Banjarmasin
SDN Gedong Harta
Aktif Belajar
94.3%
88.2%
70.87 %
Respon Positif
100%
100%
100 %
Hasil Belajar : cukup, baik, atau baik sekali (sebelum diremidi)
77,5%
(dengan nilai rata-rata kelas 7,4)
92%
(dengan nilai rata-rata kelas 8,4)
72,1%
(dengan nilai rata-rata kelas 7,83)


Pembahasan

Berdasarkan Tabel 2, tampak bahwa penggunaan media gambar dapat membuat siswa aktif dalam belajar. Hal ini, disebabkan respon siswa sangat positif terhadap penggunaan media gambar dalam pembelajaran di kelas. Siswa sangat senang belajar melalui Media Gambar. Bahkan, mereka cenderung berebut untuk dapat membaca Media Gambar yang disediakan.

Di SDN Taman Baru dan SDN Banjarmasin aktivitas belajar siswa dapat mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi baik dan baik sekali. Di kedua SD tersebut, penggunaan media gambar dapat dikatakan efektif karena sudah memenuhi kriteria yang diberikan. Hanya saja terjadi perbandingan terbalik antara aktivitas belajar dan hasil belajar di kedua SD tersebut. Persentase jumlah siswa yang aktif belajar di SDN Taman Baru lebih tinggi dibandingkan di SDN Banjarmasin. Akan tetapi, persentase jumlah siswa yang memenuhi keberhasilan dalam belajar dan nilai rata-rata yang diperoleh di SDN Banjarmasin lebih tinggi dibandingkan di SDN Taman Baru.

Sementara itu,  Media Gambar di SDN Gedong Harta dinyatakan kurang efektif. Hal ini, disebabkan tidak semua kriteria yang diberikan dapat dipenuhi. Adapun kriteria yang dipenuhi di SD ini hanyalah persentase jumlah siswa yang aktif belajar dan jumlah siswa yang memberikan respon positif, sedangkan persentase jumlah siswa yang mencapai keberhasilan dalam belajar tidak sampai memenuhi kriteria yang diminta.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari ketiga SD tersebut, dapat diketahui bahwa  Media Gambar dapat membuat siswa aktif belajar. Siswa senang dengan pembelajaran yang menggunakan Media Gambar. Dengan kata lain, Media Gambar dapat menarik minat dan motivasi siswa untuk belajar. Akan tetapi, aktivitas belajar yang tinggi belum tentu menghasilkan prestasi belajar yang tinggi pula. Hal ini, menunjukkan bahwa  penggunaan media gambar perlu dikombinasikan dengan metode-metode pembelajaran lain untuk dapat mencapai hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan kompetensi dan pengalaman belajar yang diharapkan.


SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media gambar dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas III di sekolah dasar, khususnya sekolah dasar negeri, yakni:
1.      dapat menarik minat dan motivasi siswa dalam belajar.
2.      dapat membuat siswa aktif dalam belajar;
3.      perlu dikombinasikan dengan metode-metode pembelajaran lain agar dapat mencapai hasil belajar yang tinggi.


Saran
1.      Oleh karena penggunaan media gambar dapat meningkatkan minat, motivasi, dan aktivitas belajar siswa, ada baiknya setiap guru SD dapat menjadikan media gambar sebagai sebuah media alternatif yang baik dalam pembelajaran di kelas.
2.      Untuk dapat mencapai hasil belajar siswa yang diinginkan, ada baiknya setiap guru SD dapat mengombinasikan berbagai metode pembelajaran dengan Media Gambar yang digunakan. Hal ini, disebabkan penggunaan media gambar belum menjamin keberhasilan belajar siswa jika digunakan sebagai satu-satunya alternatif.



DAFTAR PUSTAKA


Astuti, Puji. 2006. Studi Pembelajaran Bahasa Indonesia Menggunakan Pendekatan Praktik Berbahasa di Kelas III SDN 1 Sukaraja Bandar Lampung. Skripsi.

Dentiria. 2006. Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas IV Semester Genap SD Negeri 4 Sawah Lama Tahun Pelajaran 2005/2006. Skripsi.

Departemen Pendidikan Nasional .2006. KTSP Mata Pelajaran Bahasa Indonesia (Modul). Jakarta.

Elliot, J. (1993). Action Research for Educational Change. Philadelphia: Open University Press.

Hopkins, D. 1993. A Teacher Guide to Classroom Research. Philadelphia: Open University Press.

Iqbal, Muhammad. 2002. Strategi Pembelajaran Matematika yang Effektif dan Menyenangkan dengan Menggunakan Media Media Gambar. Jurnal Matematika atau Pembelajarannya, Tahun VIII, Edisi Khusus, Juli 2002

Muliyardi. 2002. Penggunaan Komik dalam Pembelajaran Matematika di SD. Jurnal Matematika atau Pembelajarannya, Tahun VIII, Edisi Khusus, Juli 2002

Mulyasa, E. 2006.  KTSP : Konsep, Karakteristik, Implementasi, dan Inovasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


Nasution, S. 1997. Asas-Asas Mengajar. Bandung: C.V. Jemmars.

Naurita, Reni. 2007. Studi Pembelajaran Bahasa Indonesia Menggunakan Pendekatan Kontekstual di Sekolah Dasar Kartika II-5 Bandar Lampung (Studi pada Kelas III A Semester Ganjil Tahun Ajaran 2006/2007). Skripsi

Sardiman, A.M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada

Sidi, Indra Djati. 2001. Menuju Masyarakat Belajar : Menggagas Paradigma Baru Pendidikan. Jakarta : PARADINA dan LOGOS WACANA ILMU

Suryati, Devi.2005. Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa Melalui Pendekatan Kontekstual ( Studi pada Siswa Kelas V Semester II SD Negeri I Sawah Lama Bandar Lampung). Skripsi

1 komentar:

  1. media gambar merupakan salah satu cara untuk meningkatkan semangat belajar siswa, terutama siswa sekolah dasar. yang identik lebih menyukai sesuatu yang bergambar. untuk itu sebagai seorang guru hendaknya kita terus berusaha memperbaiki kwalitas kita dengan berinovasi dan berkreasi serta mengembangkan metode yang terbaik dalam pembelajaran.

    BalasHapus