Rabu, 06 Februari 2013

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA


PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DALAMPEMBELAJARAN MATEMATIKA


Buang Saryantono

Dosen PNSD Kopetis Wilayah II  pada STKIP PGRI Bandar Lampung


                                                            
Abstrak. salah satu model pembelajaran kooperatif adalah kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT), tipe ini memiliki karakteristik khas yaitu dengan adanya lomba antar kelompok yang diharapkan mampu memotivasi siswa untuk belajar lebih giat karena ada suatu hal yang baru dalam pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap hasil belajar matematika. Untuk mencari jawaban tujuan penelitian tersebut di atas, diadakan penelitian   eksperimen yaitu melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada SMP PGRI 3 Bandar Lampung. Sedangkan hipotesis yang diajukan adalah ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap hasil belajar .Untuk pengujian hipotesis tersebut digunakan  rumus ttes.  Hasil perhitungan diperoleh ttes = 10,47. Pada tabel untuk = 5% maupun untuk = 1% berturut-turut adalah ttabel = t(0,95) = 1,68 dan ttabel = t (0,99) = 2,42.  Hal ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel baik pada taraf nyata 5% maupun 1%. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) berpengaruh terhadap hasil belajar matematika.

 

A.  Pendahuluan


Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Selain itu, matematika merupakan ilmu dasar yang mempunyai peranan penting untuk menguasai ilmu dan teknologi (IPTEK). Soedjadi (dalam Ainy, 2001 : 1) menyatakan bahwa : “Salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan penting dalam penguasaan sains dan teknologi adalah matematika, baik aspek terapan maupun aspek penalarannya. Oleh sebab itu proses pembelajaran matematika harus terus dikaji dan diperbaiki sehingga dapat sesuai dengan kondisi peserta didik dan tuntutan lingkungan.”
Dengan demikian sudah seharusnya proses pembelajaran matematika ditangani lebih serius, guru sebagai pendidik perlu mempersiapkan tipe pembelajaran yang terprogram agar peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih mantap.
Beberapa tahun terakhir pembelajaran matematika di sekolah mengalami perubahan, diantaranya perubahan yang menitikberatkan dari situasi guru mengajar menjadi situasi siswa belajar. Agar situasi ini cepat tercapai maka guru harus dapat menggunakan strategi belajar mengajar yang cenderung lebih banyak melibatkan siswa.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Soedjadi (dalam Kusaeri, 2002 : 2) bahwa “Betapa pun tepat dan baiknya bahan ajar matematika yang ditetapkan belum menjamin akan tercapainya tujuan pendidikan. Salah satu faktor penting dalam mencapai tujuan itu adalah proses belajar yang lebih menekankan keterlibatan siswa secara optimal.”
Nilai rata-rata hasil belajar matematika kelas VII SMP PGRI 3 Bandar Lampung pada  hasil belajar pada semester ganjil  tahun pelajaran 2008/2009 adalah 60,17. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh SMP PGRI 3 Bandar Lampung yaitu sebesar 65. Rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa disebabkan berbagai faktor, di antaranya metode, pendekatan, strategi yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran atau ninat siswa itu sendiri terhadap pelajaran matematika. Jika ditelusuri lebih lanjut ternyata strategi yang diterapkan masih menekankan kepada situasi guru mengajar  bukan situasi siswa belajar, meskipun metode pembelajaran dengan kerja kelompok sudah mulai diterapkan. Namun demikian, pembelajaran dengan kerja kelompok yang masih bersifat tradisional yakni masing-masing kelompok memilih sendiri anggota-anggota kelompoknya kurang membantu dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Kerja kelompok dengan memilih sendiri anggota-anggota kelompok menye-babkan siswa dalam belajar kelompok kurang memaksimalkan peran kerja kelompok. Kebanyakan siswa hanya berdiskusi masalah-masalah mereka sendiri tetapi tidak mendiskusikan pelajaran secara lebih mendalam. Kondisi ini menyebabkan siswa kurang mampu untuk berfikir kritis terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan konsep yang dipelajarinya. Akibat lainnya adalah kurang termotivasinya siswa dalam proses pembelajaran disebabkan tidak adanya pengetahuan baru yang diperoleh siswa.
Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya pembelajaran yang dapat mengembalikan motivasi siswa terhadap pembelajaran matematika, serta dapat membimbing siswa untuk berfikir kritis terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan konsep matematika yang sedang dipelajari.
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, penulis memperoleh berbagai masalah yang dapat diidentifikasikan antara lain :
1)      Masih rendahnya hasil belajar matematika
2)      Masih rendahnya motivasi dan aktivitas siswa untuk dapat mengikuti pembelajaran matematika.
Berdasarkan latar belakang masalah maka penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Apakah ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) terhadap hasil belajar matematika siswa SMP PGRI 3 Bandar Lampung tahun pelajaran 2008 / 2009 ? “

                                        
B.  Deskripsi Teoritik


1.  Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

Kegiatan pembelajaran akan terjadi jika ada interaksi atau komunikasi yang baik antara siswa sebagai penerima pesan dengan guru sebagai sumber pesan. Hal tersebut sesuai dengan pandapat Sardiman (2003 : 15) Yang mengatakan bahwa kegiatan belajar akan terjadi jika ada interaksi atau komunikasi yang baik antara kedua belah pihak sehingga akan memungkinkan siswa mencapai tujuan belajar yang optimal.
Interaksi atau komunikasi yang baik antara kedua belah pihak akan terjadi apabila dilakukan suatu pembelajaran yang bersifat kooperatif, karena pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivisme. Menurut Ainy (2001 : 11) :”Pembelajaran kooperatif  merupakan strategi belajar dengan siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.” Hal serupa juga dikemukakan oleh Artz & Newman dalam pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi¸ hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Eggen dan Kauchak yang menyatakan bahwa “Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.” (1996 : 279).

Menurut Slavin (1984) menyatakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas kelompok, baik secara individual maupun kelompok. Hal serupa juga dikemukakan oleh (Johnson, et al., 1994 ; Hamid Hasan, 1996) yang mengemukakan bahwa cooperative learning adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekeja sama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut.
Menurut Ibrahim (2000:9) bahwa “Esensi pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya dan agama, strata sosial, kemampuan dan ketidakmampuan.”.  Sedangkan menrut Stahl (1994) mengatakan bahwa model pembelajaran cooperative learning menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar. Keadaan ini mendorong siswa dalam kelompoknya untuk belajar bekerja dan bertanggung jawab dengan sungguh-sungguh sampai dengan selesainya tugas-tugas individu dan kelompok.
Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu tipe pembelajaran mudah diterapkan, yang melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Pembelajaran kooperatif tipe TGT yang memiliki karakteristik khas yaitu dengan adanya lomba antar kelompok diharapkan mampu memotivasi siswa untuk belajar lebih giat karena ada suatu hal yang baru dalam pembelajaran yang pada hakikatnya telah menjadi kebiasaan sehari-hari.
Aktivitas belajar dengan permainan atau game yang dirancang dalam pembelajaran   kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) memiliki komponen-komponen yaitu :
1.      Prersentasi Kelas. Guru menerangkan garis besar materi di depan kelas dan siswa memperhatikan dengan seksama. Selama presentasi kelas berlangsung, setiap siswa harus benar-benar memperhatikan penjelasan guru ataupun temannya. Hal ini akan sangat membantu keberhasilan siswa saat turnamen.
2.      Team. Siswa didistribusikan menjadi kelompok-kelompok (team) kecil yang heterogen yang terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa. Fungsi team adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat permainan.
3.      Permainan. Permainan dibuat berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang telah dirancang sedemikina rupa untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa melui penyajian di kelas maupun belajar kelompok. Permainan tersebut diberi nomor, kemudian siswa memilih nomor kartu game dan menjawab pertanyaan yang ada pada nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor.
4.      Turnamen. Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
5.      Penghargaan Team. Team yang memenangkan dalam turnamen akan mendapat penghargaan dapat berupa sertifikat atau hadiah seuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40.

          PENINGKATAN PEROLEHAN POIN DALAM SUATU KELOMPOK
Peningkatan
Penghargaan
40 poin
45 poin
50 poin
Good team
Great team
Super team
      (Sumber : Slavin, 1995)


2.  Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar siswa diperoleh setelah berakhirnya proses pembelajaran. Berkenaan dengan hasil belajar, Dimyati dan Mudjiono (1994 : 3) menyatakan : “Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.”
Hasil belajar adalah hasil yang dicapai setelah proses pembelajaran berlangsung dalam bentuk tingkah laku untuk mencapai tujuan. Hasil belajar merupakan evaluasi dari proses pembelajaran. Proses belajar dapat berjalan dan berhasil dengan baik, jika guru dan siswa mampu menjalankan komunikasi yang harmonis dan keduanya saling mendukung. Keberhasilan proses belajar mengajar yang ditandai dengan kemampuan guru menumbuhkembangkan kesadaran peserta didik untuk belajar, sehingga hasil yang didapat siswa memuaskan.
3.  Kerangka Berpikir
Pencapaian tujuan pembelajaran diperukan suatu proses belajar yang menekankan keterlibatan siswa secara optimal. Kegiatan belajar mengajar akan terjadi jika ada interaksi atau komunikasi yang baik antara siswa sebagai penerima pesan dengan guru sebagai sumber pesan. Interaksi atau komunikasi yang baik antara kedua belah pihak akan terjadi apabila dilakukan suatu pembelajaran yang bersifat kooperatif, karena pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivisme.
Konstruktivisme berpandangan bahwa pengetahuan diperoleh langsung oleh siswa berdasarkan pengalaman dan hasil interaksi dengan lingkungan sekitar. Dalam proses pembelajarannya lebih ditekankan pada model belajar kolaboratif. Dengan kata lain, siswa belajar dalam kelompok tidak seperti pada pembelajaran konvensional, bahwa siswa belajar secara individu. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa seorang siswa tidak hanya belajar dari dirinya sendiri, melainkan juga belajar dari orang lain.


Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, pembelajaannya melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Penerapan model pembelajaran kooperatif TGT memberi aturan dan strategi untuk bersaing sebagai individu setelah bekerja sama dengan kelompoknya sendiri. Bersama anggota kelompoknya, siswa saling membangun kebebasan dan kepercayaan sehingga menumbuhkan rasa percaya diri untuk menyelesaikan turnamen. Pada hakikatnya, model pembelajaran kooperatif khususnya tipe TGT  merupakan suatu model pembelajaran inovatif yang berorientasi konstruktivisme yang mampu menciptakan sesuatu yang baru dari pengalaman belajar siswa yang bertujuan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa untuk mampu bersaing antar kelompoknya masing-masing untuk dapat menjadi kelompok yang terbaik. Motivasi inilah yang memegang peranan penting bagi siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya.
4.  Pengajuan  Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar matematika siswa

C.  Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa SMP PGRI 3 Bandar Lampung kelas VIII. Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh antarvariabel yaitu pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap hasil belajar.

Variabel penelitian ini tediri dari variabel bebas yaitu model pembelajaran kooperatif tipeTGT dan variabel terikat adalah hasil  belajar. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII , populasi tersebut tersebar dalam 4 kelas. Sedangkan sampel dalam penelitian ini diambil  2 (dua) kelas yaitu  kelas VIII.A dan kelas VIII C  dengan teknik sampling   “cluster random sampling”.
Untuk pengumpulan data dalam penelilitian ini digunakan teknik tes dan untuk melengkapi data yang pendukung dengan observasi. Data di analisis dengan mengunakan rumus t, sebelum diuji terlebih dahulu dilakukan uji prasarat analisis meliputi uji normalitas dan uji homoginitas.
D.  Hasil Dan Pembahasan
1. Hasil
Distribusi hasil belajar tersebar dari  dua kelompok responden. Kelompok responden yang menggunakan tipe TGT dalam hal ini disebut kelompok pertama ada 38 responden dengan hasil terrendah 50 dan tertinggi 90 dengan rata-rata hitung 71,40 median 68,60 modus 67,30 dan simpangan baku 10,2 sedangkan pada kelompok responden kedua tidak menggunakan TGT (konvensional) dalam hal ini disebut kelompok 2 berjumlah 39 siswa dengan hasil terrendah   45 dan tertinggi 80 dengan rata-rata 64,30 median 64,20  modus 56,90 dan simpangan baku 9,70.
Pengujian Prasyarat Analisis
Uji Normalitas

Untuk melakukan uji normalitas digunakan rumus statistik ::
2 =     (Sudjana, 2002 : 273)
Kriteria pengujian tolak Ho jika 2hit > 2(1 - ) (k – 1) dengan = taraf nyata untuk pengujian.

Hasil perhitungkan pada kelas eksperimen (menggunakanTGT) didapat2 = 2,717, sedangkan  2tabel =11,3. Ini menunjukkan bahwa data kelas tersebut berdistribusi normal. Sedangkan pada kelas yang tidak menggunakan TGT  didapat  harga 2 = 2,457, pada  2 tabel  = 11,3. Ini menunjukkan bahwa data kelas tersebut  juga berdistribusi normal.
Uji Homoginitas Varians
           
Untuk menguji Homoginitas Varians digunakan rumus

Fhit =  

Dengan Kriteria Uji : Tolak Ho jika F > F ½  (V1, V2 )
Hasil perhitungan didapat Fhit = 1,11 dan pada  F 0,01 (37, 38 ) = 2,22 . Berdasarkan kreteria uji ternyata Ho diterima yaitu berasal dari varian yang sama.
Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis, digunakan rumus statistik yaitu rumus ttes :
Rumus ttest =  ,dimana s2 =   dan dk = n1+n2 – 2
Hasil perhitungan diperoleh ttes = 10,47.
2.  Pembahasan
Selisih nilai rata-rata (mean) dari  kedua kelompok yaitu yang menggunakan tipe TGT dengan yang tidak menggunakan TGT adalah 7,10 dari (71,40 – 64,30).  Secara keseluruhan dari dua kelompok data digambarkan dalam tabel sebagai berikut:


Penyebaan Skor
Mean ()
Median (Me)
Modus (Mo)
Standar Deviasi (s)
Kelompok 1
90 - 50
71,40
68,60
67,30
10,20
Kelompok 2
45 - 85
64,30
64,20
56,90
9,70


Hasil perhitungan diperoleh ttes = 10,47. Pada tabel untuk = 5% maupun untuk = 1% berturut-turut adalah ttabel = t(0.95) = 1,68 dan ttabel = t (0.99) = 2,42. Hal ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel baik pada taraf nyata 5% maupun 1%. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) berpengaruh terhadap hasil belajar matematika.
Terbuktinya hipotesis yang diajukan ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT  merupakan suatu model pembelajaran inovatif yang berorientasi konstruktivisme yang mampu menciptakan sesuatu yang baru dari pengalaman belajar siswa. Model pembelajaran ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang mampu bersaing antar kelompoknya masing-masing untuk dapat menjadi kelompok yang terbaik. Motivasi inilah yang memegang peranan penting bagi siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya.

E.  Penutup

Berdasarkan hasil pengolahan data nilai rata-rata yang menggunakan tipe TGT adalah sebesar 71,40 sedangkan nilai rata-rata tidak menggunkan tipe TGT sebesar 64,30. Selisih nilai rata-rata dari  kedua kelompok adalah 7,10.
Perbedaan nilai rata-rata  dari kedua kelompok sebesar 7,10  yang diuji melalui uji hipotesis menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) berpengaruh terhadap hasil belajar matematika. Ini dikarenakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam proses pembelajaran dapat memberikan motivasi dan rangsangan kepada siswa untuk lebih tertarik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

1 komentar: